air musta'mal bukan air bekas menghilangkan
najis,walaupun najis yang di maafkan.serta jumlah air mustamal itu sedikit,yaitu
kurang dari 2 kulah.kalau air musta'mal dikumpulkan hingga menjadi 2 kulah,maka
air itu suci dan mensucikan.seperti halnya air mutanajis dikumpulkan hingga
mencapai 2 kulah dan tidak berubah sekalipun jumlahnya berkurang karena
terpisah-pisah (sesudah dikumpulkan)
فعلم
أنّ الإستعمال لا يثبت إلّا مع قلّة الماء أي وبعد فصله عن المحلّ المستعمل ولو حكما
كأن جاوز منكب المتوضّئ أو ركبته وإن عاد لمحلّه أوانتقل من يد لأخرى،نعم لايضرّ فى
المحدث إنفصال الماء من الكفّ إلى السّاعد ولا فى الجنب انفصاله من الرّأس إلى نحو
الصّدر ممّا يغلب فيه التّقاذف
(dengan
demikian) jelaslah bahwa sebutan musta'mal itu hanya terdapat pada air
yang sedikit,yaitu sesudah terpisah dari tempat pemakaiannya ( anggota
wudhu,pakaian yang di cuci dan sebagainya),walaupun secara
hukum.misalnya air yang melewati belikat atau lutut orang yang berwudhu (
seperti dari usapan kepala atau yang jatuh dari mukanya),walaupun
kembali
ketempat semula (tetap musta'mal atau bekas terpakai),atau air yang
pindah dari satu tangan ke tangan lainnya.memang demikian, tetapi tidak
ap-apa bagi orang yang berhadas bila terpisah airnya dari telapak tangan
ke ruas tangan, begitu juga orang junub bila berpisahnya air itu dari
kepala ke anggota tubuh lainnya,misalnya ke dada.
(فرع)
لو أدخل المتوضّئ يده بقصد الغسل عن الحدث أو لا بقصد بعد
نيّة الجنب أوتثليث وجه المحدث أو بعد الغسلة الأولى إن قصد الإقتصار عليها بلانيّة
اغتراف و لا قصد أخذ الماء لغرض أخرصار مستعملا بانّسبة لغير يده فله أن يغسل بما
فيها باقي ساعد ها
Cabang :
Seadainya seseorang
berwudhu ( dengan cara sebagai berikut )
- Memasukan tangannya ke dalam air dengan
maksud membersihkan hadas
- Tanpa maksud menghilangkan hadas ,
tetapi sudah berniat mandi junub .
- Sesudah tiga kali membasuh mukanya
-
Sesudah basuhan pertama , kalau
bermaksud mempersingkatnya tanpa niat menyauk serta mengambil air untuk tujuan
lain ( misalnya bukan untuk minum , mencuci baju dan sebagainya )
Air itu menjadi
musta’mal dengan nisbat selain pada tangannya , oleh karena itu dia boleh
membasuh siku serta kedua tangannya dengan menggunakan air itu ( sebab masih
dalam anggota wudhu , jika air itu berpindah ke anggota tubuh lain , misalnya
ke kaki dan ke bagiannya , maka hukumnya menjadi musta’mal )
وغير متغيّر تغيّراكثيرابحيث يمنع إطلاق اسم الماء عليه بأنتغيّر
أحد صفاته من طعم أو لون أوريح ولو تقديريّا أو كان التّغيّر بما على العضو المتطهّر
فى الأصحّ
Keadaan air
tidak berubah secara drastis atau mencolok , sehingga air tersebut tidak dapat
disebut air mutlak ( air itu tidak cukup disebut air saja , tetapi harus ada
tambahannya / qayid ) misalnya :
- a)
Berubah salah satu sifatnya – rasa ,
rupa , atau baunya – walaupun secara taqdir –perkiraan—( misalnya air mutlak bercampur dengan air musta’mal
)
-
b)
Air itu berubah karena sesuatu yang
berasal dari anggota tubuh orang yang bersuci , menurut kaul yang lebih benar .
( umpamanya karena ja’faron )
وإنّما
يؤثّر التغيّر إن كان بخليط أي مخالطا للماء و هو ما لا يتميّز في رأي العين طاهر وقد
غني الماء عنه كزعفران وثمر شجر نبت قرب الماء وورق طرح ثمّ تفتّت لاتراب و ملح ماء
وإن طرحا فيه
Perubahan itu
tampak jelas ( sehingga airnya tidak dapat dipakai untuk bersuci ) , jikalau
air itu berubah karena sesuatu yang mencampurnya dan tidak dapat dibedakan oleh
mata , sedangkan sesuatu itu suci , akan tetapi tidak dibutukan oleh air itu (
karena sesuatu tersebut tidak berada pada tempa air atau salurannya ) ,
misalnya bercampur ja’faron , buah kayu yang tumbuh disekitar tempat air
atau daun yang jatuh kedalam air lalu hancur sehingga airnya berbau
busuk , ( maka air itu tidak dapat dipakai bersuci . jika daun atau buah itu
tidak hancur , maka airnya boleh dipakai bersuci. Air yang bercampur lumut ,
yang tumbuh disekitar tempat air itu boleh dipakai bersuci ) demikian pula air
yang berubah karena tanah atau garam yang sengaja dilemparkan padanya, boleh
dipergunakan bersuci
ولايضرّ
تغيّر لا يمنع الإسم لقلّته ولواحتمالا بأن شكّ أهو كثير أوقليل
Perubahan
yang tidak mencolok karena sedikit bercampur , tidak berpengaruh apa-apa ,
meskipun masih disangsikan banyaknya atau sedikitnya
وخرج
بقولي بخليط المجاور وهو ما يتميّز لنّاظر كعود ودهن ولومطيّبين ومنه البخور وإن كثروظهر
نحورحيه خلافالجمع ومنه أيضا ماء أغلي فيه نحوبرّ وتمر لم يعلم إفصال عين فيه مخالطة
بأن لم يصل إلى حدّ بحيث يحدث له إسم أخر كالمرقة ولوشكّ في شيء أمخالط هو أم مجاور
له حكم المجاور
kecuali
kata " khalith " ( bercampur menjadi satu ) , ada pula yang dikatakan
mujawir , mujawir adalah air yang bercampur dengan sesuatu , namun dapat
dibedakan oleh mata . misalnya ud ' ( kayu yang harum baunya ) atau duhnun ( minyak oles ) ,meskipun keduanya sama - sama wangi.demikian
pula kemenyan , sekalipun banyak dan berbau semerbak . berbeda dengan
paham banyak ulama . yang termasuk mujawir ialah air bekas merebus
gandum atau kurma , tanpa diketahui dengan jelas apakah bercampur atau tidak dengan zat lain , namun tidak menimbulkan nama baru , misalnya sayur . seandainya kita merasa ragu apakah suatu perkara termasuk mukhalith atau mujawir , maka anggaplah termasuk mujawir .
وبقولي
غنى عنه مالا يستغنى عنه كما في مقرّه و ممرّه من نحوطين وطحلب متفتّت و كبريت وكالتّغيّر
بطول المكث أو بأوراق متناثرة بنفسها وإن تفتّتت وبعدت الشّجرة عن الماء
kecuali
air yang tidak tercampur oleh sesuatu yang lain , ada perkara yang
berkaitan erat dengan air , yaitu tempat air dan salurannya , misalnya
tanah , lumut yang hancur atau belerang . demiukian pula air yang
berubah karena lama tergenang atau disebabkan oleh dedaunan yang jatuh alami , kendati daun tersebut sudah hancur , sementara pohonnya jauh dari genangan air , ( maka air itu dapat dipergunakan untuk bersuci )
أو بنجس وإن قلّ التّغيّر ولوكان الماء كثيرا أي قلّتين أو
أكثر في صورتي التّغيّر بالطّاهر والنّجس والقلّتان بالوزن خمسمائة رطل بغداديّ
تقريبا وبالمساحة فى المربّع ذراع وربع طولا وعرضا وعمقا بذراع اليد المتعدلة
atau air yang sedikit berubah karena najis , walaupun air itu melimpah hingga
mencapai 2 kulah atau lebih . ada dua macam perubahan , yaitu air yang
berubah karena sesuatu yang suci dan yang berubah karena sesuatu yang
najis . air yang mencapai dua kulah adalah
, jika diperkirakan dengan timbangan banyaknya mencapai 500 kati
baghdad , sedangkan bila menggunakan ukuran siku pada bidang yang
persegi adalah satu seperempat siku , dengan catatan antara panjang ,
lebar , dan tinggi harus sama dengan siku pada bidang yang persegi adalah satu seperempat siku , dengan catatan antara panjang , lebar , dan tinggi harus sama dengan siku yang sedang ( + 6x6x6
dm3 = 216 dm3 ).
1 kati baghdad adalah 128 4/7 dirham.
dan
ukuran dua qullah dengan timbangan mekkah adalah 412 kati dan 13 5/7
dirham , berdasarkan perhitungan bahwa 1 katinya adalah 156 dirham.
demikian faedah itu diberikan oleh al allamah syekh muhammad soleh ar
rois.
sabda nabi saw :
الماءطهور
إلّا إن تغيّرريحه أوطعمه أولونه بنجاسة تحدث فيه
" air itu suci dan mensucikan , kecuali kalau berubah bau , rasa , atau rupanya karena tercampur najis "
وفى المدوّر ذراع من سائرالجوانب بذراع الأدميّ وذراعان
عمقا بذراع النّجّار وهو ذراع وربع
pada
bidang yang bulat , satu siku dari semua sisi dengan ukuran siku
manusia , dan dua siku dalamnya dengan ukuran siku tukang kayu , yaitu
satu seperempat siku
ولاتنجس
قلّتاماء ولواحتمالاكأنشكّ في ماء أبلغهما أم لاو إن تيقّنت قلّته قبل بملاقاة نجس
مالم يتغيّربه و إن استهلكت النّجاسةفيه ولايجب التّباعد نجس في ماء كثير
Air dua kulah walaupun masih disangsikan apakah telah
mencapai dua kulah atau belum , tidak
najis , sekalipun sebelumnya yakin bahwa air itu sedikit , asal tidak berubah
setelah bercampur najis yang sudah melarut dengan air itu . tidaklah wajib
menghindari air melimpah yang bercampur najis .
ولوبال
فى البحرمثلافارتفعت منه رغوة فهي نجسة إن تحقّق أنّهامن عين النّجاسة أو منالمتغيّرأحدأوصافه
وإلّافلاولوطرحت فيه بعرة فوقعت من أجل الطّرح قطرةعلى شيء لم تنجّسه
وينجس
قليل الماء وهو مادون القلّتين حيث لم يكن واردابوصول نجس إليه يرى بالبصرالمعتدل غير
عنه فىالماء ولو معفوّا عنه فىالصّلاة كغيره منرطب و مائع و إن كثر
لابوصول
ميتةلادم لجنسهاسائل عندشقّ عضومنهاكعقرب ووزع إلّا إنتغيّر ماأصبابته ولويسيرفحينئذينجس
لاسرطان وضفدع فينجس بهماخلافالجمع، ولابميتةكان نشؤهامن الماءكالعلق ولو طرح فيه ميتةمن
ذلك نجس و إن كان الطّارح غير مكلّف، ولاأثر لطرح الحيّ مطلقاواختاركثيرون من أىمّتنا
مذهب مالك أنّ الماء لا ينجس مطلقا إلّا با لتّغيّر والجاري كراكد
Bila seseorang kencing dilaut , lalu terpercik buihnya ,
maka buih itu hukumnya sebagai berikut :
a. najis,
kalau tampak jelas najisnya
b. najis,
kalau air itu berubah salah satu sifatnya lantaran kencing tadi.
c. kalau
najis itu tidak tampak jelas , maka buih itu tidak najis .
kalau kotoran kering ( kotoran hewan ) dilemparkan ke
laut ( atau empang ) , lalu percikan air itu dari lemparan itu mengenai suatu
barang , maka barang itu tidak najis. Kecuali kalau najisnya ( kotoran hewan )
itu basah , maka percikan air itu najis .
air yang kurang dari dua kulah dan tidak mengalir ,
apabila kejatuhan najis yang dapat dilihat dengan jelas oleh mata yang sehat
serta najis itu tidak dimaafkan dalam masalah air , kendati di maafkan ketika
shalat , maka hukum air tersebut adalah najis , misalnya bercak darah manusia ,
darah nyamuk dan sebagainya.demikian pula sesuatu selain air , yaitu barang
yang basah ataupun cair yang jumlahnya melimpah termasuk najis .
(seandainya
di sekitar air ada bangkai, sehingga air itu berbau bangkai, maka air itu suci,
asalkan tidak terkena jenis najis itu).
Air yang kurang dari dua kulah tidaklah najis bila
kejatuhan bangkai binatang yang pada saat dibedah darahnya tidak mengalir,
misalnya kaladan cecak. Kecuali apabila air itu sedikit berubah, tentu saja
najis. Berbeda halnya dengan bangkai ketam laut atauy katak. Air yang kejatuhan
tersebut menjadi najis. Hal ini berbeda dengan pendapat banyak ulama (yang
berpaham tidak menajiskan).
Demikian pula tidak najis karena kejatuhan bangkai yang
hidup di air, misalnya lintah. Akan tetapi, bila bangkai tersebut dilemparkan
kedalam air, sekalipun oleh anak yang belum dewasa (sehingga air itu berubah),
maka air itu menjadi najis (baik air itu banyak ataupun sedikit).
Melemparkan binatang yang hidup kedalam air tidaklah
najis (kecuali anjing atau babi). Banyak ulama kita yang memilih mazhab maliki,
bahwa air itu tidak najis secara mutlak (sedikit atau banyak), kecuali jika berubah
karena najis. Air yang mengalir hukumnya sebangaimana air yang menggenang,
dalam segala masalah.
وفى القديم لاينجس قليله بلا تغيّر و هو مذ هب مالك قال فى المجموع
سوا ء كا نت النّجاسة ما ئعة أو جامدة و الماء القليل إذ تنجّس يطهر ببلو غه قلّتين
ولو بماء متنجّس حيث لا يتغيّر به
والكثير يطهر بزوال تغيّره بنفسه أو بماء زيد عليه أو نقص عنه
و كان الباقي كثيرا
Menurut kaul qadim (imam syafii), air yang jumlahnya
sedikit tidak najis, kecuali berubah karena najis. Hukum itu sesuai dengan
mazhab maliki.imam nawawi dalam kitab majmu mengatakan bahwa nenda cair maupun
padat sama-sama najis .air yang kurang dari dua kulah dan terkena najis bisa
menjadi suci dengan cara menambahnya hingga mencapai dua kulah , meskipun
penambahan tersebut dengan menggunakan air mutanajis .dengan catatan , air itu
tidak berubah karena proses penambahan tadi.
Air melimpah yang terkena najis bisa menjadi suci setelah
perubahannya hilang secara alami , ditambah atau dikurangi , tetapi sisanya
masih banyak dua kulah atau lebih.
خلافالجمع
منهم الغزّاليّ والزّركشيّ وغير هما وأطالوافي ترجيحه وصرّحوابالمسامحةعمّاتحتهامنالوسخ
دون نحوالعجين
وأشارالأذرعيّ
وغيره إلى ضعف مقالتهم وقد صرّح فى التّتمّة وغيرها بمافى الرّوضة وغيرهامن عدم المسامحة
بشيء ممّا تحتها حيث منع وصول الماء بمحلّه
وأفتى
البغويّ في وسخ حصل من غبار بأ نّه يمنع صحّةالوضوء بخلاف مانشأمن بدنه وهو العرق المتجمّد
وجزم به ف الأنوار
خامسهادخول
وقت لدائم حدث كسلس و مستحاضة
و
يسترط له أيضا ظنّ دخوله فلا يتو ضّأ كالمتيمّم لفرض أونفل مؤقّت قبل ق قت فعله
ولصلاة
جنازة قبل الغسل و تحيّة المسجد قبل دخول المسجد و للرّواتب المتأكرة قبل فعل الفرض
ولزم
وضوأن أو تيمّمان على خطيب دائم الحدث أحدهما للخطبتين والأخربعد حما لصلاة جمعة ويكفي
واحد لهما لغيره
ويجب
عليه الوضوء لكلّ فرض كالتّيمّم و كذا غسل الفرح و إبدال القطنة الّتي بفمّه والعصابة
وإن لم تزل عن موصعها
وعلى
نحو سلس مبا درة بالصّلاة فلو أخر لمصلحتها كا نتظار جماعة أوجمعة و إن أخرت عن أوّل
وقت وكذهاب إلى مسجد لم يضرّه
syarat wudhu kedua ialah menyiramkan air ke anggota tubuh yang hendak dibasuh.tidak cukup hanya mengusap air tanpa menyiramkannya,sebab hal itu tidak dapat diatakan membasuh.
syarat wudhu ketiga ialah pada anggota wudhu tidak terdapat sesuatuy yang dapat mengubah air dengan perubahan yang merusakan , misalnya ja'faron dan kayu cendana.berbeda dengan paham orang pada umumnya.
syarat wudhu ke empat
ialah tiada penghalang diantara anggota tubuh yang dibasuh , misalnya
kapur,lilin,minyak oles yang membeku , noda tinta atau pacar ( cat , aspal , dan sebagainya ) . lain halnya dengan minyak oles yang cair , jika dibandingkan dengan bekas tinta atau pacar , meskipun air tidak meresap diatasnya ( maka sah wudhunya )
demikian pula disyaratkan menurut penetapan orang banyak , jangan ada kotoran di bawah kuku yang menghalangi air untuk masuk ke dalamnya.
berbeda
dengan faham banyak ulama diantaranya adalah imam al ghozali, imam
zarkasyih , dan lainnya.mereka menguatkan pendapat dengan memberi
kelonggaran bahwa boleh ada kotoran di bawah kuku , asal bukan jenis adonan.
( adapun dalinya ialah , nabi muhammad saw pernah memerintahkan memotong kuku dan membuang kotoran di bawahnya , tetapi tidak menuruh mengulangi solat).
imam adzra'i dan lainnya mengisyaratkan bahwa pendapat itu dhaif , beliau telah menjelaskan dalam kitab tatimmah dan lainnya sebagai mana dalam kitab raudhah dan lain-lainnya,bahwa tidak diperkenankan adanya sesuatu didalam kuku seandainya menghalangi air masuk ketempat itu.
imam baghawi telah berfatwa mengenai kotoran dari debu yang melekat , hal itu mencegah sahnya wudhu , berbeda dengan sesuatu yang keluar dari badan sendiri , misalnya biang keringat ( maka tidak apa-apa ) , beliau menetapkan dalam kitab anwar.
syarat wudhu kelima ialah tiba waktu shalat bagi orang yang selalu berhadas , misalnya beser dan pendarahan bagi wanita ( mustahadhah )
disyaratkan
lagi kepadanya , yaitu harus memperkirakan tiba waktunya.jangan
berwudhu dulu , misalnya orang yang bertayamum untuk shalat fardhu atau
shalat sunat yang tertentu waktunya , sebelum tiba waktu mengerjakannya.
salat jenazah ( bisa dilakukan ) sebelum jenazah di mandikan , salat tahiyatul masjid sebelum masuk ke masjid dan salat rawatin akhir maksud saya salat ba'diyah sebelum mengerjakan salat fardhu .Bagi khatib yang sering berhadas ,
wajib melakukan 2 kali wudhu atau bisa juga 2 kali tayamum , satu
diantaranya untuk 2 khutbah dan satu lagi untuk sesudah khutbah kedua
salat jumat .bagi yang tidak sering berhadas , cukup 1 kali salat untuk khutbah dan menunaikan salat jumat
bagi yang sering berhadas , di wajibkan berwudhu untuk setiap mau mengerjakan shalat
fardu,seperti halnya tayamum.wanita yang istihadah wajib membersihkan
farjinya terlebih dahulu dan mengganti kapas pembalut yang ada di
sekitar kemaluannya walaupun kapas pembalut tersebut tidak begeser dari tempatnya.untuk
orang yang beser wajib menyegerakan mengerjakan shalat yang
fardhu,seandainya ia mengakhirkan untuk mengerjakan shalat demi
kemaslahatan shalat fadhunya seperti menunggu berjamaah ataupun shalat jumat walaupun akhir dari awal waktu , atau juga pergi ke masjid ,semua itu tidak masalah.
2. fardhu-fardhu wudhu
wudhu dinamakan dengan bersuci yang dapat menghilangkan hadas
dan
menurut pendapat yang mu'tamad (yang dapat dipercaya) adalah bahwa
wudhu itu perkara yang logis dalam makna (hikmah disyariatkan)nya ,
karena sesungguhnya shalat adalah sarana bermunajat kepada allah ta'ala ,
maka dituntut pembersihan diri karena tujuan tersebut.
“basuhlah muka dan tanganmu sampai dengan siku,lalu
sapulah kepalamu dan bsuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki “
وفروضه
ستّة أحدهانيّة وضوء أوأداء فرض وضوء أورفع حدث لغير دائم حدث حتّى فى الوضوء المجدّد
أوالطّهارة عنه أو الطّهارة لنحو الصّلاة ممّا لا يباح إلّا بالوضوء أواستباحة مفتفر إلى وضوء كا لصّلاة
ومسّ المصحف
ولاتكفي
نيّت استباحة ما يندب له الوضوء كقراءة القرأن أوالحديث وكدخول مسجد و
زيارة قبر والأصل في وجوب النّيّة خبر إنّما الأعمال با لنّيّات أي إنّما
صحّتها لا كما لها
ويجب
قرنها عند أوّل غسل جزء من وجه فلو قرنها بأثنائه كفى ووجب إعادة غسل ماسبقها
Fardhu wudhu wudhu itu ada enam .yang pertama adalah niat (niat melaksanakan fardhu wudhu atau juga niat menghilangkan hadas ) bagi
yang tidak terlalu sering berhadas hingga pada waktu yang diperbarui,(yaitu
wudhu yang sudah lama berlalu namun belum batal,maka sunat untuk berwudhu
kembali.)
النّيّة أى حقيقتها شرع قصد الشىء مقترنا بفعله
فإن تراخى الفعل عن ذلك القصد سمّى ذلك القسد عزما لا نيّة وأمّا لغة فهى مطلق القصد
سواء قارن الفعل أو لا ومحلّها القلب والتّلفّظ بها سنّة ليعاون اللّسان القلب وسمّى
القلب قلبا لتقلّبه فى الأمور كلّها
(niat) yakni hakikat niat secara syariat adalah bermaksud kepada sesuatu
seraya berbarengan dengan pelaksanaannya. maka jika pelaksanaannya tertunda
(ada jeda) dari maksudnya itu maka maksud tersebut dinamakan azzam, bukan niat.
adapun menurut bahasa bermkasud (bertujuan) secara mutlak, sama saja
berbarengan dengan pelaksanaan ataupun tidak.dan tempat posisi berniat adalah
didalam hati dan pelafalan niat adalah sunnah agar lidah membantu hati. dan dinamakan hati itu dengan qolbu karena berubah-rubahnya (dinamisnya)
hati didalam berbagai urusan seluruhnya.
Atau niat bersuci dari hadas , atau bersuci untuk shalat
, yaitu dari perbuatan yang tidak diperbolehkan untuk mengerjakannya kecuali
dengan wudhu .atau niat memperoleh kewenangan yang membutuhkan wudhu , misalnya
shalat atau memegang alquran.tapi tidak cukup dengan niat mencari kewenangan
mengerjakan sesuatu yang disunatkan wudhu , misalnya membaca alquran atau hadis
, atau masuk ke masjid dan ziarah kubur.
Dasar wajib niat ialah hadis nabi saw. “sesungguhnya
segala amal itu hendaklah dengan niat “ . maksudnya adalah perkara sahnya amal
, tapi bukannya sempurnanya amal.(berbeda dengan mazhab hanafi yang tidak
memasukan niat sebagai fardhu wudhu).
Wajib menyertakan niat wudhu ketika memulai membasuh
sebagian muka,kalau niat dilakukan ketika membasuh pertengahan muka seperti
sampai pada hidung .hal itu sah-sh saja.,tapi wajib mengulangi membasuh
sebagian muka yang sebelum niat wudhu tadi( anggota sebelum hidung )
وإنّما
اختصّ الرأس بالمسح لستره غالبا فاكتفى فيه بأدنى طهارة
dan
sesungguhnya dikhususkan kepala dengan usapan , karena kepala itu
tertutupi pada umumnya , maka mencukupi pada pensucian kepala dengan
cara yang terendah didalam bersuci ( dengan diusap saja)
ولا
يكفي قرنها بما قبل حيث لم يستصحبها إلى غسل شيء منه وماقارنها هو أوّله
فتفوت
سنّة المضمضة إن نغسل معها شيء من الوجه كحمرة الشفة بعد النّيّة
فالأولى
أن يفرق النّيّة بأن ينوي عند كلّ من غسل الكفّين والمضمضة والإستنشاق سنّة الوضوء
ثمّ فرض الوضوء عند غسل الوجه حتّى لا تفوته فضيلة استصحاب النّيّة من أوّله و فضيلة
المضمضة والإ ستنشاق مع انغسال حمرة الشفة
Tidak cukup menyertakan niat wudhu dengan membasuh
anggota sebelum muka,seandainya pada saat membasuh sebagian muka tidak
menyertakan niat ( contoh niat wudhu ketika menghirup air kedalam hidung )
.adapun anggota tubuh yang menyertai niat saat membasuh muka contoh hidung
misalnya ,dianggap sebagai awal membasuh wudhu ( menyertakan niat ketika
membasuh hidung , maka berati membasuh dahi , wajib di ulang lagi ).
Sunat berkumur tidak harus berarti kalau sebagian muka
turut terbasuh , misalnya garis bibr , bila sudah berniat wudhu.( dengan
demikian berarti langsung mecuci muka , tanpa niat wudhu , tidak gugur sunat
berkumur tersebut masalah ini bagi orang yang membasuh muka sebelum berkumur
dan menghirup air kedalam hidungnya ).Yang lebih utama ialah memisahkan niat yaitu berniat
setiap mengerjakan sunat wudhu , yakni ketika membasuh telapak tangan ,
berkumur , dan menghirup air ke hidung .baru berniat fardhu yaitu ketika
membasuh muka .demikian ini agar fadhilah menyertakan niat mulai dari awal wudhu
, berkumur , dan menghirup air ke hidung , serta terbasuhnya garis bibir tidak
lepas.
jadi
apabila seseorang menghilangkan hadas tanpa disertai niat wudhu maka
wudhunya tidak sah. lafadz niat wudhu dalam bahasa arab
نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِرَفْعِ لْحَدَثِ الْأَصْغَرِفَرْضً لِلّٰهِ
تَعَالٰى
artinya" saya niat wudhu untuk menghilangkan hadas kecil karena allah ta'ala"
وثانيها
غسل ظاهر وجهه لأية فا غسلوا وجوهكم و هو طولا ما بين منا بت شعر رأسه غالب و تحت منتهى
لحييه بفتح اللّام فهو من الوجه دون ما تحته والشعر النّا بت على ما تحته
وعرضا مابين أذنيه ويجب غسل شعر الوجه من هدب وحاجب وشارب وعنفقة
ولحية وهي ما نبت على الذقن وهو مجتمع اللّحيين وعذار وهونبت على العظم المحاذي للأذن
وعارض وهو ماانحطّ عنه إلى اللّحية
ومنالوجه حمرة الشفتين وموضع الغمم وهومانبت عليه الشعر من الجبهة
دون محلّ التّحذيف على الأصحّ وهو ما نبت عليه الشعر الخفيف بين ابتداء العذار والنّزعة
ودون وتد الأذن والنّزعتين وهما بياضان يكتنفان النّاصية وموضع
الصّلع وهو ما بينهما إذاانحسر عنه الشعر
Fardhu wudhu yang kedua
ialah membasuh
muka , berdasarkan ayat : “maka basuhlah mukamu “ ( al maidah ayat 6 ).ukuran
membasuh muka itu bagian panjangnya di antara tempat yang biasanya tumbuh
rambut kepala sampai ke bawah kedua gerahamnya . lafaz lahyaih dengan fathah
lam . ujung dagu termasuk muka ialah anggota di bawah dagu dan rambut yang
tumbuh di bawahnya.
Ukuran bagian lebarnya yaitu diantara dua telinga .wajib
membasuh rambut muka , yaitu bulu mata , alis , kumis , bulu yang tumbuh di
bawah bibir , dan jangggut yakni rambut yang tumbuh di sekitar dagu . dagu
ialah tempat bertemunya dua geraham dan bulu di tepi pipi , yaitu bulu yang
tumbuh di atas tulang yang bertemu dengan telinga dan cambang. Cambang ialah
bulu yang menjulur sampai ke janggut.
Termasuk muka ialah garis dua buah bibir dan maudhi’ul
ghamam , yaitu tempat tumbuhnya rambut dahi. ( anggota yang tidak termasuk muka
ialah ) :
1. Tempat tahdzif , menurut kaul yang lebih benar yaitu
tempat tumbuhnya rambut tipis di antara pangkal rambut di tepi pipi dan sulah.
2. Pangkal telinga dan dua sulah , yaitu dua kulit putih
yang meliputi ubun-ubun.
3. Tempat gugur rambut ubun-ubun yaitu di antara kedua sulah
bila rambutnya gugur ( botak )
ويسنّ غسل ما قيل أنّه ليس من الوجه ويجب غسل ظاهر وباطن كلّ
من الشعر السّابقة و إن كثف لندرة الكثافة فيها لا باطن كثيف لحية وعارض والكثيف مالم
ترالبشرة من خلاله في مجلس التّخاطب عرفا
و
يجب غسل ما لا يتحقّق غسل جميعه إلّا بغسله لأنّ ما لا يتمّ الواجب إلّا به واجب
Disunatkan membasuh setiap anggota yang tidak termasuk
muka.wajib membasuh bagian luar dan dalam rambut tersebut walaupun lebat , karena
di bagian anggota itu jarang tumbuh rambut lebat.tidak wajib membasuh bagian
dalam janggut dan cambang yang lebat . ukuran tebalnya yaitu sekiranya pada
waktu senda gurau yang lumrah sela-sela kulit tidak terlihat.
Wajib membasuh anggota wudhu yang tidak jelas terbasuh
semuanya , kecuali dengan membasuh anggota itu.karena ( berdasarkan kaidah yang
menyatakan ) bahwa suatu kewajiban tidak akan sempurna kecuali dengan
mengerjakannya. Oleh karena itu sesuatu itu wajib pula dikerjakan.
lain
halnya dengan seorang wanita atau banci yang wajib dibasuh sampau pada
kulitnya ( tempat tumbuhnya rambut janggut tersebut ), dan membasuhnya
hendaknya merata pada bagian kepala termasuk leher dan kulit tempat
tumbuhnya jenggot ( dagu )
dan disunatkan bagi wanita untuk menghilangkan rambut tersebut.
syeh
usman berkata dalam kitab tuhfatul habib "mencukur jenggot bagi
laki-laki adalah dimakruhkan dan bukan diharamkan , dan juga
menghilangkan rambut yang ada diatas tenggorokan , dikatakan oleh satu
pendapat dimakruhkan dan dikatakan oleh satu pendapat yang lain hukumnya
mubah
tidak
mengapa untuk membiarkan dua ujung bulu kumis yaitu dua bulu ujung
kumis. dan menghilangkan kumis dengan mencukur atau menggunting adalah
dimakruhkan. adapun yang sunnat dilakukan adalah mencukur sedikit bulu
dari kumis itu hingga dapat terlihat bibirnya, dan menggunting sedikit
bulu dari kumis dan menyisakan sedikit bulu darinya.
وثالثها
غسل يديه من كفّيه وذراعيه بكلّ مر فق لأية ويجب غسل جميع ما في محلّ الفرض من شعر
وطفر و إن طال
Fardhu wudhu
yang ketiga
ialah membasuh kedua tangan mulai dari membasuh kedua
telapak
tangan hingga siku ( artinya siku juga wajib di basuh ) berdasarkan ayat
al
quran . wajib membasuh semua anggota tubuh yang berada pada tempat
fardhu wudhu
, baik berupa rambut atau kuku , walaupun panjang. dan bagi orang yang
tidak punya tangan / tidak sempurna tangannya cara membasuhnya cukup
diperkirakan saja.
فرع
لونسي
لمعة فانغسلت في تثليث أو إعادة وضوء لنسيان لاتجديد واحتياط أجزأه
cabang :
seandainya
terlupa membasuh sekelumit kulit , lalu terbasuh pada basuhan ketiga ,
atau mengulangi wudhu karena ada yang terlupa , bukan saat memperbarui
wudhu ( tajdid ) dan bukan pula wudhu pada saat karena berhati-hati ,
maka cara yang demikian itu sudah mencukupi.
ورابعها مسح بعد رأسه كالنّزعة والبياض الّذي وراء الأذن بشر
في حدّه لو بعض شعرة للأية
قال البغويّ ينبغي أن لايجزئ أقل من قدرالنّاصية و هي ما بين
النّزعتين لأنّه صلى اللّه عليه وسلّم لم يمسح اقلّ منها و هو رواية عن أبي حنيفه رحمه
اللّه تعالى والمشهور عنح وجب مسح الرّبع
fardhu wudhu yang ke empat
ialah
mengusap sebagian kepala , misalnya sulah dan kulit putih yang berada
di belakang telinga , berupa kulit atau rambut pada batas kepala ,
meskipun hanya setengah helai rambut , berdasarkan ayat al quran itu.
syarat
rambut yang diusap adalah hendaknya rambut itu tidak keluar dari batas
kepala , dari arah turunnya dari sisi mana saja adanya , jikalau rambut
itu ditarik memanjang dengan seumpama keadaannya mengeriting.
syeh
baghawi berkata " sesungguhnya tidak cukupbila kurang dari seukuran
ubun-ubun , karena nabi saw sendiri tidak pernah mengusapnya kurang dari
itu " hadis ini adalah riwayat imam abu hanifah , semoga allah
merahmatinya .adapun kaul yang mahsyur dari beliau ialah , wajib
mengusap seperempat kepala
mengusap
bagian kepala berlaku bagi pria dan wanita cara langsung menggunakan
tangan atau bisa juga dengan kain lap atau bisa juga hanya cukup menaruh
tangan dikepala tanpa digerak-gerakan maka sudah cukup sah.
وخامسها
غسل رجليه بكلّ كعب من كلّ رجل للأية أو مسح خفّيهما بشروطه ويجب غسل باطن ثقب شقّ
fardhu wudhu yang kelima
ialah membasuh kedua kaki sampai dengan kedua mata kaki ,berdasarkan
ayat al quran , atau menyapu kedua khuf ( sepatu ) dengan terpenuhi
syarat-syaratnya , serta wajib membasuh bagian dalam yang cacat atau
luka yang terdapat pada badan.
dan juga setiap yang tumbuh pada kaki seperti bulu-bulu dan kuku jari kaki harus terbasahi
فرع :
لودخلت
شوكة في رجله وظهر بعضهاوجب قلعها و غسل مهلّها لأ نّه صارفي حكم الظاهر فإن استترت
كلّها صارت في حكم الباطن فيصحّ وضوءه
ولو
تنفّط في رجل أو غيره لم يجب غسل باطنه مالم يتشقّق فأن تشقّق وجب غسل باطنه مالم يرتتق
cabang :
bila
kaki tertusuk duri serta sebagiannya tampak menonjol keluar , maka
wajib mencabutnya dan membasuh bagian yang tertusuk itu , sebab termasuk
anggota lahir . kalau duri itu menancap semuanya , maka termasuk hukum
batin ( anggota yang tidak tampak ) oleh karena itu sah wudhunya ,
meskipun duri itu masih terdapat didalam )
kalau
kaki atau anggota tubuh lainnya mengalami luka bakar sehingga melepuh ,
tidak wajib membasuh bagian dalam luka tersebut sebelum pecah . jika
sudah memecah wajib membasuh bagian dalamnya sebelum menyatu kembali
dengan kulit.
تنبيه
ذكروافي
الغسل إنّه يعفى عن باطن عقد الشّعر أي إذاانعقد بنفسه وألحق بها من بتلي بنحوطبوع
لصق بأصول شعره حتّى منع وصول الماء إليها ولم يمكن إزلته
وقدصرّح
شيخ شيوخنا زكريّ الأنصاريّ بأنّه لايلحق بها بل عليه التّيمّم لكن قال تلميذه شيخنا
والّذي يتّجه العفو للضّرورة
peringatan :
para
ulama telah menjelaskan masalah mandi , yang menyatakan bagian dalam
rambut keriting yang tidak terbasahi dapat di maafkan bila rambut
keriting itu tumbuh secara alami. dan di samakan dengan masalah rambut
keriting itu , ialah orang yang terjangkit penyakit kutu rambut yang
melekat dan sulit di basmi sehingga pangkal rambutnya sulit dibasahi.
gurunya
guru kami yaitu syekh zakaria al anshari , menjelaskan bahwa masalah
kutu tidak boleh disamakan dengan rambut keriting , bahkan orang yang
berkutu banyak wajib tayamum.tetapi muridnya syaikhuna , berpendapat
bahwa yang lebih tepat hal itu bisa di maafkan , karena darurat.
وسادسهاترتيب
كماذكر من تقديم غسل الوجه فاليدين فالرّأس فاالرّجلين للإتّباع
ولوانغمس
محدث ولو في ماء قليل بنيّة معتبرة ممّامرّ أجزأه عن الوضوء ولولم تمكث فى الإنغماس
زمنايمكن فيه التّرتيب
نعملواغتسل
بنيّته فيشترط فيه التّرتيب حقيقة ولايضرّ نسيان لمعة أو لمع في غير أعضاء الوضوء بل
لوكان علىما عداأعضاء ه مانع كشمع لم يضرّ كما استظهره شيخنا
ولو
أحدث وأجنب أجزأه الغسل عنهما بنيّته و لايجب تيقّن عموم الماء جميع العضو بل يكفي
غلبة الظّنّ به
Fardhu wudhu yang ke enam
ialah tertib (berurutan) , sebagaimana
urutan yang telah diterangkan , yaitu mendahulukan membasuh muka , kedua tangan
, menyapu kepala , membasuh kedua kaki serta kedua mata kaki karena mengikuti
sunnah nabi saw.
dan enam perkara tersebut empat perkara darinya berdasarkan nash alquran dan satu perkara berdasarkan sunnah (hadis) yaitu niat dan satu perkara berdasarkan alquran dan hadis yaitu tertib. dan bentuk pembuktian berdasarkan alquran mengenai tertib adalah allah ta'ala telah menyebutkan anggota yang diusap diantara anggota yang dibasuh. didalam firmannya
hai orang - orang yang beriman apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu dan tangan mu sampai dengan siku dan sapulah kepalamu dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki dan jika kamu junub maka mandilah dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan lalu kamu tidak memperoleh air maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih) sapulah mukamu dan tanganmu dangan tanah itu . allah tidak hendak menyulitkan kamu , tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmatnya bagimu supaya kamu bersyukur. (surat almaidah ayat 6)
Apabila seseorang yang berhadas kecil menyelam kedalam
air yang sedikit yaitu kurang dari dua kulah , dengan niat wudhu , yang di akui
sahnya sebagaimana tersebut di atas.maka yang demikian itu mencukupi wudhunya
meskipun dia menyelam dengan tempo sesa’at yang tidak mungkin cukup waktunya
seandainya dipergunakan untuk berwudhu secara tertib.
Tapi batal demikian itu , apabila ia mandi dipancuran
seraya di barengi dengan niat wudhu , kalau begitu caranya maka disyaratkan
adanya tertib wudhu.bila terdapat sekelumit atau lebih dari itu , selain pada
anggota wudhu yang belum tersiram air karena lupa , atau ada penghalang ,
misalnya lilin , hal itu tidak jadi masalah . demikianlah penjelasan guru kami
.
Apabila seseorang dalam keadaan berhadas kecil dan junub
, baginya cukup mandi wajib dari kedua macam hadas itu , asal berniat mandi
wajib. Lagi pula ia tidak mesti meyakinkan bahwa seluruh tubuhnya telah
terguyur air , tetapi cukup perkiraaan saja
فرع
لوشكّ
المتوضّئ أو المغتسل في تطهير عضو قبل الفراغ من وضوءه أو غسله طهره و كذاما بعده في
الوضوء
أو
بعدالفراغ من طهره لم ىؤثر ولوكان الشّكّ فى النّيّة لم يؤثر أيضا علة الأوجه كما في
شرح المنهاج لشيخنا و قال فيه قياس مايأتي فى الشّكّ بعد الفاتحه و قبل الرّكوع
أنّه
لوشكّ بعد عضو في أصل غسله لزمه إعادته أو بعضه لم يلزمه فليحمل كلامهم الأوّل على
الشّكّ في اصل العضو لا بعضه
Cabang :
Bila seseorang yang wudhu atau mandi ragu membersihkan
anggotanya sebelum selesai wudhu atau mandi , maka yang di ragukan itu harus
dibersihkan la, demikian juga sesudah membasuh anggota yang diragukan itu dalam
wudhu , misalnya ketika membasuh kaki ia ragu menyapu kepala,maka ia harus
menyapu kepalanya lagi , lalu membasuh kaki .kalau ia ragu setelah selesai
bersuci , maka tidak ap-apa,meskipun ia ragu terhadapa niatnya hal ini menurut
kaul yang mahsyur , sebagaimana diterangkan dalam syarah al minhaj karangan
syaikhuna . syaikhuna berkata ‘ hal itu di qiyaskan pada masalah meragukan
seperti bacaan surah al fatihah dalam shalat , sesudah selesai membacanya
sebelum rukuk.
Sesungguhnya bila timbul suatu keraguan sesudah membasuh
anggota yang pokok yakni seluruh anggota dan bukan sebagian , apakah sudah di
basuh atau belum , maka wajib mengulang membasuh semua anggota itu .kalau
diragukan sebagian saja , tidak wajib mengulanginya . diselaraskan dengan
perkataan ulama yang pertama wajib mengulangi apabila timbul keraguan mengenai
anggota wudhu yang pokok , bukan sebagian anggotanya.
3. SUNAT-SUNAT WUDHU
وسنّ
للمتوضئ ولو بماء مغصوب على الأوجه تسميّة أوّله أي أوّل الوضوء للإتّباع
وأقلّهابسم
اللّه وأ كملهابسم اللّه الرّحمن الرّحيم وتجب عند أحمد ويسنّ قبلها التّعوّذوبعدها
الشّهادتان والحمد اللّه الّذي جعل الماءطهوراويسنّ لمنتركهاأوّله أن يأتي بهاأثناءه
قائلا بسم اللّه أوّله وأخره
لابعد
فراغه وكذافي نحوالأ كل والشّرب والتّأليف والإكتحال ممّايسنّ له التّسميّة والمنقول
عن الشّافعيّ وكثير من الأصحاب أنّ أوّل السّنن التّسميّة وبه جزم النّوويّ فى المجموع
وغيره فينوي معها عندغسل اليدين وقال جمع متقدّمون إنّ أوّلهاالسّواك ثمّ بعده التّسميّة
orang yang
berwudhu disunatkan membaca bismillah sebelumnya , yakni pada permulaan wudhu ,
walaupun memakai air gosoban ( air milik orang lain yang diambil / di pinta
secara tidak sah ) , karena menghikuti sunnah nabi saw.demikianlah menurut kaul
yang mahsyur . sahabat anas r.a berkata " pada suatu hari sahabat
rasulullah saw mencari-cari air tapik tidak berhasil , lalu nabi saw
bersabda"siapakah yang mempunyai air ? bawalah kesini , salah seorang
sahabat menyodorkannya lalu tangan beliau dimasukan kedalamnya,setelah itu
tiba-tiba memancarlah air dari sela-sela jari tangannya sehingga mencukupi
untuk keperluan 70 orang sahabat.lalu sabdanya , " berwudhulah kalian
sambil membaca bismillah .")minimal membaca bismillah tapi lebih sempurna
bismillahirohmanirohim.menurut imam ahmad membaca bismillah wajib hukumnya .
sebelum membaca bismillah itu disunatkan membaca ta'awudz , dan sesudah wudhu
membaca dua kalimat syahadat , lalu membaca alhamdulillahilladzi ja'alal
ma'a tohuraa. bagi orang yang tertinggal atau terlupa membacanya sebelum
wudhu , disunatkan agar membaca pada pertengahannya dengan ucapan bismillahi
awwalahu wa akhirahu.
tidak
disunatkan membaca bismillah kalau sudah selesai wudhu , demikian pula apabila
setelah makan,minum,mengarang,maupun bercelak. pendeknya pada setiap perbuatan
yang disunatkan membaca bismillah sebelumnya.
Berdasarkan pendapat yang dikutip dari imam syafi’i dan
para sahabatnya , awal dari suatu pekerjaan / amalan perbuatan itu adalah
membaca bsimillah.imam nawawi menetapkan dalam kitab al majmu dan lainnya bahwa
membaca bismillah serta berniat sunat wudhu itu ketika membasuh kedua
tangan,dan banyak alim ulama dahulu menyatakan bahwa sesungguhnya awal sunat
wudhu adalah bersiwak , tapi setelah membaca bismillah terlebih dahulu
(فرع)
تسنّ
التّسميّة لتلاوة القررأن ولو من أثناءسورة في صلاة أوخرجها ولغسل وتيمّم وذبح فغسل
الكفّين معا إلى الكوعين مع التّسميّة المقترنة بالنّيّة و إن توضّأمن نحو إبريق أو
علم طهر هما للإتّباع
cabang dalam membaca bismillah
Disunatkan membaca bismillah ketika memulai membaca al
quran , walaupun memulainya ditengah-tengah surat , didalam maupun diluar
shalat .demikian pula ketika akan mandi , tayamum . dan menyembelih
binatang.disunatkan membaca bismillah disertai dengan niat mengerjakan niat
wudhu ketika membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan, walaupun
diketahui bahwa kedua telapak tangannya bersih .begitu pula apabila
berwudhu dengan air dari kendi , sebab hal semacam itu mengikuti sunnah nabi
saw. tetapi bagi yang lupa sama sekali membaca basmallah sampai wudhunya selesai maka tidak apa tetap wudhunya sah.
إذااستيقظ
أحدكم من نومه فلايغمس يده فى الإناء حتّى يغسلها ثلاث فإنّه لا يدري أين باتت يده
(رواه
الشيخان)
فسواك
عرضا فى الأسنان ظاهرا وباطنا وطولافى اللّسان للخبر الصّحيح
لولاأن
أشقّ على أمّتى لأمرتهم بالسّواك عند كلّ وضوء أي أمر إيجاب
ويحصل بكلّ خسن ولو بنحو كرقة َو أسنان والعود أفضل من غيره
وأولاه ذوَلرّيح الطّيّب وأفصله الأراكلا بأصبعه ولو خشنة خلافالمااختاره النّوويّ
و
إنّما يتأ كّدالسّواك ولولمن لا أسنان له لكلّ وضواء و لكلّ صلاة فرضهاونفلهاوأن سلم
من كلّ ركعتين أواستاك لوضوءهاو إن لم يفصل بينهما فاصل حيث لم يخش تنجّس فمه
وذلك
لخبرالحميديّ بإسنادجيّدركعتان بسواك أفضل من سبعين ركعةبلاسواك ولوتركه أوّلها تداركه
أثناءهابفعل قليل كالتّعمّم
ويتأ
كّد أيضا لتلاوة قرأن أوحديث أو علم شرعيّ أو تغيّرفم ريحاأولونابنحونوم أوأ كل كريه
أو سنّ بنحوصفرة أو إستيقاظ من نوم وإرادته ودخول مسجد أو منزل وفى السّحروعندالإحضار
كمادلّ عليه خبرالصّحيحين
ويقال
إنّه يسهل خروج الرّوح وأخذ بعضهم من ذلك تأ كّده للمريض وينبغي أن ينوي بالسّواك السّنة
ليثاب عليه ويبلع ريقه أوّل استياكه وأن لايمصّه
ويندب
التّخليل قبل السّواك أو بعده من أثرالطّعام والسّواك أفضل منه خلافالمن عكس
ولايكره
بسواك غيره إن أذن أو علم رضاه وإلّاحرم كأخذه من ملك الغير مالم تجرعادة بالإعراض
عنه ويكره للصّائم بعد الزّوال إنلم يتغيّرفمه بنحو نوم
فمضمضة
فاستنشاق للإتّباع وأقلّهما إيصل الماءإلى الفم والأنف ولايشترط في حصول السّنّة إدارته
في الفم ومجّه منه ونثره من الأنف بل تسنّ كالمبالغة فيهمالمفطر للأمربهما
"barang siapa yang baru bangun tidur , janganlah memasukan
tangannya ke dalam bejana , sehingga dicuci dahulu tiga kali sebab ia tidak
mengetahui bagaimana tangannya ketika ia tidur “ ( riwayat syakhain )
Bersiwak ( menggosok ) seluruh gigi bagian luar dan dalam
( dilakukan ) berdasarkan hadis sahih sebagai berikut :
“seandainya auku tidak menyusahkan umatku , pasti aku
akan mewajibkan mereka untuk bersiwak setiap kali akan berwudhu “
Perlu diketahui oleh kita beberapa fadhilah dalam
bersiwak :
1.bersiwak sebaiknya menggunakan akar kayu gaharu yang
harum baunya , tetapi boleh juga menggunakan sikat atau kain kasar.
2.faedah bersiwak diantaranya ialah untuk ;
a.mendapatkan
ridho allah
b.membersihkan
gigi dari kotoran,walaupun sedang berpuasa
c.memberihkan
bau mulut dari bau busuk dan kotoran lainnya
d.meluruskan
punggung
e.menguatkan
gusi
f.melambatkan
keluarnya uban
g.mencerdaskan
otak
h.melipat
gandakan pahala ibadah
i.memudahkan
sekarat
j.memudahkan
mengingat syahadat ketika sekarat
k.malaikat
izrail datang mencabut nyawa dengan rupa yang baik
l.terhindar
dari penyakit kusta
m.terhindar
dari sakit kepala
n.menyehatkan
mata dan lain-lainnya
semua merupakan karunia allah swt , bagi kita
bersiwak dapat menggunakan setiap benda yang kasar
sekalipun,misalnya dengan sobekan kain atausikat.menggunakan kayu gaharu lebih
baik dari yang lainnya , terutama dengan kayu yang berbau wangi . tetapi yang
lebih utama ialah menggunakan kayu arak yaitu kayu khusus untuk bersugi . tidak
sah dengan jari . hal ini berbeda pendapat dengan al imam nawawi yang
memperbolehkan menggunakan jari.
Bersiwak dilakukan
setiap kali akan berwudhu , shalat fardu atau sunat walaupun bersalam pada
setiap dua rakaat , dan ketika hendak berwudhu , meskipun antara wudhu dengan
shalat itu tidak terpisah oleh sesuatu pemisah yang agak lama dan sekira tidak
dikhawatirkan mulutnya terkena najis sebab bersiwak itu .maka bersiwak sangan
diperlukan , termasuk kepada orang yang tak punya gigi alias ompong.
Yang demikian itu ( bersiwak sebelum shalat ) berdasarkan
hadis al humaidi dengan sanad yang baik , sesuai sabda nabi saw. “ dua rakaat
dengan siwak lebih utama dari pada 70 rakaat tanpa siwak .”
Jika terlupa pada awal shalat , susurlah ( bersiwaklah )
pada tengah-tengahnya dengan pekerjaan yang sedikit ( yaitu sekali atau dua
kali tapi jangan tiga kali ) , seperti halnya memakai sorban. Demikianlah cara
dan pahalanya
Bersiwak pun
hukumya adalah sunat muakad yaitu ketika akan membaca al quran , membaca hadis
, dan mempelajari ilmu syar’i yang lainnya . demikian pula ketika mulut kurang
sedap atau berubah rasa dikarenakan karena tidur , atau memakan makanan yang
berbau , juga ketika gigi berubah menjadi menguning , sesudah bangun atau
hendak tidur , ketika akan masuk masjid atau rumah , sesudah sahur dan ketika
sekarat , dalilnya sebagaimana hadis yang diriwayakan oleh shahihain .
Dari siti aisyah r.a , bahwasanya ketika nabi saw akan
wafat , berliau bersiwak dahulu .
Ada orang
yang mengatakan bahwa bersiwak itu memudahkan keluarnya roh , berdasarkan
keterangan hadis itu, sebagian ulama sangat mengutamakan bersiwak bagi orang
yang sakit , dam sebaiknya ketika akan bersiwak berniat mengerjakan amalan
sunat agar mendapatkan pahala. Sunat pula menelan ludah pada permulaan siwak ,
tetapi tidak perlu mengisapnya . ada faidah menelan ludah siwak dapat terhindar
dari penyakit kusta dan lain-lainya .
Disunatkan
menyela-nyela gigi dari sisa makanan , baik sebelum bersiwak atau pun
sesudahnya , tetapi tetaplah bersiwak lebih utama dari pada menyela-nyela gigi
. berbeda dengan pendapat orang yang beranggapan sebaliknya .tidaklah makruh
memakai / meminjam siwak milik orang lain asal mendapatkan izin dari yang punya
siwak atau dimaklumi oleh ridhanya.tapi jika tidak mendapatkan izin maka
jelaslah hukumnya haram , seperti halnya mengambil milik orang lain . tidaklah makruh
memakai siwak orang lain selama tidak bertentangan dengan adat . bagi orang
yang berpuasa makruh hukumnya apabila matahari
sudah condong ke arah barat , jika mulutnya tidak menebarkan aroma yang kurang
sedap seperti bangun tidur .
Disunatrkan
berkumur dan menghirup air kedalam hidung , mengikuti sunnah nabi saw. Berkumur
dan menmghirup air minimal memasukan air kedalam mulut dan hidung . untuk
memperoleh pahala dua sunat tidak disyaratkan harus mengerak-gerakan air kedalam
mulut , mengeluarkan serta menghembuskannya dari hidung, bahkan yang demikian
itu hanya sunnat saja , seperti halnya memperbanyak menggerak-gerakan air dalam
mulut , ketika berkumur dan menghirup air ke dalam hidung , yang demikian itu
berdasarkan perintah
Sabda nabi saw
إذاتقضّأت فأبلغ فى المضمضة والإستنشا ق مالم تكن صائما
(رواه الأربعة)
Bila kamu berwudhu sempurnakanlah berkumur dan menghirup
air , selama kamu tidak berpuasa ( hadis riwayat arba’ah )
ويسنّ
جمعهما بثلاث غرف يتمضمض ثمّ تستنشق من كلّ منها و مسح كلّ رأس للإتّباع و خروجا من
خلاف مالك و أحمد فإانقتصر على البعض فأ لأولى أن يكون هو النّا صية
والأولى في كيفيّته أن يضع يديه على مقدّم رأسه ملصقا مسبّحته
بالأخري و إبهاميه على صدغيه ثمّ يذهب بهما مع بقيّة أصابعه غيرالإبهامين لقفاه ثمّ
يردّ إلى المبدإ إن كان له شعر ينقلب
و
إلّا فليقتصر على الدّهاب و إن كان على رأسه عمامة أو قلنسوة تمّم عليها بعد مسح النّاصية
للإتّباع
و
مسح كلّ الأذنين ظاهرا وباطنا و صماخيه للإتّباع و لا يسنّ مسح الرّقبة إذلم يثبت فيه
شيء قال النّوويّ بل هو بدعة و حديثه موضوع
ودلك
أعضاء و هو إمراراليدعليهاعقب ملاقاتهاللماءخروجامن خلاف من أوجبه
ق
تخليل لحية كثّة و الأفضل كونه نأصابع يمناه ومن أسفل مع تفريقهاوبغرفة موتقلّة للإتّباع
ويكره تركه
ق
تخليل أصابع اليدين بالتّشبيك والرّجلين بأيّ كيفيّة كانت والأفضل أن
يخلّلها من أسفل بخنصر يده اليسرى مبتد بخنصرالرّجل اليمنى ، ومختتما
بخنصراليسرى أي يكون بخنصريسري يديه ، ومن أسفل مبتدأبخنصريمنى رجليه
مختتمابخنصريسراهما
و
إطالة الغرّة بأنيغسل مع الوجه مقدّم رأسه و أذنيه وصفحتي عنقه و إطالة تحجيل بأنيغسل
مع اليدين بعض العضدين و مع الرّجلين بعض السّاقين
وغايته
إستيعاب العضدوالسّاق وذلك لخبرالشيخين إنّ إمّتي يدعون يوم القيامة غرّا محجّلين من
أثارالوضوء فمن استطاع منكم أن يطيل غرّته فليفعل زادمسلم وتحجيله أي يدعون بيض الوجوه
والأيدي والأرجل ويحصل أقلّالإطالة بغسل أدنى زيادة على الوجب وكماله باستيعاب مامرّ
وتثليث
كلّ من مغسول و ممسوح ودلك وتخليل وسواك وبسملة وذكر عقبه للإتّباع في أكثر ذلك ويحصل
التّثليث بغمس اليد مثلا ولو في ماء قليل إذاحرّكها مرّتين ولو ردّ ماء الغسلة الثّانية
حصل له أصل سنّة التّثليث كمااستظهره شيخنا
ولايجزئ تثليث عضو قبل إتمام واجب غسله ولابعد تمام الوضوء ويكره
النّقص عن الثّلاث كالزّيادة عليها أي بنيّة
الوضوء كمابحثه جمع يحرم من ماء موقوف على التطّهر
(فرع)
يأخذ الشّاكّ أثناء الوضوء فى استيعاب أوعدد باليقين وجوبا فى
الواجب وندبافى المندوب لو فى الماء الموقوف أمّاالشّكّ بعد الفراغ فلايؤثّر
وتيامن أي تقديم يمين على يسار فى اليدين والرّجلين ولنحو أقتع
في جميع أعضاء وضوءه
disunatkan
berkumur dan sekaligus menghirup air ke dalam hidung dengan tiga kali
saukan , mula-mula berkumur , lalu menghirup air ke hidung dalam setiap
saukan .sunat menyapu seluruh bagian kepala , karena mengikuti jejak
rasulullah saw.tapi hal ini berbeda dengan pendapat dengan imam maliki
dan imam ahmad yang mewajibkan menyapu seluruh bagian kepala .abdullah
bin zaid berkata "rasulullah saw menyapu kepalnya dari muka hingga
belakang menggunakan tangannya ".( hadis muttafaq alaih ) .kalau hanya
menyapu sebagian kepala , yang lebih utama adalah menyapu ubun-ubun.
cara
yang lebih afdhal ialah meletakan kedua tangan didepan kepala sambil
mempertemukan telunjuk yang satu dengan telunjuk yang lain,serta kedua
ibu jari pada pelipis kanan dan kiri .lalu kedua telunjuk itu beserta
jari-jari yang lain selain ibu jari menyusuri tengkuk,lalu kembali lagi
kemuka kalau ia berambut mudah diatur contohnya rambut panjang tapi jika
pendek tidak usah demikian.apabila rambutnya tidak demikian yaitu
gundul atau pendek sebaiknya mengusap kepala sekali saja tidak usah
dikembalikan kedepan lagi.
bila
diatas kepala ada sorban atau kopiah sempurnakanlah mengusap kepala itu
diatas sorbannya sesudah menyapu ubun-ubun ,sesuai sunnah nabi saw
.nabi saw berwudhu lalu menyapu ubun-ubun dan sorbannya .(h.r imam
muslim).mengusap kedua telinga bagian luar dalam dan kedua lubangnya
adalah ittiba kepada nabi saw tidak disunatkan menyapu pundak sebab
tiada suatu pun dalilnya . imam nawawi berkata " hal itu bid'ah,dan
hadisnya maudhu"
sunat
menggosok semua anggota wudhu dengan tangan setelah terkena air . hal
itu berbeda dengan faham dengan imam maliki yang mewajibkan berbuat
demikian .sunat menyela-nyela janggut yang tebal dari bawah , lebih baik
menggunakan jari kanan serta memisahkannya dengan saukan tersendiri
baru karena ittiba kepada nabi saw dan makruh hukmnya apabila
meninggalkannya (nabi saw menyela-nyela janggutnya.) ( hr tirmidzi )
sunat
mengosok sela-sela jari kedua tangan dengan tasybik yaitu telapak
tangan di atas punggung tangan kanan dan sebaliknya dan sela-sela kedua
ajri kaki dengan cara apa saja tapi yang lebih utama ialah
menyela-nyelanya dari bawah menggunakan kelingking tangan kiri dimulai
dari kelingking kaki sebelah kanan dan berakhir di sebelah kiri ,
maksudnya menyela-nyela itu dilakukan dari bawah menggunakan jari
kelingking tangan kiri , dimulai dari jari kelingking kaki sebelah kanan
dan berakhir di sebelah kiri.
sunat
memanjangkan ghurrah yaitu menyempurnakan membasuh muka hingga kepala
bagian depan , kedua telinga , dan kedua belah rusuk leher.demikian pula
sunat memanjangkan tahjil , yaitu menyempurnakan membasuh kedua tangan
hingga sebagian pangkal tangan dan kedua kaki serta sebagian
betis.maksimalnya ialah membasuh seluruh pangkal tangan dan betis
sebab,yang demikian itu berdasarkan hadis syaikhain , bahwa nabi saw
bersabda : " sesungguhnya ummatku akan di panggil pada hari kiamat nanti
dalam keadaan muka dan kaki mereka putih bersih karena bekas wudhunya .
barangsiapa yang sangup menyempurnakan membasuh mukanya , hendak ia
melakukan yang demikian itu .
dalam
hadis muslim ada tambahan yaitu " wa tahjiilahu " yakni dipanggil
dengan muka tangan dan kakinya putih bersih .".menyempurnakan itu
minimal cukup dengan sekedar melebihi basuhan wajib , sedangkan yang
sempurna yaitu meliputi yang diterangkan tadi .
sunat
membasuh semua yang dibasuh sebanyak tiga kali berulang - ulang ,
diusap atau digosok , menyela-nyela , bersiwak , membaca bismillah , dan
zikir sesudahnya , karena ittiba kepada nabi saw yang senantiasa
melakukan hal demikian itu . cukup tiga kali , misalnya hanya dengan
mencelupkan tangan kedalam air meskipun airnya sedikit , lalu
menggerakannya dua kali . apabila mengulang kembali dengan air basuhan
yang kedua , maka ia tetap memperoleh dasar sunat tiga kali ,
sebagaimana yang dijelaskan oleh syaikhuna.
tidak
cukup melakukan / melaksanakan sunat tiga kali jika belum
menyenpurnakan basuhan air wudhu bagi anggota tubuh yang wajib
dibasuh.namun tidak boleh setelah selesai/sempurna wudhunya.makruh
hukumnya mengurangi dari tiga basuhan atau juga menambah basuhannya
menjadi empat kali basuhan , sebagaimana yang telah di bahas oleh banyak
ulama . dan haram hukumnya apabila menambah basuha lebih dari tiga kali
basuhan dengan air yang di wakafkan untuk bersuci.
cabang dalam permasalahan wudhu
bila
seseorang merasa ragu ketika berwudhu , apakah sudah membasuh seluruh
anggota wudhu atau belum serta ragu pada bilangannya , maka ia harus
menetapkan suatu keyakinan .penentuan ini hukumnya adalah wajib. saat
membasuh anggota yang wajib , dan sunat saat membasuh anggota wudhu yang
sunat , meskipun air wakafan . bila rasa ragu timbul setelah selesai
berwudhu maka hal itu tidak ap-apa.
sunat
mendahulukan membasuh kedua tangan dan kaki kaan yang sebelah kanan
terlebih dahulu dari pada sebelah kiri , juga termasuk bagi orang yang
tidak memiliki anggota wudhu.
وذلك لأنّه صلّى اللّه عليه وسلّم كان يُحبّ التّيمّن في تطهره
وشأنه كلّه أي ممّاهو من باب التّكريم كاكتحال ولبس نحوقميص ونعل وتقليم ظفر وحلق نحورأس
وأخذ و إعطاء وسواك وتخليل ويكره تركه
ويسنّ
التّياسر في ضده وهو ماكان من باب الإهانة والأذى كاستنجاء وامتخاط وخلع لباس ونعل
ويسنّ البداءة بغسل أعلى وجهه أطراف يديه ورجليه و إنصبّ عليه غيره
وأخذالماء
إلى الوجه بكفّيه معا و وضع ما يغترف منه عن يمينه وما يصبّ عن يساره
وولاءبين
أفعال وضوء السّليم بأن يشرع في تطهير كلّ عضو قبل جفاف ماقبله وذلك للإتّباع وخروجا
من خلاف من أوجبه ويجب لسلس
وتعهّد
عقب وموق وهو طرف الأخر بسبّابتي شقّيهما و محلّ ندب تعهّد هما أذالم يكن فيهما رمص
يمنع وصول الماء إلى محلّه و إلّا فتعهد هما واجب كمافى المجموع
nabi
saw lebih senang mendahulukan yang sebelah kanan saat bersuci atau
dalam setiap perbuatan yang baik , misalnya bercelak , memakai gamis ,
bersiwak , memakai sandal , memotong kuku , mencukur rambut , mengambil
atau memberi sesuatu , dan menyela-nyela gigi.meninggalkan perbuatan
yang demikian adalah makruh
disunatkan
mendahulukan yang sebelah kiri untuk perbuatan selainnya , yaitu untuk
setiap perbuatan yang hina dan kotor, misalnya istinja ,membuang
lendir , embuka pakaian , membuka sandal . disunatkan pula memulai
dengan membasuh muka bagian atas , kedua ujung tangan dan kaki .
walaupun airnya dituangkan oleh orang lain.disunatkan mengambil air yang
diusapkan ke muka dengan kedua tangan , menaruh tempat air yang disauk
di sebelah kanan ( bak air atau pun yang sejenisnya ) dan menaruh tempat
atau alat pencuran kendi di sebelah kiri.
sunat
terus menerus membasuh atau mengusap anggota wudhu yang sehat.dengan
cara membasuh setiap anggota sebelum kering anggota yang sebelumnya ,
maksudnya ialah sebelum kering anggota tubuh yang pertama , anggota
kedua sudah di basuh , sebelum kering anggota kedua anggota ketiga
sudah di basuh , dan seterusnya .yang demikian itu karena ittiba
kepada nabi saw , namun berbeda pendapat dengan imam malik yang
mewajibkannya , wajib hukumnya terus-menerus melakukan hal itu bagi
orang yang beser .
disunatkan
meneliti tumit dan ujung mata , yaitu ujung mata yang deket dengan
hidung dan ujung mata disebelahnya lagi , dengan menggunakan kedua
telunjuk.
sebagaimana sabda nabi saw :
( إعانة الطّالبين) ويل
للأعقاب من النّار
"
celakalah bagi orang-orang yang tidak mencuci tumitnya karena akan
dibakar dalam neraka ( kitab i'aanatutholibin ).sunat membersihkan tumit
dan ujung mata bila tidak terdapat kotoran yang melekat hingga
menghalangi air masuk ke tempatanya , kalau ada kotoran yang melekat ,
wajib membersihkannya diterangkan dalam kitab al majmu .
ولا يسنّ غسل باطن العين بل قال بعضهم يكره للضّرر و إنّما يغسل
إذاتنجّس لغلظ أمرالنّجاسة واستقبال القبلة في كلّ و ضوءه وترك تكلّم في أثناء وضوئه
بلا حاجة بغير ذكر ولا يكره سلام عليه و لا منه و لا ردّه
و ترك تنشيف بلا عذر للإ تّباع والشّهادتان عقبه أي الوضوء بحيث
لا يطول فاصل عنه عرفا فيقول مستقبلا للقبلة رافعا يديه وبصره إلى السّماء ولو أعمى
tidak
disunatkan membasuh mata bagian dalam , bahkan menurut sebagian ulama
hukumnya makruh , sebab menimbulkan bahaya / mudarat . sesungguhnya
bagian dalam mata yang bernajis harus dibasuh , sebab hukum najis itu
berat . disunatkan menghadap
kiblat di kala berwudhu dan tidak boleh berbicara selain zikir atau ada
kepentingan yang lain.tidak makruh memberi salam kepada orang yang
berwudhu dan demikian pula menjawab salam.
disunatkan
tidak menyeka bekas wudhu tanpa udzur misalnya karena sangat dingiun ,
karena ittiba kepada nabi saw . nabi saw menolak diberi saputangan untuk
menyeka badan sesudah mandi .sunat membaca dua kalimat syahadat sesudah
wudhu , selama waktu memungkinkan menurut adat yaitu kira - kira sesaat
setelah selesai wudhu . lalu bacalah sambil menghadap kiblat seraya
mengangkat kedua tangan dan mata melihat ke atas kendati bagi orang yang
buta,yaitu
أَشْهَدُأَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّااللّٰهُ وَحْدَهٗ لَاشَرِيْكَ
لَهٗ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهٗ وَرَسُوْلُهُ لماروى مسلم عن رسول اللّه
صلّى اللّه عليه و سلّم من توضأفقال أَشْهَدُأَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّااللّٰهُ إلخ فتحت
له أبواب الجنّة الثّمانية يدخل من أيّها شاء زادالتّرمذيّ اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنِيْ
مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِرِيْنَ .
"aku
bersaksi tiada tuhan yang wajib disembah selain allah yang maha esa ,
tiada sekutu baginya . dan aku bersaksi bahwa nabi muhammad sebagai
hamba dan rasulnya " berdasarkan hadis muslim dari rasulullah saw "
barang siapa berwudhu , lalu membaca shahadatain , dan maka dibukakanlah
semua pintu syurga yang delapan baginya . ia diperbolehkan masuk dari
pintu mana saja " imam tirmidzi menambahkan " ya allah jadikanlah aku
dari golongan orang-orang yang bertobat serta jadikanlah aku dari
golongan orang yang menyucikan diri."
bacaan lengkapnya :
أَشْهَدُأَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّااللّٰهُ وَحْدَهٗ لَاشَرِيْكَ
لَهٗ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهٗ وَرَسُوْلُهُ اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنِيْ
مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِرِيْنَ
وروى
الحاكم و صحّحه من توضّأ ثمّ قال سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ وَ بِحَمدِكَ أَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلٰهَ إِلَّا اَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَ أَتُوْبُ إِلَيْكَ كتب في رقّ ثمّ تبع
بطابع فلم يكسر إلى يوم القيامة أي لم يتطرّق إليح إبطال كما صحّ حتّى يرى ثوابه العظيم
ثمّ يُصَلِّيْ وَيُسَلِّمُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنا مُحَمّدٍ
و يقّرأ إِنَّا أنْزَلْنَاهُ ثلاثاكذلك بلارفع يد
اَشْحَدُ
اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعَبدُهُ
وَ رَسُوْلُهُ سُبْحَانَكَ اَللّٰهُمَّ وَ بِحَمدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا
اَنْتَ عَلِمْتُ سُوْاءً وَ ظَلَمْتُ نَفْسِ . اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيْكَ
فَاغْفِرْلِى وَ تُبْ عَلَيَّ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ . اَللّٰهُمَّ
اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِرِيْنَ وَاجْعَلْنِى
مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ . وَاجْعَلْنِى صَبُوْرًا شَكُوْرًا وَاجْعَلْنِى اَذْ
كُرُكَ ذِكْرًا كَثِيْرًا وَاُسَبِّحُكَ بُكْرَةً وَ اَصِيْلًا
contoh doa selesai wudhu yang dinukil dari kitab bidayatul hidayah dan kitab maroqil ubudiyah
وأمّادعاءالأعضاءالمشهورفلاأصل
له يعتدّبه فلذلك حذفته تبعالشيخ المذهب النّواويّ رضي اللّه عنه وقيل يستحبّ أن يقول
عند كلّ عضو أَشْهَدُاَنْ لَٓاإِلٰهَ إِلَّااللّٰهُ وَحْدَهٗ لَاشَرِيْكَ لَهٗ وَأَشْهَدُأَنَّ
مُحَمَّدًاعَبْدُهٗ وَرَسُوْلُهٗ لخبر رواه المستغفريّ وقال حسن غريب
وشربه من فضل وضوءه لخبرإنّ فيه شفاء من كلّ داء . ويسنّ رشّ
إزاره به أي إن توهّم حصول مقذّر له كمااستظهره شيخوناوعليه يحمل رشّه صلّى اللّه عليه
وسلّم لإزاره به
imam al hakim meriwayatkan serta membenarkannya " barangsiapa berwudhu
lalu membaca " maha suci allah dan segala puji bagi MU . aku bersaksi
bawha tiada tuhan yang wajib disembah melainkan engkau . aku mohon
ampunan dan bertobat pada mu " maka ia ditulis pada sehelai kertas putih
, lalu di cap dengan cetakan , serta tidak akan berubah dan hilang
sampai hari kiamat , yakni tidak akan tembus oleh suatu dosa apapun yang
dapat membatalkan amal , sebagaimana dalam hadis shahih , sehingga ikan
melihat pahala yang agung itu."kemudian membaca shalawat dan salam
kepada junjungan kita nabi muhammad saw dan keluarganya , lalu membaca
surat inna anzalnahu sebanyak 3 kali dengan menghadap kiblat , tetapi
ketika baca surat tersebut tidak mengangkat tangan.
membaca
doa yang mahsyur pada setiap anggota wudhu , tidak ada dasarnya yang
sah . oleh karena itu , saya tidak membahasnya serta mengikuti pendapat
syeh mazhab imam nawawi r.a . tetapi memang ada diantara alim ulama yang
lain membahas tentang doa-doa wudhu, menurut suatu pendapat , ketika
membasuh anggota wudhu itu disunatkan membaca " syahadatain "
berdasarkan hadis mustaghfiri dan beliau mengatakan " riwayatnya baik
dan jarang"
sunat
meminum air sisa wudhu , berdasarkan hadis : "sesungguhnya air sisa
wudhu itu mengandung obat untuk segala penyakit."sunat pula memercikan
air pada kainnya bila diduga ada kotoran yang melekat padanya, seperti
dijelaskan oleh guru kami. karena itulah mungkin nabi saw memercikan air
pada kainnya.
وركعتان
بعدالوضوء أي بحيث تنسبان إليه عرفافتفوتان بطول الفضل عرفاعلى الأوجه وعند بعضهم بالإعراض
و بعضهم بجفاف الأعضاء وقيل بالحدث
sesudah
wudhu disunatkan salat sunat 2 rakaat , selama waktu memungkinkan
menurut adat begitu selesai wudhu segera laksanakan shalat sunat
itu.dan berdasarkan pilihan yang lebih mahsyur , shalat sunat 2 rakaat
itu gugur bila tenggang waktunya lama menurut adat.dan menurut sebagian
ulama, shalat sunat itu gugur bila hatinya berpaling, dan menurut
sebagian ulama lagi, gugur karena anggota wudhunya telah kering.menurut
pendapat lain lagi gugur karena hadas.
ويقرأندباأولى
ركعتين بعدالفاتحة
bacaan
ketika mengerjakan shalat sunat wudhu ialah pada rakaat pertama setelah
selesai membaca surat al fatihah sunnat membaca surat an-nisa ayat 64
pada rakaat kedua membaca surat an-nisa ayat 110.
dan tata cara pelaksanaannya sama seperti kita mengerjakan shalat sunat yang biasa dikerjakan.
: فائدة
يحرم التّطحّربالمسبّل للسّرب وكذَبماء جهل حاله على الأوجه
وكذاحمل شيء من المسبّل إلي غير محلّه
وليقتصر أي المتوضّئ حتما أي وجوبا على غسل أو مسح واجب فلا
يجوز تثليث ولا اِتيان سائرالسّنن لضيق وقت عن إدراك الصّلاة كلّها فيه كما صرّح به
البغويّ وغيره و تبعه المتأخرون
لكن
أفتى في فوات الصّلاة لوأكمل سننها بأن يأتيها ولو لم يدرك ركعة وقديفرّق بأنّه ثمّ اشتغل بالمقصود فكان كما لومدّ فى القراءة
أوقلّة
ماء بحيث لا يكفي إلّالفرض فلوكان معه ماء لا يكفيه لتتمّة طهره إن ثلّث أوأتى السّنن
أواحتاج إلى لفاضل لعطش محترم حرم استعماله في شيء من السّنن وكذا يقال فى الغسل
نعم
ماقيل بوجوبه كالدّلك ينبغى تقديمه عليها نظيرمامرّ من ندب تقديم الفائت بعذر على الحاضرة
و إن قاتت الجماعة
haram
bersuci menggunakan air yang disediakan untuk minum,demikian pula
menggunakan air yang tidak diketahui maksud disediakannya air
tersebut.menurut pendapat yang termahsyur, haram pula membawa suatu
barang yang disediakan untuk sesuatu maksud tertentu seperti dipakai
untuk tujuan yang lainnya umpamanya air untuk bersuci dipakai untuk
minum atau pun pekerjaan lainnya.
orang
yang berwudhu wajib mempersingkat membasuh atau mengusap anggota yang
wajib saja yaitu tidak boleh mengulang sampai tiga kali serta
mengerjakan yang sunat-sunat,karena sempitnya waktu
shalat.maksudnya,untuk mendapatkan semua pekerjaan shalat pada waktunya.
hal itu sebagaimana keterangan yang disampaikan oleh imam baghawi dan
lainnya,serta alim ulama mutaakhirin sendiri mengikuti pendapat itu.
namun,imam
baghawai berfatwa tentang masalah lepasnya shalat / habisnya waktu
shalat dari waktunya, bahwa apabila seseorang menyempurnakan sunat-sunat
shalat terlebih dahulu, maka noleh mengerjakannya meskipun dia tidak
mendapatkan satu rakaat pun pada waktunya,maksudnya ialah pada rakaat
yang berikutnya sudah masuk pada waktuy shalat lainnya,dan meskipun jika
hanya mengerjakan shalat dengan rukun-rukunnya saja maka dapat
mengerjakannya pada waktunya.sungguh ada perbedaan masalah wudhu dan
shalat ,sebab orang yang terlena dengan mengerjakan tujuan yang pokok
yakni shalat sedangkan wudhu adalah wasilah shalat. keadaan itu seperti
halnya membaca surat yang panjang (menyempurnakan bacaan shalat saat
membaca surat atau tasbih dan sebagainya hukumnya adalah diperbolehkan).
dan
apabila hendak persedian air sedikit, tidak cukup untuk selain membasuh
yang fardhu-fardhu saja. atau seseorang tidak memiliki air yang cukup
untuk menyempurnakan wudhunya jika membasuh tiga kali.atau tidak
mencukupi untuk mengerjakan yang sunat-sunat. atau ia membutuhkan sisa
air sebagai dahaga hewan ternaknya yang kehausan.maka haramlah dia
memakainya untuk mengerjakan sunat-sunat wudhu.demiukian pula hukumnya
dalam masalah mandi.sunat mempersingkat pekerjaan yang wajib dan
meninggalkan yang disunatkan dengan maksud mendapatkan shalat
berjamaah,jika tidak terdapat lagi jamaah lainnya menurut mazhab maliki
betulah demikian,namun yang dikatakan wajib dalam masalah ini ialah
sebaiknya mendahulukan yang disunatkan dalam wudhu,misalnya
mengosok-gosok anggota wudhu dari pada mengejar shalat berjamaah.berbeda
dengan masalah diatas yaitu sunat mendahulukan shalat yang tertinggal
karena udzur dari pada shalat ada,walaupun tertinggal shalat berjamaah.
4. TAYAMUM
تتمّة
يتمّم
عن الحدثين لفقد ماء أوخوف محذور من استعمال له بتراب طهورله غبار
وأركانه
نيّةاستباحة الصّلاة المفروضة مقرونة بنقل التّراب ومسح وجهه ثمّ يديه ولوتيقّن ماء
أخرالوقت فانتظاره أفضل و إلّا فتعجيل تيمّم
وإذاامتنع
استعماله في عضو وجب تيمّم و غسل صحيح ومسح كلّ الساترالضّارّ نزعه بماء ولاترتيب بينهما
لجنب أو عضوين فتيمّمان ولا يصلّي به ِلّا فرضاواحداولوندراوصحّ جنائز مع فرض
bagi
yang berhadas besar atau kecil, karena tidak ada air atau takut
berbahaya apabila memakainya, diperbolehkan tayamum menggunakan tanah
yang suci dan berdebu.
“jika kamu sakit atau sedang dalam berpergian, keluar
dari kamar kecil, atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapatkan air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik yang suci,
sapulah muka dan tanganmu, sesungguhnya allah maha pemaaf lagi maha pengampun.”
Surat ani-nisa ayat 43.
syarat-syarat tayamum :
1. karena adaya uzur yang disebabkan karena bepergian atau sakit.
2.
sesudah masuk waktu shalat ( tayamum ini dilakukan jika endak
megerjakan shalat ) dan apabila tayamumnya belum masuk waktu shalat
tidak sah tayamumnya.
3.
mencari air,sesudah masuk waktu shalat, baik dilakuka sendiri, atau
orang lain yang di izinkan mencarikannya, tapi hendaklah mencari air
dengan usaha sendiri atau beserta dengan kawanya.
4.
terhalang menggunakan air,sekiranya diliputi rasa khawatir, jika
menggunakan air dapat berakibat fatal, seperti sakit bertambah parah
atau dapat meninggal dunia atau dapat menghilangkan fungsi salah satu
anggota tubuhnya.
5.
menggunakan debu suci yang tidak basah.kata suci selaras dengan arti
debu yang didapat secara ghashab dan debu atau tanah dari kuburan yang
belum digali.
Rukun tayamum
yaitu niat mencari kewenangan mengerjakan shalat fardhu dengan menggunakan
tanah dan mengusap muka, lalu kedua tangannya.tapi jika berkeyakinan pada akhir
waktu shalat akan terdapat air, maka menangguhkan shalat itu lebih utama
dikerjakan.tetapi kalau memang dipastikan sudah tidak ada air untuk berwudhu
maka lebih baik bertayamum dapat disegerakan.
Bila
anggota
wudhu tidak tersiram air karena diperban dan sebagainya maka wajib
bertaamum,
tetapi tetap wajib membasuh anggota yang sehat serta wajib mengusapkan
air pada
anggota yang sehat serta mengusapkan air pada anggota yang diperban jika
sulit/
terasa sakit saat dilepas. Tidak perlu tertib antara whudu dengan
tayamum bagi
orang yang junub atau berhadas besar. Tapi wajib tertib kalau berhadas
kecil. Bila
kedua anggota wudhu tidak tersiram air permisalan pada tangan dan kaki,
maka
harus dua kali tayamum. Sekali tayamum untuk sekali shalat fardhu
walaupun
nadzar, dan boleh (tetap sah hukumnya bertayamum) shalat jenazah .jika
bertayamum satu kali untuk dua kali shalat fardhu maka hukumnya tidak
sah dan tidak sah pula untuk dua kali thawaf, antara dua shalat dan
thawaf dan tidak sah pula untuk antara shalat jumat dan khutbahnya.
hendaknya
ketika bertayamum bagi orang yang sakit diperhatikan apakah pembalut
perbannya ataupun luka-lukanya dalam keadaan suci jika terdapat najisnya
maka segera lah dibersihkan terlebih dahulu karena segala yang ada pada
bagian yang terluka dihukumi sama dengan pembalutnya misalnya kain
perban , kain pembalut , obat-obatan dan lain-lainnya.
sunah tayamum ada 3 perkara :
- membaca basmalah
- mendahulukan muka bagian atas dan mengakhirkan muka bagian bawahmendahulukan tangan kanan dan mengakhirkan tangan kiri,
- muawalah berkesinambungan seperti yang berlaku didalam wudhu
dan bagi seseorang yang menggunakan cincin hendaklah dilepas terlebih dahulu.
hal-hal yang membatalkan tayamum:
1. segala sesuatu yang membatalkan wudhu berlaku pula pada tayamum
2. melihat air baik ketika dalam waktu shalat ada ataupun ketika diluar waktu shalat.
3. murtad artinya terputus dari agama islam maka secara otomatis ia keluar dari hukum syariat islam.
memadukan
diantara tayamum untuk shalat dan untuk bersetubuh dengan pasangannya
dalam satu kali tayamum hal ini bisa dilakukan apabila shalatnya
dikerjakan terlebih dahulu, baru kemudian bersetubuh.tapi kalau
persetubuhannya terlebih dahulu dan shalatnya kemudian maka tidak bisa
karena tayamum 1 kali ini hanya berlaku untuk bersetubuh saja tidak bisa
mencakup shalat.
menurut
syeh syamsudin abu abdillah pengarang kitab fathul qorib beliau
mengatakan di dalam kitabnya 1 kali tayamum berlaku untuk beberapa
shalat ( ia suka mengerjakan ) sunnah ( bukan shalat fardhu ). dengan
tayamum engkau boleh melakukan berbagai shalat sunat sesuai yang engkau
suka akan tetapi ia hanya cukup untuk mengerjakan shalat fardhu satu
kali saja. dan apabila engkau ingin mengerjakan shalat fardhu yang lain
maka wajib bertayamum kembali
gambar ilsutrasi tata cara bertayamum :
tata
cara bertayamum ialah ambillah tanah yang halus,murni,berdebu dan suci
(tapi boleh juga bercampur pasir atau kapur menurut imam nawawi dalam
kitab ar-raudhah dan kitab al fatawa).
lakukanlah pengambilan debu
dengan telapak tangan dalam keadaan merapatkan jari-jari. niatkanlah
tayamum untuk dapat melaksanakan shalat fardhu lalu usapkanlah debu pada
seluruh wajahmu sekali saja. jangan memaksakan untuk menyampaikan debu
ke bagian tempat tumbuhnya rambut baik yang tipis ataupun yang lebat.
kemudian lakukanlah pengambilan debu yang kedua kali dengan meregangkan
jari-jarimu dan usapkanlah pada kedua tanganmu beserta siku dengan
merata. apabila belum rata maka wajib engkau mengulangi hingga rata
sehingga yakin engkau telah mengusap dengan menyeluruh. jika engkau
memakai cincin maka wajib engkau melepaskannya sebelum mengambil debu.
lalu usaplah satu telapak tangan dengan telapak tangan yang lain dan
usaplah bagian jari-jarimu dengan cara menyilangkan jari-jari kedua
telapak tangan
5. YANG MEMBATALKAN WUDHU
yang membatalkan wudhu ada empat hal, yaitu:
ونواقضه أي اسباب نواقض الوضوء أربعة أحدها تيقّن خروج شيء غير
منيّه عينا كان أو ريحارطباأوجافّا معتادا كبول أونادراكدم باسور أوغيره إنفصل أولاكدودة
أخرجت رأسهاثمّ رجعت من أحد سبيلي المتوضئ الحيّ دبرا كان أوقبلا ولوكان الخارج باسورا
نابتاداخل الدّبر فخرج أوزاد خروجه
- nyata ada sesuatu yang keluar, kecuali air mani. yang keluar itu
misalnya kotoran perut atau kentut, basah atau kering yang biasa
dikeluarkan, misalnya air kencing, atau yang tidak biasa dan jarang,
misalnya darah wasir atau lainnya, berpisah atau tidak, misalnya cacing
hidup yang mengeluarkan kepalanya lalu masuk lagi dari salah satu lubang
anggota tubuh orang yang berwudhu, baik dari lubang belakang atau
depan, walaupun yang keluar itu sejenis wasir yang tumbuh di dalam
dubur, atau sebagai kelanjutan dari yang sudah keluar sebelumnya. dan
keluarnya itu ketika berwudhu.
لكن
أفتى العلّامةالكمال الرّداد بعدم النّقض بخروج الباسورنفسه بل بلخارج منه كالدّم وعندمالك
لاينتقض الوضوء بالنّادر
akan tetapi menurut fatwa syeh kamarul raddad, bila yang keluar itu
zar wasirnya, maka tidak membatalkan wudhu. tapi sebaliknya, bila yang
keluar itu darah wasirnya, maka batallah wudhu orang tersebut.tapi
menurut imam maliki, keluar sesuatu yang langka terjadi seperti keluar
cacing dan sebagainya tidak membatalkan wudhu.
وثانيهازوال عقل أي تمييز بسكرأوجنون أو إغماء أو نوم
الخبرالصّحيح فمن نام فليتوضّأ وخرج بزوال العقل النّعاس وأوائل نشوة السّكر فلا نقض بهما كما
إذاشكّ هل نام أونعس ومن علامة النّعاس سماع كلام الحاضرين و إن لم يفهمه
لازواله
بنوم قاعد ممكّن مقعده أي ألييه من مقرّه و إن استند
لم لوزال سقط أواحتبى وليس بين مقعده ومقرّه تجاف وينتقض وضوء ممكّن إنتبه
بعد زوال
أليته عن مقرّه لاوضوءشاكّ هل كان ممكّنا أولا أوهل
زالت أليته قبل اليقظة أو بعدهاوتيقّن الرّؤيامع عدم تذكّر نوم لاأثرله
بخلافه مع الشّكّ فيه لأنّهامرجّحة لأحد طرفيه
- hilang akal karena mabuk, gila, pingsan, atau tidur, berdasarkan
hadis shahih,"barang siapa yang tidur, harus berwudhu." kecuali hilang
akal karena mengantuk dan pusing sebelum mabuk.kedua hal tersebut tidak
membatalkan wudhu.demikian pula halnya bila ia ragu apakah tertidur atau
mengantuk. diantara tanda mengantuk ialah masih mendengar suara orang
yang berada di dekatnya, walaupun tidak mengerti maksudnya.orang yang
tertidur sambil duduk, sekalipun bersandar pada suatu tempat sehingga
kalau terlepas sandarannya ia terjatuh, atau duduk seraya memeluk
betisnya tanpa mengubah posisi duduknya,hal itu tidak membatalkan
wudhu.tetapi wudhunya batal jika di kala ia bangun posisinya bergeser
dari tempat duduk semula. seseorang yang merasa ragu apakah posisinya
bergeser atau tidak sebelum atau sesudah ia bangun, serta yakin bermimpi
tetapi tidak yakin tertidur dengan pulas, maka hal-hal tersebut di atas
tidak membatalkan wudhu. berbeda dengan masalah mimpi yang tidurnya di
ragukan, maka membatalkan wudhu, karena mimpi itu memberatkan pada salah
satu pihak yang meragukan, yaitu
tidur
وثالثهامسّ
فرج أدميّ أومحلّ قطعه ولولميّت أوصغير قبلاكان الفرح أودبرا متّصلا أومقطوعا إلّا
ماقطع فىالختان
والنّاقض
منالدّبرملتقى المنفذومن قبل المرأة ملتقى شفريها على المنفذلاماوراءهماكمحلّ ختانها
نعم
يندب الوضوء من مسّ نحو العانةوباطن الألية والأنثيين وشعر نبت فوق ذكر وأصل فخذ ولمس
صغيرة وأمرد وأبرص ويهوديّ ومن نحوفصدونظربشهوة ولو إلى محرم وتلفّظ بمعصية وغضب وحمل
ميّت ومسه وقصّ ظفر وشارب وحلق رأسه
وخرج
بأدميّ فرج البهيمة إذلايستهى ومن ثمّ جازالنّطر إليه ببطن كفّ لقوله صلّى اللّه عليه
وسلّم من مسّ فرجه وفي رواية من مسّ ذكرافليتوضأ
وبطن الكفّ هو بطن الرّاحتين
وبطن الأصابع والمنحرف إليهما عندانطبا قهما مع يسير تحامل دون رؤس الأصابع وما بينهما
وحرف الكفّ
- menyentuh farji (kemaluan) atau menyentuh tempatnya, jika farji itu
terpotong, walaupun farji orang yang sudah meninggal atau anak kecil.
baik bfarji bagian depan (qubul) atau belakang (dubur) yang masih
bersambung atau terputus, kecuali memegang daging seseorang yang sudah
dikhitan, (tidak membatalkan wudhu).
bagian belakang (dubur) yang dapat membatalkan wudhu adalah kulit yang
mengitari lubang.sedangkan bagi wanita adalah tempat bertemunya kedua
bibir di atas lubang vagina. selain yang disebutkan tadi, tidak
membatalkan wudhu, misalnya menyentuh tempat khitannya.betul demikian,
tetapi disunatkan wudhu bagi orang yang menyentuh sejenis rambut kelamin
yang tumbuh di bawah perut dan bagian dalam dubur. begitu pula apabila
menyentuh dua buah pelir, rambut kelamin yang tumbuh di atas dzakar atau
farji, pangkal paha, amrad ( laki-laki cantik yang dicintai seperti
mencintai perempuan), menyentuh seseorang yang berpenyakit kusta, orang
yahudi, seseorang yang sudah diambil darahnya, melihat perempuan dengan
syahwat walaupun mahram, mengucapkan perkataan kotor sesudah atau sedang
marah, mengangkat mayat atau memegangnya, memotong kuku atau kumis dan
mencukur rambut.memegang kelamin binatang tidak membatalkan wudhu,sebab
tidak di ingini biasanya.oleh sebab itu, boleh melihatnya.batal
menyentuh farji itu bila menggunakan telapak tangan,sebagaimana sabda
nabi saw."barang siapa yang memegang farjinya," dalam riwayat lain,"
barang siapa yang menyentuh dzakarnya,harus berwudhu." ( riwayat bukhari
dan muslim).yang dimaksud telapak tangan ialah telapak kedua tangan,
jari bagian dalam dan sisinya ketika kedua telapak tangan dan jari itu
di rapatkan serta ditekan sedikit. namun, bagian dalam ujung jari
diantara jari-jari itu serta bagian pinggir telapak tangan tidak
termasuk.
ورابعها
تلاقى بشرتى ذكروأنثى ولو بلا شهوة و إن كان أحدهما مكرهاأو ميّتا لكن لاينقض وضوءالميّت
والمراد
بالبشرة هناغيرالشعروالسّنّ والظّفرقال شيخناوغيرباطن العين وذلك لقوله تعالى أولامستم
النّسآءأي لمستم
- bertemu dua kulit, yaitu kulit laki-laki dan perempuan (tanpa
penghalang), walaupun tanpa syahwat, dan sekalipun salah seorang
diantara keduanya dalam keadaan dipaksa, atau sekalipun menyentuh mayat,
tetatpi hal itu tidak membatalkan wudhu mayat.
yang dimaksud dengan kulit disini ialah selain rambut, gigi, dan kuku.
syaikhuna berkata," selain mata sebelah dalam" yang demikian itu karena
berdasarkan firman allah ta'ala," atau kamu telah menyentuh
perempuan."(surat ani nisa ayat 43)
RAGU-RAGU DALAM HAL BATAL WUDHU
ولوشكّ
هل مالمسه شعرأوبشرة لم ينتقض كمالووقعت يده على بشرة لايعلم أهي بشرة رجل أوامرأة
أوشكّ
هل لمس محرماأوأجنبيّةوقال شيخنافي شرح العباب ولو أخبره عدل بلمسهاله أوبنحوخروج ريح
منه في حال نومه ممكّناوجب عليه الأخذبقوله بكبر فيهما
فلانقض
بتلاقيهمامع صغرفيهماأوفيأحدهمالانتفاء مظنّة الشهوة والمرادبذي الصّغر من لايستهى
عرفاغالبا
لاتلاقىبشرتيهمامع
محرميّةبينهمابنسب أورضاع أومصاهرة لانتفاءمظنّةالشهوة
ولواشتبهت
محرمه بأجنبيّات محصورات فلمسواحدة منهنّ لم ينتقض وكذابغير محصورات على الأوجه
ولايرتفع
يقين وضوء أوحدث بطنّ ضدّه ولابالشّكّ فيه المفهوم بالأولى فيأخذباليقين أستسحاباله
seandainya
seseorang merasa ragu apakah ia menyentuh rambut atau kulit, tidak
batal wudhunya. seperti halnya kalau tangan seseorang terkena atau
tersentuh kulit, dan ia tidak mengetahui apakah kulit laki-laki atau
perempuan. atau ragu-ragu apakah ia menyentuh mahram atau wanita ajnabi
(bukan anak saudara dekat). syaikhuna dalam kitab syarah ubab berkata
"kalau ada seseorang yang adil (baik) memberitahukan bahwa ada wanita
yang menyentuhnya, atau keluar kentut dari duburnya ketika ia tidur,
dengan posisi yang tidak berubah, maka ia wajib mempercayai berita itu,
dan kedua pihak sudah baligh. bersemtuhan kulit diantara anak-anak, atau
salah seorang diantara keduanya masih kecil, tidaklah membatalkan wudhu
karena diperkirakan tidak menimbulkan syahwat. yang dimaksud kecil
disini ialah anak-anak yang masih belum baligh (belum selayaknya di
cintai lawan jenis).
bersentuhan kulit diantara
laki-laki dan perempuan yang masih memiliki hubungan mahram, misalnya
seturunan, sepersusuan, mertua atau semenda, tidak membatalkan wudhu
karena diperkirakan tidak menimbulkan syahwat, tapi kalau dengan syahwat
batal wudhunya.
bila meragukan (samar atau keliru)
mahramnya karena bercampur dengan beberapa wanita lain yang jumlahnya
terhitung, lalu ia menyentuh kulit seseorang dari mereka, maka tidak
batal wudhunya selama tidak yakin tersentuh oleh wanita lain.demikian
juga demikian juga tersentuh oleh wanita lain yang tak terhitung
banyaknya, menurut kaul yang termahsyur, tidak batal wudhunya kecuali
bila yakin tersentuh oleh wanita yang bukan mahramnya maka batal
wudhunya.
rasa
yakin bahwa telah wudhu atau berhadas tidak bisa hilang dengan sangkaan
yang sebaliknya. demikian juga rasa yakin tidak bisa hilang dengan
adanya keraguan yang sebaliknya. maksudnya ialah kalau yakin telah
wudhu, lalu ragu apakah sudah wudhu atau belum, maka dianggap telah
wudhu, atau kalau yakin berhadas, bila ragu apakah sudah wudhu atau
belum, maka dianggap belum wudhu. hal tersebut diambil dari mafhum aula.
oleh karena itu, peganglah keyakinan yang ada yakni yakin telah
berwudhu atau berhadas, sebab harus berdasarkan keyakinan, bukan
perasaan ragu-ragu. sebagaimana nabi saw, pernah melarang orang yang
meragukan keluar hadasnya untuk keluar dari masjid dan berwudhu lagi,
kecuali kalau ia mendengar suara kentut atau mencium baunya.
6. HAL-HAL YANG DI HARAMKAN KARENA HADAS
(خاتمة)
يحرم
بالحدث صلاة وطواف وسجود وحمل مصحف وماكتب لدرس قرأن ولوبعض أية كلوح
أن
لايمسّ القرأن إلّاطاهر. (رواه مالك)
والعبرة
في قصدالدّراسة والتّبرّك بحالةالكتابةدون مابعد هاوبالكاتب لنفسه أولغيره تبرّعا و
إلّا فأمره
لاحمله
مع متاع والمصحف غيرمقصود بالحمل ومسّ ورقه ولوالبياض أونحو ظرف أعدّله وهوفيه لا قلب ورقه بعود إذلم ينفصل عليه ولامع تقسير زاد
ولواحتمالا
ولايمنع صبيّ مميّزمحدث
ولوجنباحمل ومسّ نحو مصحف لحاجة تعلّمه ودرسه ووسيلتهماكحمله للمكتب والإتيان به للمعلّم
ليعلّمه منه
ويحرم
تمكين غيرالمميّزمن نحومصحف ولوبعض أية وكتابته بالعجميّة ووضع نحودرهم في مكتوبه وعلم
شرعيّ وكذاجعله بين أوراقه خلافالشيخناوتمزيقه عبثاوبلع ماكتب عليه لاشرب محوه ومدّالرّجل
للمصحف مالم يكن على مرتفع
ويسنّ
القيام له كالعالم بل أولى ويكره حرق ماكتب عليه إلّا لغرض نحوصيانة فغسله أولى منه
haram
(melakukannya) karena hadas, yaitu mengerjakan shalat, thawaf, sujud tilawah,
atau sujud syukur, membawa mushaf al quran, atau sesuatu yang bertuliskan ayat
alquran untuk dibaca atau dipelajari walaupun setengah ayat al quran, misalnya
pada papan tulis. tetapi apabila untuk azimat boleh dibawa tanpa
wudhu.sebagaimana nabi saw bersabda yang diriwayatkan oleh imam malik
"tidak boleh menyentuh al quran, kecuali orang yang suci"
adapun
penilaian dalam maksud belajar dan mengambil berkah ialah pada waktu menulis,
bukan sesudahnya. atau berdasarkan tujuan penulisannya, baik untuk dirinya
sendiri atau pun orang lain karena allah (secara cuma-cuma). kalau tidak, maka
bergantung pada niat yang menyuruhnya.tidak haram membawa al quran bersama
sesuatu yang lain dengan tujuan pokok bukan membawa al quran. haram memegang
kertasnya, walaupun bagian yang tidak tercetak, misalnya bagian pinggirnya atau
tempat yang disediakan untuk quran pada waktu terbungkus. tidak haram
membalik/membuka kertasnya dengan menggunakan kayu, bila kertas itu tidak
melekat diatas kayu.tidak haram pula beserta tafsirnya yang melebihi tulisan
mushaf, walaupun hanya kira-kira.
anak-anak
yang sudah tamyiz, yang berhadas sekalipun junub, boleh membawa atau memegang
mushaf untuk dipelajari dan di baca, atau wasilahnya, misalnya membawanya
kemeja, serta memberikan kepada gurunya untuk dipelajari.haram membiarkan
anak-anak yang belum tamyiz memegang mushaf walaupun setengah ayat. haram
menulis mushaf dengan huruf ajam (selain arab) dan menaruh uang atau benda lain
di atas tulisannya atau diatas ilmu syara. demikian pula menyimpan suatu barang
diantara kertas-kertasnya. berbeda dengan faham guruku. haram menyobek-nyobek
mushaf karena main-main, atau menelan tulisannya, tetapi tidak haram meminum
serbuk tulisannya, dan haram menyodorkan kaki pada mushaf selama mushaf itu
tidak berada di atas.
disunatkan
berdiri untuk menghormati mushaf, seperti menghormati orang alim, bahkan mushaf
lebih utama dari pada orang alim. makruh membakar tulisan mushaf, kecuali
dengan tujuan memeliharanya membersihkannya lebih baik dari pada membakaranya.
ويحرم
بالجنبابة المكث فى المسجد و قراءة القرأن بقصده ولو بعض أية بحيث يسمع نفسه ولو صبيّا
خلافالما أفتى به لنّوويّ و بنحوحيض لا بخروج طلق صلاة و قراءة و صوم و يجب قضاؤه لا
الصّلاة بل يحرم قضاؤها على الأوجه
HAL-HAL YANG HARAM KARENA JUNUB
yang
berhadas junub haram tinggal dimasjid dan membaca al quran dengan maksud
membacanya, walaupun setengah ayat dan terdengar oleh dirinya sendiri meskipun
ia anak kecil. berbeda pendapat dengan pendapat atau fatwa imam nawawi yang
memperbolehkannya bagi orang yang junub.
إنّي
لا أحلّ المسجد لحائض ولا جنب (رواه أبوداود)
sabda nabi saw :
orang yang haid dan junub tidak kuperkenankan masuk masjid ( riwayat abu
dawud)
seseorang yang haid, keluar darah yang bukan karena hadas akan meahirkan,
haram mengerjakan shalat, membawa quran dan puasa. wajib mengqodi puasa, namun
tidak wajib mengqodoi shalat. bahkan menurut kaul yag termahsyur, haram
mengqodo shalat.
نحن
أمرنا بقضاءالصّوم لا بقضاءالصّلاة
siti aisyah r.a berkata : kami diperintahkan mengqadhai puasa , tetapi tidak diperintahkan untuk mengqadha shalat
7. PASAL TAMBAHAN ADAB-ADAB WUDHU
pasal tambahan adab-adab wudhu, yang dimaksud adab-adab wudhu disini
adalah meliputi perkara yang sunnah dan yang fardhu dalam berwudhu yang
perlu diketahui oleh segenap mu'minin dan mu'minat.
apabila
engkau selesai istinja maka janganlah engkau tinggalkan bersiwak jika
engkau hendak berwudhu dan niatkanlah mengerjakan sunnah nabi dan
membersihkan mulut dan untuk mengingat allah dan membaca alquran dalam
shalat.hendaklah bersiwak menggunakan kayu siwak atau kayu yang
diperbolehkan untuk digunakan atau juga boleh menggunakan kain kasar.
ركعتان بالسواك افضل من سبعين ركعة بلا سواك رواه ابو
نعيم
salah satu fadilah bersiwak ialah
disukai oleh allah dan dibenci setan. ketauhilah shalat dua rakaat
dengan bersiwak lebih utama dari pada shalat 70 rakaat tanpa siwak.
keutamaan bersiwak dapat melebihi keutamaan shalat berjamaah yang
mencapai 27 derajat.
dikatakan oleh al wannai, terkadang bersiwak
itu wajib bagi seorang istri apabila disuruh suaminya dan hamba sahaya
apabila disuruh tuannya. atau bagi orang yang memakan makanan yang
menimbulkan bau bagi mulut seperti bawang putih atau bawang merah
khususnya bagi orang yang mau mengerjakan shalat jumat maka wajib
hukumnya bersiwak
di dalam riwayat lain rasulullah saw bersabda " aku disuruh bersiwak hingga aku takut diwajibkan atasku "
kemudian
duduklah dengan menghadap ke arah kiblat dan di atas tempat yang tinggi
sehingga tidak tekena percikan air kencing, lalu bacalah
bismillahirohmanirohim robbi audzubbika min hamazati sayatini wa
audzubika robbi ay yahdhurun
بسم الله الرحمن
الرحيم، رب أعوذ بك من همزات الشياطين وأعوذ بك رب بأن يحضرون
" dengan menyebut nama allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
wahai tuhanku, aku berlindung kepadamu dari bisikan-bisikan setan dan
aku berlindung kepadamu jika mereka mendatangiku "
atau membaca bismillah dengan sempurna atau bismillah saja itu sudah cukup. lalu setelah itu ucapkanlah
اَلْحَمْدُ
ِللهِ الَّذِي جَعَلَ اْلمَاءَ طَهُوْرًا
lalu membaca
اللهم إني أسألك اليمن
والبركة، وأعوذ بك من الشؤم والهلكة.
allahumma inni as as alukal yumna wal barokata wa audzubika minassyu'mi wal halakah
" ya allah, sungguh aku mohon kepadamu kekuatan untuk ibadah dan keberkahan, dan aku berlindung kepadamu dari kejelekan dan kerusakan "
atau bisa juga seperti yang di nukil oleh imam ar-ramli :
اللهم ا حفظ يدي من معا صيك كلها
allohumma fadz yadayya mim ma'aasiika kulliha
" ya allah, jagalah kedua tanganku dari seluruh kedurhakaan kepadamu "
kemudiaan berrniatlah menghilangkan hadas atau berniat untuk diperbolehkan shalat dan hendaknya niat itu berlangsung serta tidak hilang hingga engkau membasuh wajahmu. tidaklah mengapa bila niat menghilangkan hadas dilakukan sejak awal pembasuhan telapak tangan, meskipun sunah--sunah yang sebelumnya tidak menghilangkan hadas, sebab sunah-sunah dalam setiap ibadah masuk dalam niatnya sebagai tambahan. maka makna menghilangka hadas adalah bertujuan menghilangkanya semua dengan semua amalan wudhu sedang ia menhilangkan hadas secara pasti. demikianlah disebutkan dalam kitab haasyisyah al iqna . janganlah melpakan niatmu sebelum membasuh muka sehingga wudhu tidak sah. lalu ambillah air secukupnya untuk berkumur kumur di
ulangi sebanyak 3 kali dan keraskanlah ketika berkumur dengan
memutar-mutar air sampai ke tenggorokan kecuali jika engkau sedang
berpuasa karena hal demikian dapat membatalkan puasamu, dan apabila engkau sedang berpuasa berkumur-kumurlah dengan lembut. lalu berdoalah
اللهم ا عني على تلا وة كتابك و كتثرة ا لذكر لك و تثبتني بالقو ل ا لثا بت في ا لحياة الدنيا و في ا لا خرة
allahumma a'inni 'ala tilawati kita bika wa katsrotidzikri laka wa tsabitni bil qaulitsaa biti fil hayati dunya wa fil akhirah.
artinya ;
"
ya allah berilah aku pertolongan untuk dapat membaca kitabmu dan
memperbanyak ingat kepadamu serta teguhkanlah aku dengan kalimat
tauhidmu didunia dan diakhirat
membacanya bisa sampai ( و كتثرة ا لذكر لك ) katsrotidzikri lak tapi lebih baik di baca sampai sempurna.
atau sebagaimana disebutkan dalam kitab al adzkar :
"ya allah berilah aku minum dari telaga nabi mu segelas sehingga aku tidak haus untuk selama-lamanya"
atau mengucapkan
اللَّهُمَّ اَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
" ya allah tolonglah aku dalam mengingatmu dan mensyukuri nikmatmu dan perelok ibadah kepadamu.
kemudian
ambillah air secukup air untuk hidungmu, hiruplah air itu lalu
keluarkanlah air dan kotoran di hidung dengan jari kelingking kirimu
sampai tuntas dan di ulangi sebanyak 3 kali, kecuali dala keadaan
berpuasa, lalu bacalah doa ini di waktu beristinsyaq :
اَللَّهُمَّ أَرِحْنِي رَائِحَة الجَـنَّة وَاَنْتَ عَنِّي رَاضٍ
'ya alah berilah aku harum syurga sedang engkau ridho kepadaku
atau bisa juga dengan doa ini :
اللهم لا تحرمني رائيحة نعيمك و جناتك
allahumma la tahrimni ro ihata na'imika wa jannaatik
" ya allah janganlah engkau haramkan aku bau kenikmatan dan syurgamu "
dan diwaktu mengeluarkan air dari hidung ucapkanlah
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ رَوَائِحِ النَّارِ وَسُوْءِ الدَّارِ.
" ya allah aku berlindung kepadamu dari bau api neraka dan tempat tinggal yang buruk."
kemudianlah ambillah air untuk
membasuh wajahmu dari mulai garis rambut jidat bagian atas sampai ujung
dagu secara ke atas dan dari mulai telinga ke telinga yang lain secara
menyamping. basuhlah air sampai kerambut pilingan, rambut pilingan yaitu bagian yang seorang
wanita biasa menyibaknya, tepatnya adalah bagian yang diantara telinga
bagian atas dan pelataran pilingan yang ada disamping jidat. begitu juga
engkau harus menyiramkan air ke kulit tempat tumbuhnya rambut yang berjumlah empat. yaitu dua alis, kumis, rambut mata dan dua cambang. wajib pula menyampaikan air ke kulit tempat tumbuhnya rambut yang tipis seperti jenggot yang tipis, akan tetapi jika jenggoynya tebal, maka hukum membasuhnya (bagian dalamnya) hanya sunnah saja. renggangkanlah sela-sela jenggot yang lebat sebelum membasuh muka sebagaimana dikatakan oleh athiyyah menurut al inani, kecuali bila engkau dalam keadaan ihram. maka janganlah melakukannya supaya rambutnya, tidak tercabut. ini pendapat ar-ramli dan di ikuti oleh ibnu qasim,
az- ziyadi dan asyabramalsi. dan jangan sampai lupa kesunnahan
menyelai-nyelai jenggot yang tebal dengan jari tangan. setelah berniat
wudhu ucapkanlah doa membasuh wajah ini :
اَللَّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِى يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوْهٌ
ya allah putihkanlah wajahku ketika wajah-wajah menjadi putih dan wajah-wajah menjadi hitam
atau yang bisa juga dengan membaca doa ini ;
kemudian wajib membasuh tangan kananmu lalu tangan kirimu beserta kedua sikunya dan jika mampu
lebihkanlah sampai pada pertengahan lengan atas karena cahaya hiasan di
surga kelak menjalar di bagian anggota yang terkena air wudhu. dan apabila memakai cincin, gerakkanlah cincin itu sambil meregangkannya sebelum membasuh jari-jarimu. ketika membasuh tangan kanan ucapkanlah doa ini :
lalu bacalah doa ini saat membasuh tangan kiri :
kemudian
usaplah kepalamu secara merata dengan kedua tanganmu yang sudah
dibasahi dengan air. caranya yang paling utama ialah dengan menempelkan
ujung-ujung jari tangan kanan dengan ujung-ujung jari tangan kiri, lalu
letakkanlah pada kepala bagian depan dan jalaknlah ke arah belakang
sampai tengkuk dan sekitarnya, kemudian engkau kembalikan ke bagian
depan kepala lagi. lakukankanlah cara ini tiga kali sebagaiamana
disunnahkan mengulanginya sebanyak tiga kali. pada anggota-anggota wudhu
yang lainnya. lalu bacalah doa ini saat mengusap kepala :
اللهم غشني بر حمتك و ا نزل علي من بر كا تك و أ ظلني تحت ظل عرشك يوم لا ظل إلا ظلك
allahumma
ghassyini birhmatika wa anzil ''alayya min birahmatika wa adzillani
tahta dzilla ''arsyika yauma laa dzilla illa dziluk.
artinya " ya
allah selimutilah aku dengan rahmatmu dan limpahkanlah atas diriku
berbagai berkahmu, naungilah aku di bawah naungan arsyimu di hari kiamat
yaitu saat tidak ada lagi naungan kecuali naungan mu."
atau membaca doa ini :
atau kita bisa menyambungkan kedua bacaan doa tersebut menjadi satu doa mengusap kepala
kemudian
ambilah air dan usapanlah kedua telingamu bagian dalam dan luarnya.
cara ialah dengan memasukan kedua jari telunjukmu kedalam kedua lubang
telinga dan keletakan keua ibu jarimu di bagian luarnya, lalu diputar
semuanya dan diratakan. wajah adalah anggota tubuh yang paling mulia,
tetapi terdapat lubang-lbang yang isinya pahit seperti kotoran kedua
telinga dan sebagainya asin seperti air mata, sebagiannya asam seperti
yang terdapat dalam lubang hidung dan sebagianya tawar seperti air
ludah. dan jumlah lubangnya ada enam yaitu kedua mata, kedua telinga,
mulut dan hidung. demikianlah yang dikataka oleh syaikh athiyyah. ketika
membasuh telinga ucapkanlah doa ini :
اللهم ا جعلني من ا لذين يستمعون القول فيتبعو ن احسنه. اللهم ا سمعني منادي الجنة في الجنة مع ا لابرار
allahummajalni
minalladziina yastami'uunalqaula fayattabi'uuna ahsanah. allahumma
asmi'ni munaadiyaljannati filjannati ma'al abror.
artinya
: "ya allah jadikanlah aku golongan orang-orang yang mendengar firmanmu
lalu mengikuti yang paling baik. ya allah jadikanlah aku dapat
mendengar panggilan juru panggil surgamu di surga bersama orang-orang
yang baik."
kemudian usapkanlah lehermu/tengkukmu sambil mengucapkan :
menurut
imam an-nawawi mengusap tengkuk/leher adalah bid'ah karena tidak
disunnahkan dinukil dari kitab arraudh. tetapi ada juga sebagian ulama
yang mengatakan perkara mengusap leher ini sunnah dan juga sebagian
mengatakan makruh.
kemudianlah
basuhlah kedua kakimu beserta kdua mata kakimu dan dahulukan kaki
kananmu lalu yang sebelah kiri dan tinggikan basuhan air sampai
tengah-tengah betis, sela-selain jari kaki dengan menggunakan kelingking
jari tangan kirimu di mulai dari jari lentik kaki kanan hingga
jari-jari kaki dengan cara memasukannya dari bawah telapak kaki.
bacalah doa ini ketika membasuh kaki kanan :
اللهم ثبت قدمى على صراطك المستقيم مع أقدم عبادك الصالحين
allahumma tsabit qodamayya 'alashirotil mustaqiima ma'a aqdami 'ibadikasholihin
artinya
: "ya allah teguhkanlah kedua telapak kakiku di atas jembatan shirotil
mustaqim bersama telaak kaki hamba-hambamu yang shaleh."
llau bacalah doa membasuh kaki kiri :
اللهم إنى أعوذ بك أن تجل قدمى على صراط فى النار يوم تجل الأقدالمنافقين والمشركين
allahumma inni 'audzubika antazilla qodamayya 'alashiroti finnari yauma tazillu aqdamulmunafiqiina wal musyrikiina
artinya"
ya allah sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari tergelincirnya
telapak kaki ku dari jembatan shirotil mustaqim ke dalam api neraka di
hari tergelincirnya telapak kaki orang-orang yang munafiq dan syirik."
dalam
kitab aldzkar imam an nawawi menyebutkan ketika membasuh kedua kaki
bacalah : allahmma tsabbit qadamii 'allaashirot ( ya allah teguhkanlah
kakiku di atas shirot )
adapun
doa ketika membasuh anggota tubuh, an nawawi mengatakan tidak ada
sesuatu keterangan dari nabi mengenai hal itu akan tetapi semua itu
adalah doa-doa yang diriwayatkan dari para salaf yang salih. ada yang
menambahi ada juga yang mengurangi. tapi ibnu hajar berkata hal itu
diriwayatkan dari jalan-jalan yang tidak kosong dari dusta, akan tetapi
imam mahali dan imam ar ramli al kabir dan ashagir menyukainya karena
hal itu disebutkan dalam tarikh ibnu hibban dan lainnya meskipun dhaif,
karena hadis dhaif yang diamalkan mengenai amalan-amalan utama. syarat
mengamalkan hadis dhaif adalah bilamana tidak sangat lemah masuk dibawah
asal umum serta termasuk dalam ibadat.
setelah kita selesaiberwudhu maka arahkanlah pandanganmu ke langit dan bacalah doa ini:
barang
siapa membaca doa-doa tersebut sesuai wudhunya maka akan di hapus
kesalahan dari sekujur tubuhnya. pahal wudhunya akan ditempel lalu
diangkat dan di letakan di bawah arsy, untuk bertasbih selam-lamanya dan
orang yang berwudhu tersebut akan menerima pahalnya sampai hari kiamat.
setelah itu membaca shalawat atas nabi muhammad SAW dan keluarganya
serta para sahabatnya. dan lebih di sukai apabila doa selesai wudhu itu
di baca tiga kali. kemudian dilanjutkan membaca surat al qadr sekali
atau dua kali atau tiga kali, karena barang siapa yang membaca sekali
maka ia di catat termasuk golongan shidiqin lalu yang membaca dua kali
dia di catat dalam diwan para syuhada dan bagi yang membaca tiga kali,
maka allah akan menghimpun dengan para nabi. juga disunnahkan setelah
membaca surah al qadr membaca doa ini :
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِى وَوَسِعْ لِى فِى دَارِ
وَبَارِكْ لِى فِى رِزْقِى وَلَا تَفْتِنِى بِمَازَوَيْتَ عَنِّى
"
ya allah ampunilah dosaku dan luaskan bagiku dalam rumahku dan
berkatilah aku dalam rezekiku dan janganlah engkau timpahkan fitnah
atasku dengan apa yang engkau jauhkan dariku."
jauhilah dalam berwudhu 7 hal :
1. jangan mengibaskan tanganmu karena air akan berserakan
2. jangan membasuh dengan keras tetapi hendaknya usap wajah dengan lembut
3. jangan berbicara saat berwudhu kecuali apabila diperlukan
4. jangan menambah basuhan atau usapan lebih dari tiga kali
5.
jangan memperbanyak siraman air jika tidak perlu atau sebab alasan
was-was, karena bagi penderita was-was terdapat setan yang selalu
mempermainkan mereka, ia bernama wal-han.
6. jangan berwudhu dengan air panas karena sengatan sinar matahari
7. jangan berwudhu dengan air yang berwadah kuningan seperti emas dan perak
tujuh hal tersebut di atas dimakruhkan di dalam wudhu. terdapat juga keterangan dalam sebuah hadis :
أنّ من ذكر الله عند و ضو ءه، طهّرالله جسده كلّه و من لم يذ كرالله لم يطهرمنه إلاماأصابه الماء
"
sesungguhnya barang siapa mengingat allah dalam wudhunya, maka allah
akan mensucikan seluruh tubuhnya zhahir dan batinya dan barang siapa
tidak mengingat allah maka tidak suci dari tubuhnya kecuali bagian yang
terkena air "
والطّهارة
الثّانية الغسل هو لغة سيلان الماء على الشيء وشرعا سيلانه على جميع البدن بالنّيّة
ولا يجب فورا و إن عصى بسببه بخلاف نجس عصى بسببه
والأشهرفي
كلام الفقهاءضمّ غنيه لكنّ الفتح أفصح وبضمّها مشترك بىن الفعل وماءغسل
cara bersuci yang ke dua
cara
bersuci yang kedua, yaitu mandi. arti mandi menurut bahasa ialah
"mengalirkan air pada salah satu anggota badan". sedangkan menurut hukum
syara ialah " mengalirkan air kesuluruh badan dengan niat mandi ".
mandi itu tidak wajib segera dilakukan, walaupun karena perbuatan dosa
umpamnya berzina. berbeda dengan mencuci najis yang disebabkan dosa.
perbedaannya ialah, kalau selesai berbuat zina, berarti selesai pula
bebuat dosa zina, sedangkan najis sebelum dicuci tetap berdosa.
yang
termahsyur dalam ucapan fuqaha ialah dhammah gainnya ghuslu (dari kata
mandi dalam bahasa arab), tetapi difatahkan ghaslu maknanya menjadi
lebih tepat atau fasihat, dan dengan dhammahnya mengandung isytirak
antara arti pekerjaan (mandi) dan air untuk mandi.
yang mewajibkan mandi
وموجبه
أربعة أحدها خروج منيّه أوّلا ويعرف بأحد خواصّه الثّلاث من تلذّذ بخروجه أوتدفّق أو
ريح عجين رطبا وبياض بيض جافّا فإنفقدت هذاه الخواصّ فلا غسل
نعم
لو شكّ في شيء أمنيّ هو أومذيّ تخيّر ولو بالتّشهّي فإن شاء جعله منيّا واغتسل أو مذيّا
وغسله وتوضاء
ولورأى
منيّا مجفّفافي نحو ثوبه لزمه الغسل وإعادة كلّ صلاة تيقّنها بعده مالم يحتمل عادة
كونه من غيره
yang mewajibkan mandi ada empat macam, yaitu :
1.
keluar mani secara jelas. baik karena bersenggama ataupun tanpa
bersenggama baik dalam keadaan terjaga ataupun tidur baik dengan cara
yang lazim ataupun tidak biasa, mani dapat diketahui melalui salah satu
dari ketiga cirinya, yaitu terasa nikmat saat keluarnya, keluarnya
memancar, terasa bau adonan ketika keluar dan bau putih telur ketika
kering. apabila tidak ada ciri-ciri itu, tidak wajib mandi.betul
demikian tetapi jika seseorang merasa ragu mengenai apakah sesuatu itu
mani atau madzi, ia boleh memilih sekehendaknya walaupun keluarnya
dengan syahwat. apabila ia menganggap mani, maka mandilah, tetapi bila
manganggap madzi, maka cuci dan wudhulah saja.
apabila
seseorang melihat mani kering, umpamanya pada bajunya,, sedangkan ia
tidak merasa mengeluarkannya, maka ia tetap wajib mandi dan mengulangi
salat dengan keyakinan bahwa shalatnya itu sesudah maninya keluar, jika
tidak ada kemungkinan mani itu berasal dari orang lain.
وثانيهادخول
حشفة أوقدرهامن فاقدهاولوكانت من ذكر مقتوع أو من بهيمة أو ميّت فرجاقبلاأودبراولو
لبهيمة كسمكة أو ميّت ولايعادغسله لانقطاع تكليفه
2.
masuknya hasafah (dzakar) atau seukurannya bagi yang terputus, walaupun
hasafah itu dzakar hewan atau mayat yang terpotong, pada farji bagian
depan atau belakang wanita, sekalipun pada hewan misalnya, ikan (maka ia
wajib mandi), namun bagi mayat tidak usah dimandikan kembali sebab
sudah habis masa taklifnya.
وثالثهاحيض
أي إنقطاعه وهو دم يخرج من أقصى رحم المرأة أوقات مخصوصة وأقلّ سنّه تسع سنين قمريّة
أي إستكمالهانعم إنرأته قبل تمامها ندون ستّة عشريومافهوحيض
ويحرم
به مايحرم بالجنابة ومباشرة مابين سرّتهاوركبتها وقيل لايحرم غيرالوطء واختاره النّوويّ
فى التّحقيق لخبر مسلم إصنعوا كلّ شيء إلّا النّكاح
و
إذاانقطع دمهاحلّ قبل الغسل صوم لاوطء خلافا لما بحثة العلامة الجلال السّيوطي رحمه
اللّه
3.
setelah haid berhenti, yaitu darah tidak keluar lagi, haid ialah darah
yang keluar, dari ujung rahim wanita pada waktu-waktu tertentu.
kemungkinan keluarnya haid paling sedikit umur 9 tahun,(tahun
qamariyah), yakni genap 9 tahun. memang demikian, tetapi kalau perempuan
melihat darah sebelum usia genap 9 tahun, yakni kurang 16 hari, maka
darah itu termasuk darah haid. paling sedikit keluar itu sehari semalam
dan paling lama 15 hari, seperti halnya paling sedikit waktu suci antara
dua kali haid.
seorang
wanita yang haid haram melakukan suatu hal sebagaimana yang dilarang
karena junub. dilarang pula bersentuhan kulit dengan laki-laki, yaitu
diantara pusar sampai lututnya. menurut sebagian orang, tidak haram
menyentuhnya selain jima. pendapat ini dipilih oleh imam nawawi
berdasarkan hadis muslim "boleh kamu kerjakan setiap perkara kecuali
jima". bila darah tidak keluar lagi sebelum mandi, diperbolehkan
berpuasa, namun belum boleh jima. berbeda pendapat dengan imam jalal
assuyuthi rahimahullah yang menghalalkan jima sesudah haid berhenti
walaupun belum mandi.
ورابعهانفاس
أي إنقطاعه وهودم حيض مجتمع يخرج بعد فراع جميع الرّحم وأقلّه لحظة وغالبه أربعن يوما
وأ كثره ستّون يوما
ويحرم
به مايحرم بالحيض ويجب الغسل أيضا بولادة ولوبلا بلل و إلقاء علقة و مضغة وبموت مسلم
غير شهيد
4.
selesai dari nifas, ialah darah haid yang berkumpul selama hamil, yang
keluar setelah rahim wanita kosong paling sedikit setets, biasanya 40
hari dan paling lama sampai 60 hari. seseorang yang nifas haram
melakukan sesuatu sebagaimana haram sebab haid . wajib mandi karena
melahirkan, walaupun tidak basah, demikian juga apabila keluar darah
kental, keguguran, dan mati bagi muslim yang bukan mati syahid.
FARDHU MANDI
وفرضه
أي الغسل شيئان أحدهما نيّةرفع الحدث للجنب أوالحيض للحائض أي رفع حكمه أو نيّة أداء
فرض الغسل أو رفع الحدث أو الطّهارة عنه أو أداء الغسل وكذاالغسل للصّلاة لاالغسل فقط
ويجب أن تكون النّيّة مقرونة بأوّله أي الغسل يعني بأوّل مغسول من البدن ولو من أسفله
فلونواى
بعد غسل جزء وجب إعادة غسله ولونواى رفع الجنابة وغسل بعض البدن ثمّ نام فاستيقظ وأراد
غسل الباقي لم يحتج إلى إعادة النّيّة
fardhu mandi ada dua macam, yaitu :
1. berniat
menghilangkan hadas bagi orang junub atau bagi yang berhaid, atau bagi wanita
yang bernifas yakni menghilangkan hukumnya (junub/haid/nifas dan yang serupa
dengan itu), juga berniat menunaikan fardhu mandi (adapun niat diucapkan
didalam hati), menghilangkan hadas, niat bersuci dari hadas, atau niat
menunaikan mandi wajib. demikian pula boleh juga niat mandi untuk shalat, bukan
niat mandi belaka.
wajib menyertakan niat pada awal membasuh badan, walaupun membasuh itu dari
bagian bawah. kalau seseorang baru berniat mandi sesudah membasuh badan
umpamanya pada tangan, maka ia wajib mengulangi membasuh tangan itu, kalau
seseorang niat menghilangkan hadas junub dan membasuh sebagian badan lalu
tidur, kemudian ketika bangun bermaksud membasuh sebagian badan yang lainnya
yang belum terbasuh tadi, maka ia tidak perlu mengulangi niatnya
وثانيهما
تعميم ظاهر بدن حتّى الأظفار وماتحتها والشّعر ظاهراوباطناو إن كثف وما ظهر من نحومنبت
شعراة زالت قبل غسلها وصماخ وفرج امرأة عند جلوسها على قدميها وشقوق وباطن جدريّ انفتح
رأسه لاباطن قرحت برئت وارتفع قشرها ولم يظهر شيء ممّا تحته
ويحرم
فتق الملتحم وما تحت قلفة من الأقلف فيجب غسل باطنهالأنّها مستحقّة الإزالة لاباطن
شعر إنعقد بنفسه و إن كثر
ولا
يجب مضمضة واستنشاق بل يكره تركهما بماء طهور ومرّ أنّه يضرّ تغيّراضارّاولوبما على
العضو خلافالجمع
ويكفي ظنّ عمومه أي الماء على لبشرة والشعر و إن لم يتيقّنه
فلا يجب تيقّن عمومه بل يكفي غلبة الظّنّ به فيه كالوضوء
وسنّ
للغسل الواجب والمندوب تسميّة أوّله و إزالة قذر طاهر كمنيّ مخاط و نجس كمذيّ و إن
كفى لهما غسلة واحدة و أيبول من أنزل قبل أيغتسل ليخرج مابقي بمجراه
(رواه الشيخان) فبعد
إزالة القذر مضمضة واستنشاق ثمّ وضوء كاملا للإتّباع
ويسنّ
له استصحابه إلى الفراغ حتّى لو أحدث سنّ له إحادته وزعم المحامليّ اختصاصه بالغسل
الوجب ضعيف
والأفضل
عدم تأخيرغسل قدميه عن الغسل كماصرّح به فى الرّوضة و إن ثبت تأخيرهمافى البخاريّ
ولوتوضأأثناءالغسل
أو بعده حصل له أصل السّنّة لكن الأفضل تقديمه ويكره تركه
وينوي
به سنّة الغسل إن تجرّدت جنابته عن الأصغر و إلّا نوى به رفع الحدث الأصغر أونحوه خروجا
من خلاف موجبه القا ئل بعدم الإ ندراج
ولوأحدث
بعد ارتفاع جنابة أعضاء الوضوء لزمه الوضوء مرتّبابالنّيّة
فتعهد
معاطف كالأذن والإبط واشرّة والموق ومحلّ شقّ وتعهّد أصول شعرثمّ غسل رأس باالإفاضة
بعد تحليله إن كان عليه شعر
ولاتيامن
فيه لغيرأقطع ثمّ غسل شقّ أيمن ثمّ أيسر ودلك لماتصله يده من بدنه خروجا من خلاف من
أوجبه
وتسنّ
الشهادتان المتقدّمتان فى لوضوء مع مامعهما عقب الغسل و أن لا يغتسل لجنابة أوغيرها
كالوضوء في ماء راكد لم يستبحر كنا بع من عين غيرجارّ
واستقبال
للقبلة وموا لاة وترك تكلّم بلاحاجة وتشيف بلا عذر
وتثليث
لغسل جميع البدن والدّلك والتّسميّة والذّ كر عقبه ويحصل في راكد بتحرّك جميع البدن
ثلاثا و إن لم ينقل قدميه إلى موضع أخر على الأوجة
(رواه مسلم) لايغسل أحدكم فى الماء الرّكد وهو جنب
2. membasuh seluruh
badan bagian luar termasuk kuku kulit yang berada dibawahnya, rambut bagian
luar dan dalam, walaupun lebat , bagi wanita yang rambutnya di gelung apabila
tidak ada cara dengan melepas ikatan rambutnya supaya air dapat sampai pada
kulit kepalanya maka wajib melepas ikatan rambutnya , wajib membasuh
kulit yang tampak dari tempat tumbuh rambut yang lepas atau rontok sebelum mandi,
lubang telinga, farji wanita yang tampak ketika ia duduk diatas dua telapak
kakinya / yang tampak ketika duduk memenuhi hajat, badan atau kulit yang pecah,
dan bagian dalam yang terkena sakit campak atau cacar yang terbuka
permukaannya. tidak wajib membasuh bagian dalamnya yang sudah sembuh dan telah
hilang kulit luarnya serta tidak tampak sesuatu yang ada dibawahnya.haram
membelah anggota wudhu yang rapat, wajib membasuh kulit dibawah kulub bagian
dalam, untuk menghilangkan kotorannya. tidak wajib membasuh bagian dalam rambut
yang bersimpul keriting secara alami walaupun lebat. tidak wajib berkumur dan
menghirup air kedalam hidung, hanya makruh meninggalkanny.
mandi dengan air yang
menyucikan, sebagaimana yang telah diterangkan dimuka, dengan alasan bahwa air
yang berubah dari keadaan semula cukup berbahaya walaupun tercampur benda yang
berada pada anggota badan orang yang mandi, misalnya ja'faron. tapi berbeda
pendapat dengan orang banyak. cukup dengan perkiraan menyeluruhnya air pada
kulit dan rambut, walaupun tidak yakin. tidak wajib meyakinkan menyeluruhnya
air pada kulit rambut, bahkan cukup dengan adanya perkiraan yang kuat bagi yang
mandi, seperti halnya dalam masalah wudhu. orang yang mandi wajib dan sunat
sebelumnya disunatkan membaca bismillah, membuang kotoran yang suci misalnya
mani dan ingus maupun yang najis misalnya madzi cukup dengan satu kali mandi
saja. tapi apabila orang yang keluar mani hendaknya membuang air kencing dulu
sebelum mandi agar sisa air mani yang berada dalam salurannya keluar.
sesudah membuah kotoran lalu
berkumur, menghirup air ke hidung dan wudhu dengan sempurna, sebab mengikuti
jejak rasulullah sebagaimana hadis yang diriwayatkan syakhan. disunatkan
wudhunya jangan sampai batal hingga selesai mandi, jika batal sunat mengulanginya
kembali. menurut pendapat imam muhamili, sunat wudhu khusus mandi wajib itu
dhaif. yang lebih utama, tidak mengakhirkan mencucui kedua kakinya sesudah
mandi, seperti dijelaskan dalam kitab raudhah, walaupun ada keterangan dalam
hadis bukhari yang memperbolehkan mengakhirkannya. bila wudhu pada pertengahan
mandi atau sesudahnya, yang demikian itu telah memperoleh asal kesunatannya.
tetapi yang lebih utama hendaklah mendahulukan wudhu dan makruh bila
meninggalkannya. apabila wudhunya itu diniatkan untuk mandi sunat, kalau
berhadas junub tanpa hadas kecil. kalau berhadas kecil dan sebagainya, supaya
tidak menimbulkan perselisihan dengan orang yang mewajibkannya, yaitu yang
berpendapat bahwa hadis kecil tidak tercakup dengan menghilangkan hadas besar.
jika wudhu batal sesudah hilang hadas junub dari semua anggota wudhu, tetap
wajib wudhu secara tertib dengan niat. sunat membersihkan lipatan anggota
wudhu, misalnya telinga, ketiak, pusat, ujung mata , tempat luka, pangkal
rambut dan membasuh kepala dengan meratakan air sesudah menyela-nyelai, bila
kepalanya ada rambutnya. tidak sunat mendahulukan bagian kanan kepala bagi
orang yang tidak putus tangannya, lalu membasuhnya dan berlanjut ke bagian
kiri, dan menggosok-gosok badan yang terjangkau oleh tangan, supaya keluar dari
pendapat orang yang mewajibkan demikian.
sunat membasuh seluruh badan
sebanyak tiga kali berulang-ulang, menggosok, membaca bismillah, dan zikir
sesudahnya. menurut kaul yang termahsyur, pelaksanaannya bisa menggunakan air
yang menggenang (air bak), dengan menggerakan badan tiga kali, walaupun tidak
memindahkan kedua telapak kaki ke tempat lain. sunat menghadap ke arah kiblat,
terus-menerus, meninggalkan pembicaraan yang tidak perlu, dan tidak menyeka
badan tanpa udzur. setelah mandi disunatkan membaca dua kalimat syahadat serta
doa yang menyertainya, sebagaimana bacaan ketika selesai wudhu yang sudah
diterangkan sebelumnya. tidak boleh (makruh) mandi karena junub atau yang
lainnya seperti wudhu, pada air yang menggenang kurang dari 2 kulah atau pun
persyaratan lainnya dalam kesucian air. misalnya air yang bersumber dari mata
air yang tidak mengalir airnya kecuali air laut yang melimpah..
sabda nabi saw :
tidak boleh salah
seorang di antara kamu mandi dalam air yang mengenang, padahal dia junub.
(فرع)
لواغتسل
لجنابة ونحو جمعة بنيّتهما حصلا و إن كان الأفضل إفراد كلّ بغسل أو لأحدهما حصل فقط
ولو أحدث ثمّ أجنب كفى غسل واحد و إن لم ينو معه الوضوء و لا رتّب أعصاءه
يسنّ
لجنب وحائض ونفسا بعدانقطاع دمهما غسل فرج ووضوء لنوم وأ كل وشرب
ويكره
فعل شيء من ذلك بلاوضوء وينبغي أن لايزيلوا قبل الغسل شعرا أوظفرا وكذادما لأنّ ذلك
يردّ فى الأخرة جنبا وجازتكشّف له أي للغسل فى خلوة أو بحضرة من يجوز نظره إلى عورته
كزوجة وأمة والسّتر أفضل
وحرم
إن كان ثمّ من يحرم نظره إليها كما حرم فى الخلوة بلاحاجة وحلّ لأدنى غرض كما يأتي
cabang dalam
permasalahan mandi junub :
mandi karena hadas junub dan sekaligus mandi
untuk shalat jumat umpamanya dengan niat dua maksud tadi, maka keduanya
dinyatakan boleh walaupn yang lebih utama adalah memisahkannya yakni mandi
wajib sendiri dan mandi sunat pun sendiri. atau jika berniat hanya untuk
salah satunya , maka yang di niati itu sajalah yang berhasil. kalau seseorang
sudah berhadas kecil lalu ia mandi junub, maka cukup dengan sekali mandi ,
walaupn tidak berniat wudhu dan tidak menertibkan membasuh anggotanya.
orang yang junub haid dan nifas setelah tidak
lagi mengeluarkan darah disunatkan mencuci farinya dan berwudhu untuk tidur,
makan dan minum. makruh mengerjaka sesuatu seperti tdur, makan atau minum tanpa
wudhu, seyogyanya sebelum mand tidak membuang rambut, kuku, demikian juga
darah. sebab yang demikian itu akan dikembalikan kelak diakhirat dalam keadaan
junub boleh membuka aurat ketika mandi ditempat yang sepi atau di depan
orang yang boleh melihat auratnya , misalnya istri atau budak wanita yang
dimilikinya tapi adapun menutup aurat itu lebih utama. haram membuka aurat jika
ada orang yang diharakan melihat auratnya, seperti haram membuka aurat di
tempat yang sepi tanpa maksud tertentu. namun boleh membukanya bila ada maksud
tersendiri, nanti aka di bahas pada bab yang lain.
pasal tambahan
tentang mandi sunnah ada 17 macam yaitu :
1. mandi hendak
solat jum'at yakni waktunya sejak terbit fajar shadiq.
2. mandi hendak
solat idul fitri yakni waktunya sejak masuk pertengahan malam.
3. mandi hendak
solat adha yakni waktunya sejak masuk pertengahan malam.
4. mandi hendak
solat istisqa yakni sebelum melakukan shalat istisqa
5. mandi hendak
solat gerhana bulan sebelum melaksanakan shalat
6. mandi hendak
solat gerhana matahari sebelum melaksanakan shalat
7. mandi sehabis
memandikan mayat mandi yang dilakukan sehabis memandikan mayat saudara muslim
atau mayat orang kafir.
8. mandi setelah
masuk islam yakni mandinya seseorang yang baru masuk islam maka sunnat
hukumnya, tapi apabila terdapat hadas besar, haid atau dalam keadaam junub maka
wajib mandi.
9. mandi sesudah
sembuh dari penyakit gila yakni mandi sehabis sembuh dari sakit gila sunnat
hukumnya karena dikhawatirkan ketika dalam keadaan gila pernah mengeluarkan
mani baik nyata terlihat atau tidak.
10. mandi sesudah
sembuh dari penyakit ayan pengertiannya hampir sama dengan kesunatan mandi
sehabis sembuh dari penyakit gila.
11. mandi ketika
hendak ber ihram baik haji atau umrah yakni dalam hal ini tiada perbedaan
antara yang baligh ataupun yang belum baligh, apabila tidak ada air maka boleh
bertayamum
12. mandi hendak
masuk kota mekkah , khusus bagi mereka yang hendak berihram haji dan umrah
13. mandi hendak
wukuf di arafah
14. mandi karena
bermalam di mudzalifah
15. mandi hendak
melempar jumrah yang 3 yaitu jumrotul ula. jumrotul wutsha, jumrotul aqabah
adapun melempar jumrah aqabah pada hari nahr (hari kurban) tidak disunatkan
mandi karena waktunya berdekatan dengan mandi wuquf di arafah.
16. mandi hendak
thawaf yakni mandi yang dilakukan ketika hendak melaksanakan thawaf, baik
thawaf qudum, ifadhah, maupun thawaf wada
17. mandi lain-lain
seperti mandi hendak shalat fardhu.
2. yang ke dua SUCI BADAN
وثانيها
أي ثاني شروط الصّلاة طهارة بدن ومنه داخل الفم و الأنف و العينين و ملبوس و غيره من
كلّ محمول له و إن لم يتحرّك بحركته
و
مكان يصلّى فيه عن نجس غير معفوّ عنه فلا تصحّ الصلاة معه ولونا سيا أو جاهلا بوجوده
أو بكونه مبطلا لقوله تعالى وثيابك فطهر ولخبر الشّيخين
ولا
يضرّ محاذاة نجس لبدنه لكن تكره مع محاذاته كاستقبال نجس أو متنجّس والسّقف كذلك إن
قرب منه بحيث يعدّ محاذيا له عرفا
ولايجب
اجتناب النّجس في غير الصّلاة و محلّه في غير التّضمّخ به في بدن أو ثوب فهو حرام بلاحاجة
و هو شرعا مستقذر يمنع صحّة الصّلاة حيث لا مرخّص
فهو
كروث وبول ولوكانا من طائر و سمك وجراد و ما لا نفس له سائلة أو من مأ كول لحمه على
الأصحّ
وقال
الإ صطخريّ والرّويانيّ من أئمّتنا كمالك و أحمد إنّهما طاهران من المأ كول
ولوراثت
أو قائت بهيمة حبّا فإن كان صلبا بحيث لوزرع نبت فمتنجّس يغسل ويؤكل و إلّا فنجس
ولم
يبيّنوا حكم غيرالحبّ قال شيخنا والّذي يظهر أنّه إن تغيّر عن حاله قبل البلع ولو يسيرا
فنجس و إلّا فمتنجّس
وفى
المجموع عن الشيخ نصر العفو عب بول بقر الدّياسة على الحبّ و عن الجوينيّ تشديد النّكير
على البحث عنه وتطهيره
و
بحث الفزرايّ العفو عن بعر الفأرة أذا وقع في ما ئع و عمّت البلوى به و أمّا ما يوجد
على ورق بعض الشجر كا لرّغوة فنجس لأنّه يخرج من باطن بعض الدّيدان كما شوهد ذلك
وليس
العنبر روشاخلافا لمن زعمه بل هو نبات فى البحر
ومذيّ
بمعجمة للأمر بغسل الذّكر منه و هو ماء أبيض أو أصفر رقيق يخرج غالبا عند ثوران الشهوة
بغير شهوة قويّة
ووديّ
بمهملة و هو ماء أبيض كدر ثنحين يخرج غالبا عقب ألبول أو عند حمل شيء ثقيل
ودم
حتّى مابقي على نحو عظم لكنّه معفوّ عنه واستشنوا منه الكبد و الطّحال و المسك ولو
من ميّت إن انعقد والعلقة والمضغة و لبنا خرج بلون دم و دم بيضة لم تفسد
وقي
ز معدّة و إن لم يتغيّر و هو الرّاجع بعد الوصول للمعدّة ولو ماء ، أمّا الرّاجع قبل
الوصول إليها يقينا أواحتمالا فلا يكون نجسا ولا متنجّسا خلافا للقفّال
و
قيح لأنّه دم مستحيل وصديد و هو ماء رقيق يخالطه دم وكذاماء جرح وجدريّ ونفظ إن تغيّر
و إلّا فماؤ ها طاهر
وأفتى
شيخنا إنّ الصّبيّ إذابتلي بتتا بع القيء عفي عن ثدي أمّه الدّاخل في فيه لاعن مقبّله
أو مماسّه
وكمرّة
ولبن غير مأ كول إلّاالأٓدميّ وجرّة نحو بعير أمّا المنيّ فطاهر خلافالماملك
وكذابلغم
غير معدّة من رأس أو صدر وماء سائل من فم نئم ولو نتنا أو أصفر مالم يتحقّق أنّه من
معدة إلّا ممّن ابتلي به فيعفى عنه و إن كثر
ورطوبة
فرج أي قبل على الأصح و هي ماء أبيض متردّد بين المذيّ والعرق يخرج من باطن الفرج الّذي
لا يجب غسله بخلاف ما يخرج ممّا يجب غسله فإ نّه طاهر قطعا و ما يخرج من وراء باطن
الفرج فإنّه نجس قطعا
ككلّ
خارج من الباطن وكالماء الخارج مع الولد أو قبله و لا فرق بين انفصالها و عد مه على
المعتمد قال بعضهم الفرق بين الرّطوبة الطّاهرة و النّجسة الإتّصال و الإنفصال فلو
انفصلت ففى الكفاية عن الإمام أنّها نجسة
ولا
يجب غسل ذكر المجا مع و البيض والولد و أفتى شيخنا بالعفو عن رطوبة الباسور لمبتلى
نها و كذا بيض غير مأ كول و يحلّ أ كله على الأصحّ و شعر مأ كول و ريشه إذا أبين في
حياته
ولو
شكّ في شعر أو نحوه أهو من مأ كول أو غيره أو هل انفصل من حيّ أو ميّت فهو طاهر و قياسه
أنّ العظم كذلك و به صرّح فى الجواحر
و
بيض الميتة إن تصلّب طاهر و إلّا فنجس و سؤر كلّ حيوان طاهر فلو تنجّس فمه ثمّ و لغ
في ماء قليل أو مائع : فإن كان بعد غيبة يمكن فيها طها رته بولوغه في ماء كثير أو جار
لم ينجّسه ولو هرّا و إلّا نجّسه
قال
شيخنا كالسّيوطيّ تبعا لبعض المتأخرين إنّه يعفى عن يسير عرفا من شعر نجس من غير مغلّظ
و من دخان نجاسة و عمّا على رجل ذباب و إن رؤي و ما على منفذ غير أٓدميّ ممّا خرج منه.
و ذرق طير و ما على فمه و روث ما نشؤه من الماء أو بين أو راق شجر النّارجيل الّتي
تستر بها البيوت عن المطر حيث يعسر صون الماء عنه
قَالَ
جَمْعٌ وَكَذَامَاتُلْقِهِ اْلفِئْرَانُ مِنَ الرَّوْثِ فِى حِيَاضِ الْأَخْلِيَةِ
إِذَاعَمَّ الْإِبْتِلَاءُبِهٖ وَيُؤَيِّدُهُ بَحْثُ الْفَزَارِيُّ،وَشَرْطُ
ذٰلِكَ كُلُّهٗ إِذَاكاَنَ فِى المْاَءِأَنْ لَايُغِيِّرَإِنْتهَىٰ
وَالزَّبَادُطَاهِرٌوَيُعْفٰى عَنْ قَلِيْلِ شَعْرِهٖ كاَلثَّلاَثِ
كَذَاأَطْلَقُوْهُ وَلَمْ يُبَيِّنُوْاأَنَّ اْلمُرَادَلْقَلِيْلُ فِى الْمَأْخُوْذِلِلْإِسْتِعْمَالِ
أَوْ فِى الْإِنَاءِالْمَأْخُوْذِمِنْهُ.
قَالَ شَيْخُنَا وَالَّذِيْ
يَتَّجِهُ الْأَوَّلُ إِنْ كاَنَ جَامِدًالِأَنَّ الْعِبْرَةَفِيْهِ بِمَحَلِّ النَّجَاسَةِفَقَطْ
فَإِنْ كَثُرَتْ فِيْ مَحَلٍّ وَاحِدٍلَمْ يُعْفَ عَنْهُ وَإِلاَّعُفِيَ عَنْهُ بِحِلاَفِ
الْمَائِعِ فَإِنَّ جَمِيْعَهٗ كَا لشَّيْءٍالْوَاحِد
فَإِنْ قَلَّ الشَّعْرُفِيْهِ
عُفِيَ عَنْهُ وَإِلَّافَلاَوَلاَنَظَرَلِلْمَأْخُوذِحِيْنَئِذٍ
وَنَقَلَ الْمُحِبُّ
الطَّبَرِيُّ عَنِ ابْنِ الصَّباَغِ وَاعْتَمَدَهٗ أَنَّهٗ يُعْفٰى عَنْ جِرَّةِالْبَعِيْرِوَنَحْوِهٖ
فَلاَ يَنْجُسُ مَاشَرِبَ مِنْهُ
وَأُلْحِقَ بِهٖ فَمُ
مَايَجْتَرُّمِنْ وَالَدِالْبَقَرَةِوَالضَّأْنِ إِذَااْلتَقَمَ أَخْلاَفُ أُمِّهٖ
وَقَالَ ابْنُ الصَّلاَحِ يُعْفٰى عَمَّااتَّصَلَ بِهٖ شَيْئٌ مِنْ أَفْوَاهِ الصَّبْيَانِ
مَعَ تَحَقُّقِ نَجَاسَتِهِا
وَأَلْحَقَ غَيْرُهٗ
بِهِمْ أَفْوَاهَ الْمَجَا نِيْنَ وَجَزَمَ بِهِ الزَّرْكَشِيُّ
وَكَمَيْتَةٍ وَلَوْ
نَحْوَذُبَابٍ مِمَّالَانَفْسَ لَهٗ سَائِلَةٌخِلَا فًالِلْقَفَّا لِ وَ مَنْ تَبَعَهٗ
فِي قَوْلِهٖ بِطَهَارَتِهٖ لِعَدَمِ الْمُتَعَفِّنِ كَمَا لِكٍ وَأَبيِ حَنِيْفَةَ
فالميتة نجسة و إن لم يسل دمها و كذاشعرها و عظمها و قرنها خلافا
لأبي حنيفة إذالم يكن عليها دسم
وأفتى الحا فظ ابن حجرن العسقلا
نيّ بصحّة الصّلاة إذاحمل المصلىّ ميتةذباب إن كان في محلّ يشقّ الإحترازعنه
غير بشر و سمك و جراد لحلّ تناول الإخيرين و أمّاالأدميّ فلقوله
تعالى و لتد كرّمنابني أدم، و قضيّة التّكريم أن لاّ يحكم بنجا ستهم بالموت و غيرصيد
لم تدرك ذكاته و جنين مذكّاة مات بذكاتها
أحلّت لنا ميتتان و دمان السّمك و الجراد و الكبد و الطّحال
هو الطّهور ماؤه و الحلّ ميتته
و يحلّ أكل دود مأ كول معه ولا يجب غسل نحو الفم منه ونقل فى
الجواهر عن الأصحاب لا يجوز أ كل سمك ملح ولم
ينزع ما في جوفه أي من المستقذرات و ظاهره لا فرق بين كبيره و صغيره لكن ذكر الشيخان
جوازأ كل الصغير مع ما فى جوفه لعسر تنقية ما فيه
وكمسكر أي صالح للإسكار فدخلت القطرة من المسكر مائع كخمر وهي
المتّخذة من العنب ونبيذ و هو المتّخذ من غيره
كلّ مسكر خمر و كلّ خمر حرام
وخرج با لما ئع نحوالبنج و الحشيش و تطهر خمر تخلّلت بنفسها
من غير مصاحبة عين أجنبيّة لها و إن لم تؤثّر فى التخليل كحصاة
ويتبعها فى الطّهارة الدّنّ و إن تشرّب منها أوغلت فيه وارتفعت
بسبب الغليان ثمّ نزلت
أمّا إذاارتفعت بلا غليان بل بفعل فاعل فلا تطهر و إن غمر المرتفع
قبل جفافه أو بعده بخمر أخرى على الأوجه كما جزم به شيخنا
والّذي اعتمده شيخنا المحقّق عبد الرّحمن ابن زياد أنّها تطهر
إن غمر المرتفع قبل الجفاف لابعده
ثمّ قال لوصبّ خمر في إناء ثمّ أخرجت منه وصبّ فيه خمر أخرى
بعد جفاف الإناء قبل غسله لم تطهر، و إن تخلّلت بعد نقلها منه في إناء أخر إنتهى
والدّ ليل على كونالخمر خلّا لحموضة في طعمها و إن لم توجد نهايةالحموضة
و إن قذفت بالزّبد
syarat
shalat yang kedua ialah suci badan. termasuk badan yaitu mulut bagian
dalam, hidung, kedua mata, pakaian yang bersih dan lainnya, sesuatu yang
dibawa ketika shalat, walaupun benda yang tidak turut bergerak karena
gerakan orang lain itu.
najis menurut syara adalah setiap perkara yang dianggap kotor dan
menghalangi sahnya shalat, selama tidak dalam keadaan rukshah.
tempat
shalat bersih dari najis yang tidak dimaafkan. jika banyak tahi burung
pada tikar atau tanah, dapat di maafkan, dengan syarat :
1. jangan menekan atau menginjak najis itu.
2. tidak basah.
3. sukar menjaganya
najis itu terbagi atas empat macam, yaitu :
1. yang tidak dimaafkan dalam pakaian dan air, misalnya kotoran manusia dan air kencing.
2. yang dimaafkan dalam pakaian dan air, yaitu najis yang tidak terlihat oleh mata.
3. yang dimaafkan dalam pakaian, tetapi tidak dimaafkan pada air, misalnya percikan darah.
4. yang dimaafkan dalam air, tetapi tidak dimaafkan pada pakaian, misalnya bangkai hewan yang darahnya tidak mengalir.
tidak
sah shalatnya bila ada najis pada badan, pakaian, atau tempat
shalat.walau terlupa dan tidak diketahui, atau tidak mengetahui bahwa
najis itu membatalkannya, berdasarkan firman allah dalam surat al
muddatstir : 4 " dan bersihkanlah pakaianmu
tidak
apa-apa bila najis itu berhadapan dengan badan, hanya yang demikian itu
makruh, misalnya menghadap najis atau menghadap barang yang terkena
najis. demikian pula hukumnya makruh apabila diatas atap / langit-langit
ada najis atau barang yang terkena najis jika dekat kepadanya. selama
menurut adat posisi itu dianggap berhadapan dengan najis tetapi tidak
tersentuh olehnya.
tidak
wajib menghindari najis diluar shalat, selama tidak menempel pada badan
atau baju, tapi jika ternyata menempel, maka haram bila tidak
menghindarinya, kecuali dalam keadaan darurat. (dalam keadaan darurat
boleh mengerjakan shalat walaupun dalam keadaan najis, tetapi wajib
mengulanginya.)
najis
itu misalnya tahi,dan air kencing, baik dari burung, ikan, belalang,
hewan yang tidak mengalir darahnya, ataupun dari hewan yang halal
dagingnya dimakan. hal ini menurut kaul yang lebih benar. syeh
isthokhori dan syeh ruyani dari imam-imam kita, seperti imam malik dan
imam ahmad, menyatakan " sesungguhnya kotoran dan air kencing hewan yang
halal dimakan adalah suci"
jika ada hewan yang membuang kotoran atau muntahnya berupa bij-bijian, hukumnya sebagai berikut ;
a. apabila biji itu keras dan ternyata bila ditanam bisa tumbuh, maka biji itu mutanajis, bisa disucikan boleh dimakan.
b. kalau tidak keras hukumnya najis.
para
ulama tidak menerangkan hukum selain biji-bijian. syaikhuna berkata "
yang jelas, jika biji itu keadaannya berubah sebelum ditelan walaupun
sedikit, maka hukumnya najis. tapi kalau tidak berubah sedikit pun maka
hukumnya mutanajis."
dalam
kitab majmu yang berasal dari penjelasan syeh nashar dinyatakan bahwa
air kencing sapi bajak (baluku) pada biji-bijian bisa dimaafka. juwaini
menyatakan tidak senang membahas masalah itu. dan beliau menganggap suci
biji tersebut, sebab dalam keadaan darurat.
imam
fazari membahas tentang dimaafkannya kotoran tikus bila jatuh pada
benda cair yang biasa terjadi. adapun kotoran berupa bulu / busa yang
terdapat di atas sebagian pohon, maka kotoran itu najis karena keluar
dari perut sebagian ular, sebagaimana kita saksikan sendiri. anbar tidak
termasuk kotoran, berbeda dengan orang yang menganggapnya demikian.
anbar itu sejenis tumbuh-tumbuhan yang hidup didalam laut.
macam-macam
najis itu misalnya madzi dengan titik dalnya, karena ada perintah
mencuci dzakarnya. sebagaimana kisah sayyidina ali bin abi thalib r.a
yang sering keluar madzi, maka nabi saw. menyuruh beliau mencuci
dzakarnya (riwayat bukhari muslim). madzi ialah cairan berwrna putih
atau kuning yang biasa keluar ketika syahwat mulai menggelora.
wadi
tanpa titik dal yaitu cairan yang berwarna keputih-pitihan dan kental
yang biasa keluar sesudah kencing atau membawa sesuatu yang berat.
darah
yang masih melekat, umpamanya pada tulang. darah seperti itu dimaafkan.
para ulama mengecualikan hati, limpa (walaupun pada hakikatnya darah
juga), dan kasturi, walaupun kasturi dari bangkasi yang sudah keras.
ulama mengecualikan darah kental itu, susu yang sudah berubah menjadi
darah, dan darah telur yang belum rusak/busuk.
nanah,
sebab nanah itu terdiri atas darah yang berubah rupa. nanh yaitu cairan
yang bercampur darah. demikian pula cairan karena luka,campak, lepuh
terbakar, yang sudah berubah. kalau cairan akibat luka itu tidak
berubah, maka tetap suci.
muntahan
dari lambung, meskipun tidak berubah, yaitu makanan keluar lagi setelah
sampai kedalam lambung, walaupun berupa air. adapun makanan atau air
yang keluar lagi sebelum sampai kel lambung, baik secara yakin ataupun
hanya dugaan, maka tidak najis dan tidak mutanajis. berbeda dengan
pendapat imam qaffal.
syakhuna
berfatwa" sesungguhnya anak kecil yang terus-menerus muntah, dimaafkan
karena hanya susu ibunya yang masuk kedalam mulutnya. tetapi tidak
dimaafkan yang mengenai ketika menciumnya atau yang menyentuhnya.
termasuk najis ialah empedu, air susu hewan yang tidak boleh dimakan
selain air susu manusia, dan kunyahan, umpamanya kunyahan unta yang
keluar dari lambungnya. mani tetap suci, berbeda dengan imam maliki yang
menganggap najis.
seperti
halnya mani tidak najis, yaitu lendir atau dahak yang keluar dari
kepala atau dada, bukan dari lambung. juga air yang keluar dari mulut
seseorang yang tidur, walaupun berbau atau menguning tetap suci
hukumnya, selama bukan keluar dari lambung, kecuali seseorang yang
berpenyakit sering mengeluarkan air liur, dimaafkan walaupun jumlahnya
banyak.
hukum lendir yang keluar dari farji,selain air mani dan air kencing ada 3
a.
secara pasti suci menurut kaul yang lebih bena. lendir farji yaitu
cairan berwarna putih yang diragukan apakah ia termasuk madzi atau
keringat yang keluar dari dalam farji, yang tidak wajib dicuci ketika
mandi wajib tetapi lendir itu tetap najis.
b. berbeda dengan air yang keluardari farji, yang wajib di cuci ketika istinja maka harus dicuci.
c. air yang keluar dari kantong farji jelas najis.
disebut
najis pula, setiap sesuatu yang keluar dari perut dan air ketuban yang
keluar beserta bayi atau sebelumnya. hukum diatas tersebut tidak berbeda
dengan lendir yang berpisah dari farji atau yang masih melekat, menurut
kaul yang mu'tamad. sebagian ulama berkata "perbedaan antara lendir
yang suci dan yang najis yaitu yang masih melekat pada anggota dan yang
sudah terpisah " kalau sudah berpisah, menurut kitab kifayah karangan
imam, termasuk najis. kalau masih melekat adalah suci.
tidak
wajib mencuci dzakar setelah jima begitu pula telur yang baru keluar
dan bayi walaupun masih basah dengan lendir farji. syaikhuna berfatwa "
lendir wasir bagi orang yang menderita wasir, bisa dimaafkan" demikian
pula telur hewan yang tidak halal dimakan dagingnya, hukumnya suci
menurut kaul yang lebih benar. bulu dan kumis dari hewan yang halal
dimakan dagingnya termasuk suci bila dipotong pada waktu binatang
tersebut masih hidup. bila seseorang merasa ragu mengenai bulu dan
sebagainya, apakah dari hewan yang halal atau bukan, apakah terpisah
dari hewan yang masih hidup atau sudah mati, semua itu hukumnya suci,
dalam hal ini tulang bisa diqiyaskan dengan bulu.hukum sucinya sama saja
telah dijelaskan dalam kitab al jawahir.
telur
bangkai kalau sudah keras adalah suci, tetapi kalau masih lembek
termasuk najis. setiap sisa minuman hewan yang suci adalah suci. tapi
kalau mulut hewan terkena najis, lalu hewan itu minum seteguk air yang
sedikit yakni kurang dari 2 kulah atau makan sesuatu dari benda yang
cair misalnya bubur, maka hukumnya sebagai berikut :
a.
kalau hewan itu pernah menghilang, sehingga mungkin mulutnya menjadi
suci karena meminum air dari air yang berlimpah atau yang mengalir, maka
air tersebut tidak najiswalaupun yang meminumnya kucing.
b. kalau binatang itu tidak pernah menghilang, maka air itu najis.
syaikhuna
berkata,demikian pula imam suyuthi, mengikuti sebagian ulama
muta-akhirin," bulu yang bernajis dimaafkan apabila hanya sedikit
menurut adat,kecuali najis mugholazoh dari asal najis, seperti najis
pada kaki lalat, yang terlihat dan dari lubang badan selain manusia dari
setiap perkara najisyang keluar dari lubang itu. dimaafkan juga tahi
burung dan apa yang berada pada mulutny, tahi ikan dan kotoran dari
binatang yang hidup di air atau dari hewan yang berada dari daun kelapa
yang dipakai atap rumah sebagai penutup hujan sekira sukar memelihara
air dari najis itu.
kebanyakan
ulama berkata " dimaafkan pula setiap najis atau kotoran yang terbawa
oleh tikus dari kolam yang tidak terpelihara, bila najis itu rata
mengenai kolam tersebut." pendapat ini diperkuat oleh pembahasan imam
fazari. syarat dimaafkannya itu apabila air kolamnya tidak berubah.
zabad yaitu susu hewan laut yang wangi adalah suci. atau zabad adalah
keringat kucing hutan. rambut zabad yang sedikit, misalnya tiga helai
dimaafkan. demikian penjelasan menurut ulama, namun mereka tidak
menerangkan apakah yang dimaksud dengan bulu yang diambil tiga helai itu
untuk dipakai atau ada pada tempat zabad saat diambilnya minyaknya.
syaikhuna
berkata," yang beralasan adalah pertama, ( yaitu bulunya untuk dipakai )
jika zabad itu keras, sebab yang dijadikan ibarat padanya hanya
mengenai tempat najis. jika najisnya itu banyak dan hanya terdapat pada
satu tempat yang tidak dimaafkan, tapi kalu sedikit dimaakan. berbeda
dengan zabad yang cair, hal itu tidak dimaafkan sebab semua menyatu."
jika
bulu bangkai pada benda cair itu sedikit, dimaakan, kalau banyak tidak
dimaafkan. tidak ditinjau dari segi pengambilan benda cair, melainkan
pada keseluruhannya kalau benda itu cair. imam thobari mengutip pendapat
ibnu shabagh dan ia menguatkan bahwa kunyahan unta dan sebangsanya
dimaafkan. tempat minumnya pun tidak najis walaupun mulutnya dianggap
najis karena ada kunyahannya.
disamakan
dengan unta yaitu kunyahan mulut anak sapi dan domba bila menusu pada
induknya. syeh ibnu shalah berkata." dimaakan barang yang terkena mulut
anak ( muntah anak dan sejenisnya sekalipun nyata najisnya. selain ibnu
shalah ada yang menyamakan mulut anak itu dengan mulut orang gila yang
memang najis. pendapat ini ditetapkan oleh imam zarkasyih.
macam-macam
najis misalnya bangkai, walaupun sejenis bangkai lalat, yaitu hewan
yang darahnya tidak mengalir, misalnya semut, cecak, kala jengking, dan
sebagainya. berbeda pendapat dengan imam al qaffal dan pengikutnya,
mereka berpendapat bahwa bangkai hewan seperti itu suci, sebab tidak
mempunyai darah yang busuk, begitu juga pendapat menurut imam abu
hanifah dan imam maliki r.a.
bangkai
itu najis, walaupun darahnya tidak mengalir, demikian pula, bulu,
tulang, dan tanduknya. berbeda dengan penapat imam abu hanifah r.a "
bangkai hewan yang darahnya tidak mengalir itu suci, kalau tidak
berlemak." al hafidz ibnu hajar al asqalani berfatwa sah shalatnya bila
bangkai lalat terbawa olehnya, kalau ia berbeda pada suatu tempat yang
sulit menghindari bangkai lalat itu." selain bangkai manusia, juga ikan
dan belalang suci, sebab kedua bangkai hewan itu suci maka bangkai
tersebut boleh dimakan , sebagaimana sabda nabi saw " dihalalkan bagi
kita dua jenis bangkai dan dua macam darah, yaitu ikan, belalang, hati
dan limpa"
sabdanya pula " laut itu suci airnya dan halal bangkainya "
bangkai
manusia tidak boleh di makan berdasarkan firman allah , " sesungguhnya
kami telah memuliakan keturunan adam ." al isra ayat 70. dasar
memuliakan itu adalah , bangkainya tidak dianggap najis, selain itu,
juga binatang hasil buruan yang mati karena dilukai yang tidak sempat
disembelih, dan anak binatang yang mati dalm kandungan karena induknya
disembelih.
halal
memakan ulat dalam buah-buahan yang termakan beserta buahnya seperti
pete dan sebagainya dan tidak wajib mencucui mulut lantaran memakannya.
dalam kutipan kitab jawahir dari sahabat imam syafi'i dinyatakan, tidak
boleh memakan ikan yang diberi garam jika belum dibersihkan/dikeluarkan
isi perutnya. tapi pernyataan itu tidak membedakan antara ikan yang
besar dan ikan yang kecil, akan tetapi syaikkhan telah menerangkan bahwa
boleh memakan ikan kecil beserta isi perutnyta lantaran sukar
membersihkan isi perutnya.
semua
yang memabukan itu najis, yakni yang biasa memabukan termasuk setetes
cairan dari yang memabukan, misalnya arak. arak ialah minuman yang
dibuat dari perahan anggur. pada hakikatnya setiap yang memabukan itu
najis walaupun dibuat dari kurma, tebu, madu dan sebagainya.
sebagaiamana sabda nabi saw : setiap yang memabukan adalah arak dan
setiap arak adalah haram.
nabidz
ialah minuman yang dibuat dari perahan selain anggur, umpamanya adalah
kurma. selain benda cair ( adalah suci ) seperti obat bius, hasyis,
anbar dan ja'faron. arak itu bisa menjadi suci bila berubah menjadi cuka
secara alami. bila bercampur benda lain walaupun tidak berbekas,
misalnya tercampur kerikil, adalah haram.
tong
tempat arak adalah suci, walaupun tong itu menyerap arak, atau arak itu
mendidih dan berbuih pada tong tersebut, lalu surut lagi. bila arak itu
berbuih tanpa mendidih, bahkan membuih karena perbuatan seseorang (
umpamanya dikocok-kocok ), maka tidak suci arak dan tongnya, sebab buih
yang najis itu kembali ke bawah dan menajiskan arak yang telah menjadi
cuka, walaupun buih itu melimpah sebelum kering atau sesudahnya dengan
tambahan arak lainnya, demikian menurut kaul yang lebih mahsyur, sesuai
pula dengan penetapan syaikhuna.
menurut
pendapat abdurahman bin ziyad yang diperkuat oleh syaikhuna sebagai
ahli tahqiq, arak itu suci kalau buihnya melimpah sebelum kering, tetapi
tidak suci kalau sesudahnya. kemudian beliau berkata." kalau arak itu
dituangkan ke dalam suatu bejana, lalu dikeluarkan kembali, setelah itu
menuangkan arak lain ke dalam bejana yang sudah kering, tetapi belum
dicuci, maka arak kedua yang dituangkan itu tidak suci ( sebab menerima
najis dari tempat yang mutanajis ), walaupun arak itu telah menjadi cuka
sesudah dipindahkan dari bejana yang satu ke bejana lainnya." tanda
arak menjadi cuka, yaitu rasanya asam, walaupun arak itu di tuangkan ke
dalam buih.
maka
jelaslah bahwa dalam melaksanakan shalat haruslah suci badan dari pada
hadas kecil dan hadas besar bagi yang mampu terkecuali bagi yang tidak
mampu.( yang sudah dijelaskan di atas secara ringkas )
dan
suci dari pada najis yang bukan ma'fu ( dimaafkan ) yang terdapat pada
kain , pakaian , maupun tempat yang dipakai untuk shalat
bab menyamak kulit binatang
و يطهر جلد نجس بالموت با ندباغ نقّاه بحيث لا يعود إليه نتن
ولا فساد لو نقع فى الماء
و ككلب و خنزير وفرع كلّ منهما مع الأ خر أو مع غيره ودود ميتهما
طاهر وكذا نسج عنكبوت عل المشهور كما قاله السبكيّ والأ ذرعيّ
و جزم صاحب العدّة والحاوي بنجاسته وما يخرج من جلد نحو حيّة
في حيا تها كالعرق على ما أفتى به بعضهم
لكن قال شيخنا فيه نظر بل الأقرب أنّه نجس لأنّه جزء متجسّد
منفصل من حيّ فهو كميتته
و قال أيضا لو نزا كلب أو خنزير على أٓدميّة فولدت أدميا كان
الولد نجسا و مع ذلك هو مكلّف با الصّلاة و غيرها
و ظاهر أنّه يعفى عمّا يضطرّ إلى ملا مسته و أنّه تجوز إمامته
إذ لا إعادة عليه ودخوله المسجد حيث لا رطوبة للجماعة و نحوها
kulit
bangkai menjadi suci karena di samak yang sebelumnya di bersihkan
dahulu lemaknya dan direndam dalam air, selama tidak menimbulkan bau
busuk dan rusak.
temasuk najis, yaitu anjing, babi dan anak kedua
hewan itu, baik antara anjing dengan anjing, anjing dengan babi, ataupun
dengan hewan lain walaupun dengan manusia. adapun ulat bangkai anjing
dan babi adalah suci sebab ulat bukan dari bangkai itu, melainkan anak
ulat yang lahir padanya. demikian pula sarang laba-laba, suci menurut
kaul yang mahsyur, seperti yang dikatakan oleh syeh subki dan adzra'i.
pengarang kitab uddah dan hawi menetapkan bahwa sarang laba-laba adalah
najis. begitu juga suci setiap sesuatu yang keluar dari kulit, misalnya
keringat ular hidup. demikian menurut fatwa sebagian ulama.
akan
tetapi syaikhuna berkata ,"hal itu membutuhkan pemikiran lagi, bahkan
yang mendekati kebenaran ialah, bahwa barang itu najis, sebab merupakan
sebagian dari badan yang terpisah dari hewan hidup. hal itu seperti
bangkainya saja ( najis hukumnya ).
selanjutnya syaikhuna
berkata;" kalau anjing atau babi bersetubuh dengan seorang perempuan,
lalu melahirkan anak berupa manusia, maka anak itu najis, walaupun
demikian, ia tetap dituntut melaksanakan kewajiban shalat dan
lain-lainnya.
yang jelas, ia dimaafkan dari setiap perkara yang
terpaksa bersentuhan dengan orang lain, misalnya bersentuhan dengan
istri atau saudaranya. dia boleh menjadi imam shalat, sebab tidak
diwajibkan baginya mengulangi shalat, boleh masuk ke masjid untuk shalat
berjamaah dan ibadah lainnya selama tidak membasahi masjid, jadi
badannya haruskering dahulu. dalam kitab al bujairimi diterangkan bahwa
anak tersebut suci, oleh karena itu boleh msauk mesjid meskipun
membasahi mesjid, bersentuhan dengan orang lain, dan sebagainya. hanya
ia tidak boleh kawin dengan orang lain selain dengan seseorang dari
bangsanya, sebab orang tuanya bukan manusia.
CARA MENSUCIKAN NAJIS
و يطهر متنجّس بعينيّة بغسل مزيل لصفا تها من طعم ولون و ريح، و
لا يضرّ بقاء لون أو ريح عسر زواله و لو من مغلظ فإن بقيا معا لم يطهر
1. barang yang
terkena najis 'ainiyah (najis 'ainiyah adalah najis yang berwujud
najis, bisa disentuh,bisa dirasakan baunya dan terlihat warnanya), bisa
suci dengan cucian yang bisa menghilangkan sifat najis, rasa,rupa, dan baunya.
bila rupa bekas najis atau baunya sulit dihilangkan, tidak apa-apa, walaupun
najis mugholazoh. tetapi kalau sifat najis, rupa dan baunya masih tetap
tinggal/ada hukumnya tidak suci.
و متنجّس بحكميّة كبول خفّ لم يدرك له صفة بجري الماء عليه
مرّة و إن كان حبّا أو لحما طبخ بنجس أو ثوبا صبغ بنجس فيطهر باطنها بصبّ الماء
على ظاهرها
كسيف سقي و هو محمى بنجس
2. bila suci
barang yang terkena najis hukmiyah ( najis hukmiyah adalah najis yang
sudah tidak berwujud najis dan sudah hilang sifat najis tersebut ),
misalnya air kencing yang kering yang tidak terlihat sifatnya, yaitu dengan
cara memercikan air satu kali, walaupun yang mutanajis itu berupa biji atau
daging yang ditumbuk bersama najis, atau baju yang dicelup dengan najis, maka
bagian dalamnya bisa dicuci dengan menyiramkan air di bagian luarnya, seperti
halnya membuat pedang yang di cor, yaitu yang dipanaskan dengan api yang
dihasilkan dari tempat yang najis.
و يشترط في طهر المحلّ ورود الماء القليل
على المحلّ المتنجّس فإن ورد متنجس على ماء قليل لا كثير تنجّس و إن لم يتغيّر فلا
يطهّر غيره
untuk
menyucikan tempat najis, disyaratkan menyiramkan sedikit air pada tempat yang mutanajis.
kalau airnya banyak boleh dengan mencucinya langsung kedalam air. kalau barang
mutanajisnya mengenai air yang sedikit atau tidak berlimpah, maka tetap
mutanajis hukumnya,walaupun airnya tidak berubah karena air itu tidak
menyucikan pada yang lainnya.
و فارق الوارد غيره بقوّته لكونه عاملا
فلو تنجّس فمه كفى أخذ الماء بيده إليه و إن لم يعلها عليه كما قال شيخنا
hukum air yang
mengalir pada barang yang mutanajis sehingga tidak menjadi najis dan berbeda
dengan air yang selainnya, karena air mengalir itu menolak pada najis, lain
halnya apabila najisnya yang mengalir, maka air itu tidak dapat menolak najis
tersebut. kalau mulut seseorang terkena najis, cukup dengan mengambil air
dengan tangan lalu dimasukan kedalam mulutnya, walaupun tangannya itu tidak
ditaruh di atas mulutnya, sebagaimana dikatakan oleh syaikhuna.
و يجب غسل كل ما في حدّ الظّاهر منه ولو
بالإدارة كصبّ ماء في إناء متنجّس و إدارته بجوانبه ولا يجوز له ابتلاع شيئ قبل
تطهر فمه حتى بالغرغرة
wajib mencuci
setiap perkara yang berada diluar mulut, walaupun dengan cara memutarkan air
itu seperti menuangkan air pada bejana yang terkena najis lalu memutarkannya
keseluruh sisi bejana. tidak boleeh menelan sesuatu sebelum mencuci mulutnya
hingga memutarkan air ke dalam kerongkongannya
(فر
ع) لوأصاب الأرض نحو بول و جفّ فصبّ على موضعه ماء فغمره طهر ولو لم ينضب أي يغور
سواء كانت الأرض صلبة أم رخوة
cabang dalam
mensucikan najis:
kalau tanah terkena najis, umpamanya air kencing,lalu
kering, kemudian tempat najis itu disiram air yang banyak hingga melimpah, maka
sucilah tanah itu walaupun tanah itu tidak meresap ke dalam tanah, baik tanah
itu dalam keadaan keras atau tanah itu gembur.
و إذا
كانت الأرض لم تتشرّب ما تنجّست به فلابدّ من إزالة العين قبل صبّ الماء
القليل عليها كما لو كانت في إناء
kalau keadaan tanahnya tidak meresap air umpanya tegal
haruslah menghilangkan bukti najis itu dulu sebelum mengalirkan air sedikit
padanya, seperti bejana yang terkena najis maka wajib menghilangkan bukti najis
dulu, lalu bekas najis tersebut disiram air
ولو كانت النّجاسة جامدة فتفتّتت واختلطت بالتّراب لم يطهر
كالمختلط
بنحو صديد بإفضة الماء عليه بل لا بدّ من إزالة جميع
التّراب المختلط بها
و أفتى بعضهم في مصحف تنجّس بغير معفوّ عنه بوجوب غسله و إن
أدّى إلى تلفه و إن كان ليتيم
قال شيخنا و يتعيّن فرضه فيما إذا مسّت النّجاسة شيئا من
القرأٓن بخلاف ما إذا كانت في نحو الجلد أوالحواشي
kalau najis itu
membeku terpecah-pecah dan bercampur dengan tanah, maka tanah itu tidak suci,
sebagaimana tanah yang tercampur dengan nanah, tidak suci hanya dengan
menyiramkan air di atasnya, melainkan dengan cara menghilangkan semua tanah
yang bercampur dengan najis itu. sebagian ulama berfatwa mengenai mushaf yang
terkena najis yang tidak dimaafkan, maka mushaf itu wajib dicuci walaupun
berakibat rusak dan meskipun mushaf itu milik anak yatim. syaikhuna
berkata,"wajib secara pasti mencucinya bila najis itu mengenai alquran
walaupun sedikit. berbeda bila najis itu mengenai sampulnya saja atau pinggir
alquran."
فرع:غسالةالمتنجّس ولومعفوّاعنه كدم قليل
إن نفصلت وقدزالت اعين وصفاتحاولم تتغيّرولم يزدوزنهابعداعتبارمايأخذه الثوب من اماءوالماءمن
الوسخ وقدطهر المحلّ طاهرةقال شيخناويظهرالإكتفاءفيهمابالظّنّ
cabang (dalam
hal air bekas cucian najis) :
air bekas
mencuci sesuatu yang terkena najis, walaupun najis yang dimaafkan, kalau sudah
terpisah dari tempat najis yang dicuci dan telah hlang bukti, sifat,tidak
berubah, dan tidak bertambah timbangannya setelah menmperhitungkan air yang
diserap oleh baju dan air kototran yang dicuci, serta tempatnya telah cuci,
maka air tersebut suci. syakhuna mengatakan bahwa air yang diserap baju dan kotoran
cukup dengan sangkaan saja tidak wajib meyakininya.
(فرع)
إذا وقع في طعام جامد كسمن فأرة مثلا فما تت ألقيت و ماحولها ممّا ماسّها فقط والباقي
طاهر والجامد هو الّذي إذاغرف منه لا يترادّ على قرب
(فرع)
إذا تنجّس ماءالبئر القليل بملاقاة نجس لم يطهر بالنّزح بل ينبغي أن لا ينزح ليكثر
الماء بنبع أوصبّ ماء فيه
أوالكثير
بتغيّر به لم يطهر إلّا بزاوله فإنبقيت فيه نجاسة كشعر فأرة و لم يتغيّر فطهور تعذّراستعماله
إذ لا يخلومنه دلو فلينزح كلّه فإن اغترف قبل النّزح و لم يتيقّن فيمااغترفه شعرالم
يضرّ و إن ظنّه عملا بتقديم الأصل على الظّاهر
cabang :
bila ada tikus,
umpanya jatuh pada makanan yang padat, misalnya samin,mentega, lalu tikus itu
mati, maka makanan yang disekiarnya terkena atau tersentuh najis harus dibuang,
sedangkan sisanya suci. yang disebut padat bila sebagiannya disauk, bagian yang
deket padanya tidak meleleh. nabi SAW pernah mendapatkan pertanyaan mengenai
tikus yang jatuh ke samin. sabdanya,'kalau samin itu beku, maka buanglah samin
yag ada pada sekitar tikus itu, tapi kalau cair tumpahka saja
semua."
bila yang
terkena najis itu air sumur yang jumlahnya sedikit, tidak suci dengan
menimbanya, bahkan seharusnya jangan ditimba, melainkan dibiarkan saja supaya
airnya menjadi banyak atau ditambah air dari tempat yang lain.
atau jika air
sumur itu melimpah serta berubah terkena najis, maka air itu tidak suci kecuali
dengan hilangnya perubahan itu. kalau najis itu tetap pada air, misalnya bulu
tikus dan airnya tidak berubah, maka air itu suci lagi mensucikan, hanya agak
sulit menggunakannya karena air timbaan itu tidak bebas dari bulu. maka
sebaiknya sumur itu dikuras dulu. kalau seseorang menyauknya sebelum
dikosongkan dan ia tidak meyakini bahwa ada bulu tikus dalam saukannya itu,
maka tidak apa-apa walaupun dia menyangka ada bulu tikus yang tersauk, sebab
mendahulukan asal pada zhahirnya. (asalnya tidak ada bulu)
najis mughallazhah
و
لا يطهر مينجّس بنحو كلب إلّا بسبع غسلات بعد زوال العين ولو بمرّات غمز يلها مرّة
واحدة
tidaklah
suci barang yang terkena najis misalnya najis anjing kecuali mencucinya
hingga tujuh kali berulang-ulang. walaupun telah mencucinya beberapa
kali hingga bukti najisnya hilang, maka hal itu (yang dapat
menghilangkan najis) dihitung satu kali
طهور إناءأحدكُم إذاو لغ فيه الكلب أن يغسله سبع مرّت أولاهنّ بالتّراب
"cara
mencuci bejana milik salah seorang diantara kamu yang dijilat anjing
dengan membasuhnya tujuh kali, salah satunya (dicampur) dengan tanah
(debu)." (riwayat muslim)
إحداهنّ
بتراب تيمّم ممزوج بالماء بأن يكد رالماء حتّى يظهر أثره فيه و يصل بواسطته إلى جميع
أجزاء المحلّ المتنجّس
ويكفي
فى الرّاكد تحريكه سبعا قال شيخنا يظهر أنّ الذّهاب مرّة و العود أخرى فى الجاري مرور
سبع جريات و لا تتريب في أرض ترابيّة
1.
satu dari basuhan itu menggunakan debu tayamum yang dicampur air,
sehingga airnya menjadi keruh. usahakan debu yang sudah tercampur dengan
air itu bisa mengenai seluruh bagian yang terkena najis.
2.
pada air yang menggenang cukup dengan menggerakkannya tujuh kali.
syaikhuna mengatakan bahwa satu kali gerakan dihitung satu bila
mengulangnya kembali, maka dihitung dua dan seterusnya.
3. pada air yang mengalir, cukup dengan lewatnya tujuh aliran. air yang bercampur tanah tidak perlu diberi debu.
(فرع)
لو مسّ كلبا داخل ماء كثير لم تنجس يده ولو رفع كلب رأسه من ماء و فمه مترطّب ولم يعلم
مماسّته له لم ينجس
cabang:
kalau
seseorang menyentuh anjing di dalam air yang banyak misalnya empang
maka tangannya tidak najis kecuali jika memegangnya, sebab air itu
dianggap penghalang. kalau ada anjing mengangkatkan kepalanya dari dalam
air, sedangkan mulutnya basah dan tidak diketahui sentuhan mulut anjig
itu pada air, maka air itu tidak najis sebab tidak yakin mulutnya itu
menyentuh air.
imam
maliki dan dawud berkata,"anjing itu suci, dan jilatannya pada air yang
sedikit misalnya dalam bejana tidak najis. hanya wajib mencuci bekas
jilatannya pada bejana itu, karena ta'abbud.
najis yang di maafkan
و
يعفى عن دم نحو بر غوث ممّا لا نفس له سائلة كبعوض و قمل لا عن جلده ودم نحو دمّل كبثرة
وجرح و عن قيحه و صديده و إن كثرالدّم فيهما و انتشر بعرق أو فحش الأوّل بحيث طبق الثّوب
على النّقول المعتمد بغير فعله
فإن
كثر بفعله قصدا كأن قتل نحو برغوث في ثوبه أو عصّر نحو دمّل أو حمل ثوبا فيه دام براغيث
مثلا وصلّى فيه أو فرشه و صلّى فيه
أو
زاد على ملبوسه لا لغرض كتجمّل فلا يعفى إلّا عن القليل على الأصحّ كما فى التّحقيق
و المجموع و إن اقتضى كلام الرّوضة العفو عن كثير دم نحو الدّمّل و إن عصر واعتمده
ابن النّقيب و الأذرعيّ
ومحلّ
العفوهنا وفيما يأتي بالنّسبة للصّلاة لا لنحو ماء قليل فينجس به و إن قلّ ولا أثر
لملا قاة البدن له رطبا و لا يكلّف تنشيف البدن لعسره
وعن
قليل نحو دم غيره أي أجنبيّ غير مغلّظ بخلاف كثيره ومنه كما قال الأذرعيّ دم انفصل
من بدنه ثمّ أصابه
و
عن قليل نحو دم حيض ورعاف كمافى المجموع ويقاس بهما دم سائر المنافذ إلّا الخارج من
معدن النّجاسة كمحلّ الغائط
والمرجع
فى القلّة والكثرة العرف و ما شكّ في كثرته له حكم القليل
ولو
تفرّق النّجس فى محلّ ولو جمع كثر كان له حكم القليل عند الإمام والكثير عند المتولّى
والغزالى و غيرهما ورجّحه
ويعفى عن دم نحو فصد وحجم
بمحلّهما و إن كثر وتصحّ صلاة من أدمي لثته قبل غسل الفم إذالم يبتلع ريقه فيها لأنّ
دم اللّثة معفوّ عنه بالنّسبة إلى الرّيق
darah
yang di maafkan, umpamanya sejenis darah kutu atau nyamuk yang tidak
mengalir. kulitnya tidak dimaafkan namun menurut ibnu hajar hal tersebut
dimaafkan. dimaafkan pula darah bisul,jerawat,luka,nanah cair atau
kental, meskipun darah yang banyak melekat bersama keringat pada pakaian
atau badan,berasal dari darah kutu,menurut kutipan yang mu'tamad. bila
hal itu bukan dari perbuatannya sendiri. kalau najis itu banyak
lantaran perbuatannya sendiri dan disengaja contohnya,membunuh
kutu,memencet bisul,memakai baju yang ada darahnya bekas kutu yang
dipencet,shalat diatas tikar yang bayak darahnya,atau merangkapkan
pakaian bukan dengan maksud menghias diri seperti kedinginan,semua itu
tidak dimaafkan kecuali darah yang sedikit menurut kaul yang lebih
benar, sebagaimana dalam kitab tahqiq dan majmu walaupun menurut
pernyataan yang tertera dalam kitab raudhah darah yang banyak itu
dimaafkan umpanya bisul walaupun dengan sengaja dipencet. syeh ibnu
naqib dan adzra'i menguatkan pendapat itu. dalam hal ini letak
dimaafkannya ialah pada perkara yang akan di terangkan nanti (yaitu
tentang darah orang lain, haid atau sariawan) bila dipergunakan untuk
shalat bukan mengenai pada air yang sedikit. air yang sedikit itu
menjadi najis (bila terkena najis) meskipun najisnya sedikit. bila badan
dalam keadaan basah bersentuhan atau terkena percikan darah yang
sedikit maka dimaafkan, tidak menjadi masalah karena dihukumi tidak
najis, juga tidak diperintahkan untuk menyekanya mengingat hal itu
sulit. darah yang sedikit termasuk najis yang dimaafkan, umpamanya darah
orang lain selain najiz mughalazzah. berbeda dengan najis yang banyak,
tidak dimaafkan. yang termasuk najis orang lain sebagaimana menurut syeh
adzra'i yaitu darah yang telah berpisah dari badan sendiri kemudian
mengenai badannya lagi maka hukumnya dimaafkan.
dimaafkan darah haid yang sedikit dan darah yang keluar daru hidung yakni mimisan, yang seperti yang diterangkan dalam kitab al majmu
di qiyaskan kepadanya yaitu darah dari lubang lubang tang lainnya,
misalnya mata atau telinga selain yang keluar dari tempat najis keluar
misalnya dubur dan qubul. ukuran sedikit atau banyaknya biasanya di ukur
menurut adat kebiasaan, ada yang berpendapat, kalau banyak/besar yakni
sebesar kuku ada lagi sebesar telapak tangan dan lain-lainnya. tapi
apabila masih diragukan ukuran besarnya maka dianggap sedikit/kecil.
seandainya
ada najis yang terpisah-pisah pada satu tempat misalnya pada baju yang
jika disatukan menjadi banyak atau besar, maka hukum najis itu sebagai
berikut :
a. dianggap sedikit oleh imam zaini dahlan
b. dianggap banyak oleh imam mutawalli,imam ghazali,dan lainnya, dan pendapat ini dianggap rajih oleh sebagian alim ulama.
dimaafkan
darah hasil transfusi dan bekaman pada tempatnya walaupun banyak. orang
yang gusinya berdarah, sah shalatnya walaupun tidak mencuci mulutnya
terlebih dahulu, asalkan ludahnya itu tidak tertelan sewaktu shalat
sebab darah gusi dimaafkan dengan nisbat pada ludah, tidak apa-apa ludah
bercampur darah. akan tetapi, bila ludah itu tertelan sewaktu shalat,
maka tidak sah shalatnya.
ولو
رعف قبل الصّلاة ودام فإنرجى إنقطاعه والوقت متّسع إنتظره و إلّا تحفّظ كا لسّلس
خلافا
لمن زعم إنتظاره و إن خرج الوقت كما تؤخّر لغسل ثوبه المتنجّس و إن خرج
ويفرّق
بقدرة هذا على إزالة النّجس من أصله فلزمته بخلافه في مسئلتنا
و
عن قليل طين محلّ مرور متيقّن نجاسته ولو بمغلّظ للمشقّة مالم تبق عينها متميّزة ويختلف
ذلك بالوقت ومحلّه من الثّوب والبدن
و
إذا تعيّن عين النّجاسة في الطّريق ولو مواطئ كلب فلا يعغى عنها و إن عمّت الطّريق
على الأوجه
وأفتى
شيخنا في طريق لا طين نها بل فيها قذرالأدميّ وروث الكلاب والبها ئم و قد أصابها المطربالعفو
عند مشقّة الإحتراز
andaikata seseorang keluar darah dari hidung yakni mimisan terus-menerus sebelum shalat, maka masalahnya sebagai berikut :
a. apabila ia menduga darahnya akan segera berhenti dan waktu shalat masih lama, hendaklah menunggu.
b.
apabila menduga tidak akan berhenti, maka ia harus menjaganya, seperti
halnya orang yang berpenyakit beser, yaitu dengan mencuci, membungkus,
tau menutup dan sebagainya.
c.
berbeda dengan pendapat yang mengharuskan menunggu walaupun waktu
shalat sampai habis, seperti masalah meng akhirkan shalat untuk mencuci
pakain yang terkena najis.
dibedakan
masalah mimisan dengan najis, sebab orang itu mampu menghilangkan najis
di bajunya dari asalnya. oleh karena itu ia wajib mencuci bajunya yang
terkena najis terlebih dahulu. lain halnya dengan masalah mimisan karena
termasuk penyakit. termasuk najis yang dimaafkan yaitu tanah berlumpur
yang biasa dilalui orang, yang yakin terkena najis sedikit walaupun
najis mughalazoh, karena sulit menghindarinya selama tidak jelas ada
bukti najis yang terpisah dari tanah yang mengenai badannya. pemaafan
itu tidak bisa disamakan karena waktu kemarau atau penghujan dan
tempatnya apakah pada baju atau badan ( dimaafkan jalan yang terkena
najis pada musim penghujan, namum tidak dimaafkan pada musim kemarau,
dimaafkan najis pada kaki taau ujung kain, tetapi tidak dimaafkan pada
tangan atau siku dan sebagainya.)
apabila
telah jelas bukti najis dijalan, sekalipun jalan tempat anjing lewat,
tidak dimaafkan. begitu juga najis yang memenuhi/meratai jalan, menurut
kaul yang termahsyur tetapi imam zarkasyi berpendapat lebih condong
memaafkannya. syaikhuna berfatwa tentang jalan yang tak bertanah seeprti
jalan aspal atau ubin yang penih dengan kotoran manusia, tahi anjing,
dan hewan lain, yang tertimpa hujan lalu air hujan itu mengenai badan
atau pakaiannya, maka dimaafkan karena sulit menjaganya.
CATATAN PENTING :
و
هي ِنّ ماأصله الطّهارة وغلب على الظّنّ تنجّسه لغلبة النّجاسة في مثله فيه قولان معروفان
بقولى الأصل والظّاهر أوالغالب أرجحهما أنّه طاهر عملا بالأصل المتيقّن لأنّه أضبط
من الغالب المختلف بالأحوال والأزمان و ذلك كثياب خمّار و حائض و صبيان و
َوانى متديّنين بالنّجاسة وورق يغلبُ نثره على نجس و لعاب صبيّ و جوخ إشتهر
عمله بشحم الخنزير و جبن شاميّ إشتهر عمله بأنفخة الخنزير و قدجاءه صلّى
اللّه عليه و سلّم جبنة من عندهم فأكل منها و لم يسأل عن ذلك ذكره شيخنا في
شرح المنهاج
setiap
perkara yang asalnya suci kemudian diduga terkena najis karena biasanya
barang seperti itu adalah najis, maka hukumnya terbagi menjadi dua kaul
/ pendapat yang termahsyur, yaitu asal dan zhahir atau ghalib ( asalnya
suci zahirnya najis ). yang paling benar yaitu mengambil yang suci,
berdasarkan asalnya, sebab hal itulah yang diyakini sedangkan asal itu
lebih dapat dipertanggungjawabkan dari pada yang biasa terjadi, yang
berbeda keadaan dan zamannya.
yang
demikian itu misalnya baju tukang arak, wanita haid, manak-anak. dan
bejana orang-orang yang berbakti atau orang yang beribadah menggunakan
barang yang najis misalnya kaum penyembah sapi dengan air kencing
sapinya.,daun yang jatuh di atas tempat yang najis, air ludah/lir
anak-anak, kain bulu yang pembuatannya termahsyur memakai lemak babi,
keju syam yang termahsyur memakai perahan lambung besar babi.
sebagaimana nabi saw, pernah disuguhi keju dari syam, lalu beliau
memakannya tanpa bertanya apa-apa. demikian diterangkan oleh syaikhuna
dalam syarah al minhaj.
يجب الإستنجاء من كلّ خارج ملوّث بماء و يكفي فيه غلبة ظنّ زوال
النّجاسة ولا يسنّ حينئذ شمّ يده
وينبغى الإسترخاء لئلّا يبقى أثرها في تضاعيف شرج المقعدة
أو بثلاث مسحات تعمّ المحلّ في كلّ مرة مع تنقية
و يندب لداخل الخلاء أن يقدّم يساره و يمينه لانصرافه بعكس المسجد
و ينحى ماعليه معظّم من قرأن واسم نبيّ أو ملك ولو مشتر كا كعزيز وأحمد إن قصد به معظّم
ويسكت
حال خروج خارج ولو عن غير ذكر وفي غير حال الخروج عن ذكر و يبعد و يستتر
(رواه
أحمد)إذاتغوّط الرّجلان فليتواركلّ
أحد منهما عن صاحبه و لا يتحدّثا فإنّ اللّه يمقت على ذلك
و
أنلا يقضي حاجته في ماء مباح راكد مالم يستبحر
(رواه أبوداود) من
أتى الغائط فليستتر
(ا ه اعانه ص ١١٠/١ ) إنّ الماء ليلا مأوى الجنّ و الإستعاذة
مع التّسميّة لا تدفع شرّ عتاتهم
wajib
istinja dengan air setiap selesai mengeluarkan perkara yang berlumuran
atau basah seperti sesudah buang air baik melalui qubul atau dubur.
pada waktu istinja cukup dengan dugaan yang kuat bahwa najisnya telah
hilang, dan tidak disunatkan sesudah istinja mencium tangannya.
seyogyanya mengempis-ngempiskan lubang duburnya agar sisa najis pada
lipatan ujung duburnya tidak ada yang melekat atau dengan tiga kali
mengusap, tiap usapan hendaknya meratai tempat najis sehingga dapat
menghilangkan bukti najisnya yaitu dengan menggunakan benda keras yang
dapat menyerap.
jika istinja hanya menggunakan batu yang suci maka harus dilakukan dan diperhatikan beberapa syarat :
a). menggunakan tiga batu yang suci
b). menggunakan tiga batu yang dapat menyerap najis
c). najisnya tidak menyebar melewati tempat keluarnya
d). mengusap tempat najis dengan tiga batu tersebut.
e).
mengusap permukaan aurat dengan tiga batu dan jika belum bersih dengan
tiga batu, maka wajib disempurnakan denagn lima atau tujuh sampai
bersih.
orang
yang akan memasuki kakus disunatkan mendahulukan kaki kiri dan
mendahulukan kaki kanan ketika hendak keluar, tetapi bila ke masjid
sebaliknya. sebelum masuk masjid disunatkan terlebih dahulu menanggalkan
barang-barang yang di anggap mulia misalnya tulisan ayat al quran, nama
nabi atau malaikat walaupun bersamaan dengan nama lain, seperti lafaz
aziz atau ahmad, kalau yang dimaksud adalah nama yang dimuliakan
sebagaimana riwayat anas r.a ,"nabi saw apabila akan masuk ke kakus
sebelumnya beliau menanggalkan atau menyimpan cincinnya sebab
bertuliskan muhammadurasulullah riwayat arba'ah .
hendaknya
diam ketika mengeluarkan kotoran dari duburnya walaupun selain zikir
misalnya berbicara, menyanyi dan sebagianya. selain dari waktu
mengeluarkan kotoran hendaknya tidak berzikir tapi boleh berbicara
apabila diperlukan. tempat membuang kotoran disunatkan jauh dari tempat
umum dan memakai penghalang sabda nabi saw
" apabila dua orang laki-laki
buang air besar maka mereka harus memakai penghalang diantara keduanya
dan janganlah bercakap-cakap. sesungguhnya allah membenci mereka karena
berbuat demikian yakni bercakap-cakap (hr ahmad)
wanita
pun sama aturannya dengan laki-laki. tidak boleh qodho buang hajat
karena hukumnya makruh misalnya buang air kecil atau buang air besar
pada air mubah yang menggenang, selama tidak seperti laut misalnya
dikolam atau empang lebih-lebih kalau malam karena merupakan waktu
berkeliarannya jin. sebagaimana sabda nabi saw. ' barang siapa yang
buang air besar, hendaknya memakia penghalang"
sabdanya
pula " sesungguhnya pada malam hari air menjadi tempat jin. membaca
ta'awuddz dan bismillah pun tidak dapat menolak gangguan mereka
(riwayat dari ianatutolibin )
ومتحدّث
غير مملوك لأحد و طريق وقيل يحرم التّغوّط
فيها و تحت مثمر بملكه أو مملوك علم رضا ملكه و إلّا حرم
(رواه
البيهقيّ) إتّقواالملا عن الثلاثة البراز
و الظلّ فى الموارد و قارعة الطّريق
و
لا يستقبل عين القبلة و لا يستدبرها ويحرمان في غير المعدّ و حيث لاساتر
فلواستقبلها
بصدره و حوّل فرجه عنها ثمّ بال لم يضرّ بخلاف عكسه
و
لا يستاك و لا يبزق في بوله و أن يقول عند دخوله ، اَللّٰهُمَّ إِنِّ أَعُوْذُبِكَ
مِنَ الْخُبُثِ و الْخَبَائِثِ
وا
لخروج غُفْرَا نَكَ الْحَمْدُلِلّٰهِ الّٰذِيْ أَذْهَبَ عَنِّى الْأَذٰى وَ عَافَنِيْ
و بعد الإستنجاء اَللّٰهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنَ النِّفَاقِ وَ حَصِّنْ فَرجِيْ مِنَ
الْفَوَحِشِ
makruh
qodho hajat di tempat umum atau tempat berkumpulnya orang-orang seperti
tempat berteduh dipinggir jalan,yang bukan milik seseorang dan dijalan.
orang berkata "haram buang air besar dijalan ". (tetapi jika bukan tempat untuk berkumpul, maka tidak ada larangan, bahkan wajib, jika hal itu dapat menghilangkan kemaksiatan)
makruh qodho hajat di bawah pohon yang berbuah, meskipun miliknya
sendiri atau milik orang lain yang diketahui kerelaan pemiliknya. kalau
tidak demikian, haram qodho hajatnya. sabda nabi saw : "takutilah tiga
macam tempat kutukan yaitu :
1.tanah lapang
2.tempat orang-orang berteduh
3.dan ditengah jalan
sunat
tidak menghadap arah kiblat atau membelakanginya (kalau bukan
ditempatnya atau kakus atau tertutup atau memakai penghalang). haram
menghadap atau membelakangi kiblat itu berlaku ditempat yang bukan
disediakan khusu untuk qodho hajat (bukan kakus) dan tidak memakai
penghalang.
jadi hukumnya ada tiga macam
1.makruh
2.haram
3.mubah.
jika
dada seseorang menghadap kiblat dan farjinya dipalingkan dari arah
kiblat , lalu buang air kecil hal itu tidak mudharat maka hukumnya
diperbolehkan. berbeda dengan sebaliknya yaitu farjinya menghadap kiblat
dan dadanya berpaling maka itu tidak diperbolehkan. sunat tidak
bersiwak dan meludahi air kencingnya. usahakan waktu kencing ataupun
buang air besar tidak dengan berdiri karena hal itu makruh kecuali dalam
keadaan darurat maka tidak ada larangan dan tidak bertentangan dengan
tat cara istinja yang utama. karena nabi pernah mendatangi tempat
pembuangan sampah umum, lalu kencing sambil berdiri, mengenai hadis
tersebut ada tiga pendapat
pertama , rasulullah saw melakukan itu karena tidak bisa duduk akibat adaya bagian tubuhnya yang sakit
kedua
karena beliau berobat dengan cara itu untuk mengatasi sakit pada
sulbinya sebagaimana kebiasaan orang arab yang mengobati nya dengan cara
kencing berdiri
ketiga beliau tidak bisa duduk disitu karena terdapat banyak barang najis.
bila akan memasuki kakus jangan lupa menggunaka penutup kepala dan alas kaki lalu bacalah doa masuk wc
اَللّٰهُمَّ
إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
atau dalam (dalam kitab bidayatul hidayah) riwayat lain bentuk do'anya seperti ini :
بِسْمِ اللّٰهِ أَعُوْذُبِااللّٰهِ
مِنَ الرِّجْسِ النَّجِسِ ، اَلْخَبِيْثِ الْمُخبِثْ، الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Artinya :
Dengan menyebut nama allah aku berlindung kepadanya
dari segala gangguan setan yang terkutuk,kotor,najis,jijik,dan menjijikan
atau juga dalam riwayat lain dalam kitab maraqil ubudiyah yaitu seperti ini :
اَللّٰهُمَّ اِنِّ اَعُوْذُبِكَ
مِنَ الرِّجْسِ النَّجِسِ الْخَبِيْثِ الْمُخبِثِ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Ya allah aku mohon kepadamu perlindungan dari kotoran
yang najis dan setan yang jahat dan menjadikan jahat yaitu setan yang terkutuk
. bintangulama.com
ketika akan keluar wc bacalah:
غُفرَانَكَ الْحَمْدُ
لِلّٰهِ الَّذيْ أَذْهَبَ عنِّى اْلأَذٰى وَعَافَنِيْ
atau bisa juga baca doa keluar wc yang ini:
sesudah bersuci bacalah:
اَللّٰهُمَّ
طَهِرْقَلبِيْ مِنَ النِّفَاقِ وَحَصِّنْ فَرْجِيْ مِنَ الْفَوَاحِشِ
قال
البغقيّ لوشكّ بعد الإستنجاء هل غسل ذكره لم تلزمه إعادته
imam
baghawai berkata " kalau sesudah bersuci seseorang ragu apakah sudah
mencuci zakarnya atau belum, maka tidak wajib mengulanginya".
وثالثها
ستر رجل ولو صبيّا و أمة ولو مكاتبة و أمّ ولد ما بين سرّة و ركبة لهما ولو خاليا في
ظلمة للخبر الصّحيح
3. menutup aurat
لا
يقبل اللّه صلاة حائض أي بالح إلّا بخمار
ويجب
ستر جزء منهما ليتحقّق به سترالعورة وسترحرّة ولو صغيرة غيروجه و كفّين
ظهرهما و بطنهما إلى الكوعين بما لا يصف لونا أي لون البشرة فى مجلس
التّخاطب كذا ضبط بذلك أحمدبن موسى بن عجيل
ويكفي ما يحكي لحجم الأعضاء
لكنّه خلاف الأولى و يجب السّتر من الأ على و الجوانب لا من الأسفل إن قدر
أي كلّ من الرّجل و الحرّة و الأمة عليه أي السّتر
أمّا العاجز عمّايستر العورة فيصلّى و جوبا عاريا بلا إعادة ولو مع وجود ساتر متنجّس يعذّر غسله لا من أمكنه تطهيره و إن خرج الوقت
syarat
shalat yang ketiga ialah menutup aurat. seorang laki-laki (walaupun
anak-anak) dan juga wanita budak baik yang mukatab (budak mukatab yaitu
budak yang ingin memerdekakan diri dengan imbalan tertentu atas dasar ke
inginannya sendiri atas kesepakatan bersama dengan tuannya dengan cara
pembayarannya diangsur) ataupun ummulwalad (yaitu anak hasil hubungan
antaran budak wanita dengan tuannya ) , wajib menutup bagian anggota
badannya antara pusat sampai lutut , walaupun ditempat yang sunyi dan
gelap sekalipun shalatnya ditempat gelap secara sendirian. hal ini
berdasarkan hadis shohih yang menyatakan " allah tidak menerima shalat
seseorang yang haid (telah balig) kecuali dengan menutup kepalanya"
perlu di ingat keterangan ahli hikmah sebagai berikut :
- barang siapa yang banyak bicara ketika buang air besar , dikhawatirkan diganggu oleh setan.
- kalau sering atau suka melihat kotorannya , giginya menjadi kuning.
- kalau suka membuang ingus ketika buang air besar , bisa berakibat tuli
- kalau suka makan sambil buang air besar , menjadikan kekafiran
- kalau suka berpaling kekiri atau kekanan , menjadikan penyakit was-was
tetap wajib menutup sebagian lutut dan pusat supaya auratnya
jelas tertutup. sedangkan aurat bagi perempuan merdeka , walaupun
anak-anak yaitu wajib menutup seluruh badan selain muka dan kedua
telapak tangan , yaitu punggung telapak tangan dan telapak kedua tangan
sampai kedua pergelangan. dengan penutup yang dapat menutupi seluruh
warna kulit dari pandangan umum ( tidak terlihat kulitnya ketika
berhadapan). demikian penetapan syeh amad bin musa bin ujail.
sebagai
penutup aurat itu boleh menggunakan kain atau pakaian yang dapat
memperlihatkan bentuk tubuh misalnya celanan yang sempit tapi hukumnya
khilaful aula (menyalahi kesempurnaan) wajib menutup aurat bagian atas
dan samping namun tidak wajib menutup bagian bawah yang demikian itu
bagi laki-laki perempuan dan wanita budak yang mampu menutupnya
bagi
orang yang tidak mempunya kain penutup aurat boleh shalat dengan
telanjang dan tidak wajib mengulanginya walaupun dia memiliki penutup
aurat yang mutanajis namun sukar membersihkannya tetapi tidak boleh
sambil telanjang bila ia dapat membersihkannya meskipun sampai
menghabiskan waktu shalat sehingga shalatnya harus diqodho, shalat dalam
keadaan telanjang tidak cukup hanya dengan isyarat dengan rukuk atau
sujud saja tapi tetap harus dilakukan dengan sempurna
ولو
قدر على ساتر بعض العورة لزمه السّتر بما و جد و قدّم السّوأتين فالقبل
فالدّبر و لا يصلّى عاريا مع وجود حرير بل لا بساله لأنّه يباح للحاجة
ويلزم التّطيين لو عدم الثوب أو نحوه و يجوز لمكتس إقتداء بعار وليس للعاري غصب الثّوب
ويسنّ للمصلّى أن يلبس أحسن ثيابه و يرتدي ويتعمّم ويتقمّص ويتطيلس
seandainya
hanya dapat menutup sebagian aurat , maka wajib menutupnya dengan
pakaian seadanya dan harus mendahulukan menutup qubul dan dubur. jika
tidak cukup maka kubul saja , kemudian baru dubur . tidak boleh shalat
sambil telanjang bila memiliki kain sutera , sebab mempergunakan kain
sutera itu diperbolehkan jika keadaan darurat , karena menurut kaidah
ushul fiqih , keadaan darurat memperbolehkan yang dilarang.
wajib
melumurkan tanah / lumpur pada aurat kalau tidak memiliki baju atau yang
lainnya , orang yang berpakaian boleh bermakmum kepada orang yang
telanjang , tetapi orang yang telanjang tidak boleh menggosob pakaian
orang lain.
orang yang shalat disunatkan memakai pakaian yang
terbaik , berkain luar / pakai mantel, bersorban, bergamis dan berbaju
toga ( baju kebesaran ulama )
menutup aurat harus dengan pakaian
suci , bahkan diluar shalat pun aurat tersebut wajib ditutupi , baik
dimuka khalayak ramai , maupun di tempat yang sepi kecuali kalau
berhajat seperti hendak mandi.
adapun menutup aurat dari pengamatan diri sendiri ( ditempat tertutup ) , tidak wajib , tetapi makruh melihat auratnya.
"
Hai anak adam , pakailah , pakaianmu yang indah di setiap ( memasuki )
mesjid , makan dan minumlah , dan janganlah berlebih-lebihan.
sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."
SURAH AL A'RAF AYAT 31
( maksudnya ketika akan shalat dan ibadah lainnya )
(رواه
مالك) إنّ الأرض تستغفر للمسلّى بالسّراويل
sabda nabi saw :
" sesungguhnya bumi akan memintakan ampun bagi seseorang yang shalat sambil bercelana.: ( riwayat malik dari tarikh asbihan )
ولوكان عنده ثوبان فقط لبس أحد هما وارتدى بالأخر إن كان ثمّ
سترة و إلّا جعله مصلّى كما أفتى به شيخنا
apabila
seseorang hanya mempunyai dua helai pakaian / baju , maka gunakanlah
salah satu pakaian tersebut dan selendangkan yang sehelai lagi , jika
memiliki sejadah . tetapi jika tidak memiliki sejadah , maka jadikanlah
sebagai sejadah . demikianlah fatwa syaikhuna.
(فرع)
يجب هذاالسّتر خارج الصّلاة أيضا ولوبثوب نجس أو حرير لم يجد
غيره حتّى فى الخلوة لكن الواجب فيها ستر سوأتي الرّجل و مابين سرّة و ركبة غيره
و يجوز كشفها فى الخلوة ولو من المسجد لأدنى غرض كتبريد و صيانة ثوب من الدّنس و الغبار عند كنس البيت و كغسل
cabang :
wajib
pula menutup aurat di luar shalat , walaupun menggunakan pakaian yang
najis atau sutera , kalau tidak mempunyai lainnya. demikian pula apabila
berada di tempat yang sepi. laki-laki wajib menutup qubul dan duburnya ,
sedangkan perempuan wajib menutup antara pusat sampai lututnya.
nabi saw bersabda :
(رواه مسلم) لا تمشواعراة
"janganlah kamu berjalan sambil telanjang." ( riwayat muslim )
sabdanya kepada jarrad r.a :
(رواه التّرمذيّ) غطّ فحذك فإنّ الفحذ من العورة
" tutuplah pahamu , sebab paha itu termasuk aurat ." ( riwayat turmudzi )
ditempat
yang sepi boleh membuka aurat sekalipun di mesjid asal memiliki tujuan ,
misalnya bermaksud menyejukan badan , menjaga baju dari kotoran dan
debu ketika menyapu rumah atau mandi.
4. mengetahui waktu shalat
ورابعها
معرفة دخول و قت يقينا أو ظنّا فمن صلّى بدونها لم تصحّ صلا ته و إن وقعت فى الوقت
لأنّ الإعتبار فى العبادات بما في ظنّ المكلّف و بما في نفس الأمر و فى العقود بما
فى نفس الأمر فقط
فوقت
ظهر من زوال الشّمس إلى مصير ظلّ كلّ شيء مثله غير ظلّ استواء أي ألظّلّ
الموجود عنده إن وجد و سمّيت بذلك لأنّها أوّل صلاة ظهرت
فوقت عصر من أٓخر وقت الظّهر إلى غروب جميع كرص شمس فوقت مغرب من الغروب إلى مغيب الشفق الأحمر
فوقت عشاء من مغيب الشّفق قال شيخنا و ينبغي ندب تأخيرها لزوال الأصفر و الأبيض خروجا من خلاف من أوجب ذلك و يمتدّ إلى طلوع فجر صادق
فوقت
صبح من طلوع الفجر الصّادق لاالكاذب إلى طلوع بعض الشمس و العصر هي
الصّلاة الوسطى لصحّة الحديث به فهي أفضل الصّلوات و يليها الصّبح ثمّ
العشاء ثمّالظهر ثمّ المغرب كما استظهره شيخنا من الأد لّة و إنّما
فضلّواجماعة الصّبح و العشاء لأنّها فيهما أشقّ
syarat
shalat yang ke empat ialah mengetahui waktu shalat. mengetahui masuknya
waktu shalat dengan suatu keyakinan atau dugaan yang kuat. barang siapa
shalat tidak mengetahui waktunya ( dikira-kira ), maka shalatnya tidak
sah , walaupun tiba pada waktunya . sebab yang di anggap sah dalam
masalah ibadah ialah menurut dugaan yang kuat dari orang mukallaf (
dewasa ) dan sesuai dengan bukti , sedangkan dalam masalah akad ( jual
beli dan sebagainya ) , cukup dengan kenyataan saja.
firman allah dalam surat an-nisa ayat 103 :
artinya
: maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat mu, ingatlah allah di
waktu berdiri , di waktu duduk , dan di waktu berbaring. kemudian
apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu ( sebaimana
biasa ). sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktunya atas orang - orang yang beriman.
1.
waktu shalat zuhur ialah mulai tergelincir matahari sampai dengan
panjang bayang-bayang suatu benda sama dengan setengah bayang-bayang
istiwa yakni bayang-bayang yang terjadi ketika matahari mencapai titik
kulminasi, kalau ada, umpamanya kita tancapkan bambu ukuran satu meter ,
ternyata bayang-bayangnya tingginya satu meter juga, maka habislah
waktu shalat zhuhur. dinamai zuhur karena merupakan permulaan shalat
yang tampak jelas
2.
waktu shalat asar mulai dari akhir waktu shalat lohor sampai dengan
seluruh lingkaran matahari terbenam. shalat asar adalah shalat wustha (
pertengahan ) , berdasarkan hadis shahih , sabda nabi saw :
شغلونا عن الصّلاة الوسطى صلاة العصر
"mereka telah melalaikan kita dari shalat wustha , yaitu shalat asar "
shalat
asar adalah shalat yang paling afdhal , kemudian shalat subuh , shalat
isya , shalat zuhur , lalau shalat maghrib , sebagaimana penjelasan
syaikhuna ( syaikh ibnu hajar al haytami ) dengan dalil-dalilnya yaitu
sebagaimana firman allah dalam surah albaqarah ayat 238
"peliharalah semua shalatmu dan peliharalah shalat wustha."
(shalat
wustha ada nash khusus. hal ini menunjukan keutamaannya sebab waktu
shalat asar itu merupakan waktu orang-orang beristirahat berjalan-jalan,
dan sebagainya)
3. waktu shalat maghrib mulai dari matahari terbenam sampai dengan terbenamnya mega marah
4. waktu shalat isya mulai dari terbenamnya mega merah.
syaikhuna
berkata ,"seyogyanya sunat mengakhirkan shalat isya sampai hilang mega
kuning dan putih , (agar keluar dari perbedaan pendapat dengan orang
yang mewajibkan ta'khir) dan berakhir sampai terbet fajar shadiq."
5.
waktu shalat subuh mulai dari terbit terbit fajar shadiq, (fajar shadiq
ialah fajar shadiq ialah fajar yang memancar dari utara ke selatan.)
bukan fajar kadzib , ( fajar kadzib ialah fajar yang memancar dari bawah
sebelah timur ke atas. ) sampai terbit sebagaian matahari.
para
ulama lebih mengutamakan shalat subuh berjama'ah dan isya berjama'ah ,
sebab pada dua waktu itu lebih berat daripada lainnya.
قال الرّفعيّ كانت الصّبح صلاة أدم والظّهر
صلاة داود والعصر صلاة سليمان والمغرب صلاة يعقوب والعشاء صلاة يونس عليهم
الصلاة والسّلام
واعلم أنّ الصّلاة تجب بأوّل الوقت وجوبا موسّعا فله التّاخير عن أوّله إلى وقت يسعها بشرط أن يعزم على فعلها فيه
imam
rafi'i berkata :" shalat subuh adalah shalat nabi adam a.s, shalat
zuhur adalah shalat nabi daud a.s , shalat asar adalah shalat nabi
sulaiman a.s , shalat maghrib adalah shalat nabi yaqub a.s, dan shalat
isya adalah shalat nabi yunus a.s.
hikmah
perbedaan setiap raka'at dalam shalat ialah subuh dua rakaat karena
masih baru bangun dari tidur atau juga masih segan, zuhur dan asar empat
raka'at sebab badan masih segar , maghrib tiga raka'at sebab menunjukan
waktu pemisah antara siang dan malam , isya empat rakaat , sebab untuk
menambal kekurangan shalat malam yang hanya dua raka'at dan sedangkan
siang tiga kali shalat
ketahuilah
sesungguhnya mengerjakan shalat itu wajib pada awal waktu dengan
kewajiban yang leluasa. boleh saja diakhirkan sampai waktu yang
mencukupi untuk shalat dapat diperkirakan sekitar 10 menitan dengan
syarat berniat akan mengerjakan tepat pada waktunya.
seandainya seseorang dalam mengerjakan shalat mendapatkan satu raka'at pada waktunya, maka termasuk shalat ada'
( pada waktunya tapi bukan qodha shalat ) , kalau tidak mencukupi satu
raka'at maka termasuk qodha karena sudah termasuk mengerjakan shalat di
luar waktu shalat yang ada
sebagaimana sabda rasulullah SAW :
من أدرك ركعة من الصّلاة فقد أدرك الصّلاة أي مؤادة
" barang siapa yang mendapatkan satu raka'at shalat, maka ia mendapatkan shalat pada waktunya." (h.r imam muslim )
نعم
لو شرع في غير الجمعة وقدبقي مايسعهاجازله بلااكرهة أن يطوّلها بالقراءة
أوالذّكر حتّى يخرج الوقت و إن لم يوقع منها ركعة فيه على المعتمد
فإن لم يبق من الوقت ما يسعها أو كانت جمعة لم يجزالمدّ ولايسنّ الإقتصر على أركان الصّلاة لإدراك كلّها فى الوقت
jika sebagian rakaat keluar pada waktunya , walaupun mendapatkan satu raka'at , maka berdosa ia.
betul
demikian , kalau mengerjakan shalat pada selain shalat jum'at , yang
waktunya cukup untuk shalat , maka boleh baginya memanjangkan bacaan
shalat atau zikir , dan tidak makruh walaupun itu tidak cukup untuk satu
raka'at , menurut kaul yang mu'tamad
bila
waktu yang tersedia tidak mencukupi untuk memulai shalat , atau pada
shalat jum"at , tidak boleh memanjangkan bacaan shalat , serta juga
tidak disunatkan hanya mengerjakan yang rukun saja untuk mendapatkan
semua raka'at pada waktunya
(فرع)
يندب
تعجيل صلاة ولو عشاء لأوّل وقتها لخبر أفضل الأعمال الصّلاة لأوّل وقتها
وتأخيرها عن أوّله.لتيقّن جماعة أثناءه وإن فحش التّاخير مالم يضق الوقت
ولظنّها إذالم يفحش عرفالالشكّ فيها مطلقا والجماعة القليلة أوّل الوقت
أفضل من الكثيرة أخره
ويؤخرالمحرم صلاةالعشاء وجوبالأجل خوف فوات حجّ
بفوت الوقوف بعرفة لوصلّاها متمكّنالأنّ قضاءه صعب والصّلاة تؤخرّ لأنّها
أسهل من مشقّته
ولايصلّيها صلاة شدّة الخوف ويؤخر أيضا وجوبا من رأى نحو غريق أو أسير لو أنقذه خرج الوقت
cabang :
disunatkan
menyegerakan shalat pada awal waktunya walaupun shalat isya,
berdasarkan hadis nabi S.A.W :"amal yang paling utama ialah shalat pada
awal waktunya."(meskipun demikian) , sunat mengakhirkan shalat dari awal
waktunya karena 2 hal :
1. meyakinkan ada jama'ah pada tengah - tengah waktu , selama tidak sempit waktunya . tetapi mengakhirkan shalat itu kurang baik
2. menyangka ada jama'ah bila tidak jelek ta'khir (maksudnya tidak terlalu akhir ) menurut urf (adat)
tidak
disunatkan mengakhirkan shalat bila ragu adanya jama'ah secara mutlak
(baik terlalu akhir atau tidak). adapun berjama'ah dengan jumlah banyak
tetapi pada akhir waktu
orang
yang sedang melaksanakan ihram haji , wajib mengakhirkan shalat isya
karena takut tertinggal ibadah hajinya , yaitu tertinggal wukuf di
arafah kalau ia shalat isya dengan sempurna ( syarat dan rukunnya pada
awal waktu) sebab mengqodho ibadah haji itu lebih sulit dibandingkan
dengan mengakhirkan shalat yang dianggap lebih mudah.
orang yang ihram haji tidak diperbolehkan shalat syiddatul khauf yaitu shalat sambil berjalan atau naik kendaraan.
tambahan:
bagi
orang yang berada disuatu tempat yang sukar menentukan waktu karena
tidak dapat melihat matahari, bulan, atau peredarannya berbeda, misalnya
dikutub, gua atau ruang angkasa, maka untuk shalat, puasa, dan ibadah
lainnya yang membutuhkan penentuan waktu , diwajibkan berijtihad ,bisa
menggunakan jam, almanak, dan sebagainya. tertulis didalam kitab qalyubi
wa umairah dan kitab nihayatu zain.
juga
wajib mengakhirkan shalat bagi orang yang berusaha menyelamatkan
seseorang yang tenggelam atau ditawan , sehingga menghabiskan waktu
shalatnya.
يكره النّوم بعد دخل وقت الصّلاة و قبل فعلها حيث ظنّ الإستيقاظ قبل ضيقه
لعادة أو لإيقاظ غيره له و إلّا حرم النّوم الّذي لم يغلب فى الوقت
يكره
تحريما صلاة لاسبب لها كالنّفل المطلق ومنه صلاة التّسبيح أولها
متأخّركركعتي استخارة وإحرام بعد أداء صبح حتّى ترتفع الشّمس كرمح وعصر
حتّى تغرب وعند إستواء غير يوم الجمعة
لاماله سبب متقدّم كركعتي وضوء وطواف وتحيّة وكسوف وصلاةجنازة ولو على غائب وإعادة مع جماعة ولوإمام
وكفائتة فرض أونفل لم يقتصد تأخيرها للوقت المكروه ليقضيهافيه أويداوم عليه
فلوتحرّى
إيقاع صلاةغيرصاحبة الوقت فى الوقت المكروه من حيث كونه مكروها فتحرم
مطلقا ولا تنعقد ولوفائتة يجب قضاؤها فورالأنّه معاندللشّرع
makruh
tidur sesudah masuk tiba waktu shalat dan belum mengerjakannya , karena
memperkirakan akan bangun sebelum waktunya berakhir , karena kebiasaan
atau dibangunkan orang lain. jika tidak demikian, haram tidurnya. hal
itu tidak dimaksudkan bagi orang yang tertidur pada waktu shalat telah
tiba karena kalau tertidur tidak dan tidak makruh asal berniat akan
mengerjakan shalat. sebagaimana pendapat abu barazah asma'i r.a ,
sesungguhnya rasulullah SAW membenci orang yang tidur sebelum shalat
isya.. (riwayat syaikhan)
mengerjakan
shalat yang tidak beralasan atau bersebab adalah makruh tahrim (suatu
hukum makruh yang keadaanya lebh mendekati keharaman, jadi lebih baik
ditinggalkan saja ) , misalnya shalat sunat mutlak. (termasuk juga
shalat sunat mutlak yaitu shalat sunat tasbih), atau yang mempunyai
alasan dibelakang , misalnya shalat sunat istikharah atau shalat sunat
ihram dengan pengerjaan shalat tersebut di tiga waktu yaitu :
1. sesudah shalat subuh hingga tinggi matahari ukuran satu tombak.
2. sesudah shalat ashar hingga terbenam matahari.
3. ketika istiwa selain pada hari juma'at
sebagaimana uqbah bin amir meriwayatkan :
"rasulullah
saw melarang kita shalat dan mengubur mayat pada tiga macam waktu yaitu
ketika terbit matahari sampai setinggi tombak, ketika berdiri waktu
zuhur sampai tergelincir matahari , dan ketika matahri condong untuk
terbenam." (riwayat muslim )
ثلاثساعات
كان رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم ينها ناإن نصلّي فيهنّ وأن نقبر
موتانا حين تطلع الشّمس بازغة حتّى تضيف الشّمس للغروب
tidak
tergolong makruh tahrim shalat yang mempunyaisebab terdahulu
sebelumnya, misalnya shalat sunat gerhana, shalat jenazah, walaupun
mayatnya gaib , serta mengulangi shalat berjama'ah walaupun menjadi
imam.
tidak
makruh juga mengqodho shalat fardhu atau shalat sunat yang tidak
sengaja mengakhirkannya sampai waktu makruh , namun diharapkan pada
waktu makruh itu atau tidak membiasakannya.
bila
sengaja mengerjakan shalat yang tidak mempunya waktu pada waktu makruh,
sedangkan iya tahu waktu itu makruh , maka hukumnya mutlak haram baik
ada sebab ataupun tidak , tidak sah shalatnya walaupun shalat qodho yang
wajib segera diqodhoi yang tidak sebab uzur , sebab perbuatannya itu
bertentangan dengan hukum syara.
5. MENGHADAP KIBLAT
وخامسهااستقبال عين القبلة أي الكعبة بالصّدرفلايكفيباستقبال جهتهاخلافالأبى حنيفة رحمه اللّه تعالى
إلّافي
حقّ العاجزعنه وفي شدّةكوف ولوفرض فيصلّى كيف أمكنه
ماشياوراكبامستقبلاأومستدبراكهارب من حريق وسيل وسبع وحيّة ومن دائن
عندإعساروخوف حبس
syarat
shalat yang kelima ialah menghadap kiblat tapi tidak cukup dengan
menghadap arahnya., yakni dengan yakin menghadapkan dada ke ka'bah, bagi
yang dekat dengan ka'bah harus dengan keyakinan penuh tapi bagi yang
jauh dari ka'bah , cukup dengan perkiraan saja. berbeda pendapat dengan
imam abu hanifah rahimahullah ta'ala.
allah SWT berfirman:
"sungguh
kami sering melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah
masjidil haram. dan dimana saja kamu berada palingkanlah mukamu ke
arahnya. dan sesungguhnya oarang-orang yahudi dan nasrani yang diberi
alkitab taurat dan injil memang mengetahui bahwa berpaling kemasjidil
haram itu adalah benar dari tuhannya dan allah sekali-kali tidak lengah
dari apa yang mereka kerjakan." ( surah al baqarah ayat 144 )
dalam hadis shahih :
إنّه
صلّى اللّه عليه وسلّم صلّى ركعتين في جهتهاوقال هذه القبلة
"sesungguhnya nabi SAW pernah shalat dua raka'at menghadap kearah kiblat, lalu sabdanya inilah arah kiblat."
(إعانةالطالبيناه
) مابين
المشرق والمغرب قبلة فمحمول لأهل المدينة ومن دانهم
"arah kiblat antara masyrik dan maghrib." hadis ini dimahmulkan kepada penduduk madinah dan orang-orang yang dekat kepadanya.
kecuali
bagi orang-orang yang sulit untuk menghadap ke arahnya , misalnya sakit
atau dalam tawanan dan pada shalat syiddatul khauf walaupun shalat
fardhu. orang yang shalat siddatul khauf boleh mengerjakan shalat
sebisanya , baik sambil berjalan , naik kendaraan baik menghadap ke arah
kiblat atau membelakinya. begitu juga orang yang berusaha lari dari
kebakaran, banjir, binatang buas, ular , atau kejaran dari orang yang
menagih hutang sedangkan dia belum mampu membayar , dan takut dipenjara
musuh.
وإلّافي
نفل سفرمباح لقاصدمحلّ معيّن فيجوز النّفل راكباوماشيافيهولوقصيرانعم يشترط أن يكون
مقصده على مسافة لايسمع النّداء من بلده بشروطه المقرّرةفى الجمعة
وخرج
بالمباح سفرالمعصية فلايجوزترك القبلة فى النّفل لأبق ومسافرعليه دين حال قادرعليه
من غير إذن دائنه
ويجب
على ماش إتمام ركوع وسجود لسهولة ذلك عليه و على ركب إيماء بهما واستقبال فيهما وفي
تحرّم وجلوس بين السّجدتين فلا يمش إلّافي القيام ولإعتدال والتّشهّد والسّلام
ويحرم
ِنحرافه عن استقبال صوب مقصده عامداعالمامختاراإلّاإلى القبلة
ويشترط
ترك فعل كثيركعدووتحريك رجل بلاحاجة وترك تعمّد وطء نجس ولويابساوإن عمّ الطّريق
ولايضرّوطءيابس
خطأولايكلّف ماش ن
التّحفّظ عنه ويجب الإستقبال فى النّفل لراكب سفينة غيرملّاح
واعلم
َيضاأنّه يسترط في صحّة الصّلاة العلم بفرضيّة الصّلاة فلوجهل فرضيّة أصل الصّلاة أوصلاته
الّتي شرع فيها لم تصحّ كمافي المجموع والرّوضة
وتمييزفروضهامن
سننهانعم إن اعتقدالعامى أوالعالم على الأوجه الكلّ فرضاصحّت أو سنّة فلا والعلم بكيفيّتهاالأتى
بيانها قريباإن شاءاللّه تعالى
tidak
termasuk harus menghadap kiblat bagi shalat sunat dalam perjalanan yang
mubah bagi orang yang menuju tempat tertentu. ia boleh sambil shalat
sunat sambil naik kendaraan atau berjalan kaki, walaupun dalam
perjalanan yang dekat. betul demikian, tetapi disyaratkan tujuannya
dalam perjalanan itu tidak terdengar azan dari kampungnya dengan
syarat-syarat yang ditetapkan dalam shalat juma'at.
sebagaimana riwayat amir bin rabi'ah :
(متفق
عليه) رأيت رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم
يصلّي على راحلته حيث توجّهت به
"saya
melihat rasulullah SAW shalat diatas kendaraannya ketika itu beliau
menghadap ke arah tujuan kendaraannnya."(muttafaqa'alaih)
tidak
termasuk perjalanan mubah yaitu perjalanan maksiat , oleh karena itu
tidak boleh berpaling dari arah kiblat ketika dalam shalat sunat.
umpamanya hamba sahaya yang melarikan diri , atau seseorang yang
mempunya hutang yang harus seger dibayar dan mampu membayarnya, ia
berpergian tanpa izin orang yang memberi hutang kepadanya.
bagi
orang yang berpergian dengan berjalan kaki , wajib menyempurnakan rukuk
dan sujudnya, sebab yang demikian itu mudah. bagi yang naik kendaraan
rukuk dan sujudnya cukup isyarat saja dengan meng anggukan kepala
kebawah ketika rukuk dan ketika sujud lebih kebawah lagi. ia diwajibkan
menghadap karah kiblat ketika rukuk,sujud,takbiratul ihram, dan ketika
duduk antara dua kali sujud, tidak boleh berjalan kecuali ketika berdiri
, i'tidal, membaca tasyahud dan salam.
haram
baginya apabila sengaja berpaling dari arah tujuannya dan dia
mengetahui haramnya serta atas kehendak sendiri, kecuali kearah
kiblat.maksudnya ketika shalat sunat dalam perjalanan diwajibkan
menghadap kiblat hanya ketika takbiratul ihram,ruku,sujud dan ketika
duduk antara dua kali sujud. selain itu ia boleh menghadap kearah
tujuannya . kalau menghadap ke arah selain tujuannya adalah haram,
kecuali ke kiblat.
disyaratkan
tidak mengerjakan suatu perbuatan yang tidak perlu, misalnya berlari,
menggerakan kaki sekedar iseng dan tidak menginjak najsi dengan sengaja
walaupun najis kering dan memenuhi jalan.
tidak
apa-apa menginjak najis kering tanpa disengaja , sebab seseorang yang
berjalan tidak harus selalu menjaga diri agar tidak menginjak najis..
wajib menghadap kiblat ketika shalat sunat di atas perahu (kapal laut)
kecuali pengemudinya.
perlu
diketahui pula , sesungguhnya syarat sahnya shalat itu harus mengetahui
kefardhuan shalat. kalau tidak mengetahui dasar kefardhuan shalat
secara mutlak yaitu shalat lima waktu atau kefardhuan shalat yang sedang
ia kerjakan , maka shalatnya tidak sah , sebagaimana dinyatakan di
dalam kitab almajmu dan arraudhah karangan imam an-nawawi.
dapat membedakan antara fardhu-fardhu shalat dan sunat-sunatnya. betul
demikian , kalau orang bodoh meng i'tikadkan atau orang yang mengerti
menurut kaul yang termahsyur meng i'tikadkan semua pekerjaan shalat itu
fardhu , maka shalatnya sah . tetapi kalau mengi'tikadkan semua
pekerjaan itu sunat , maka shalat itu tidak sah demikian menurut kaul
yang utama. wajib mengetahui craa mengerjakan shalat.
cara
shalat di pesawat terbang , bagi penumpang pesawat terbang kalau tidak
tersedia air maka dengan tayamum dengan bertaqlid kepada imam malik yang
memperbolehkan dengan segala sesuatu yang berada di atas bumi kecuali
permata. misalnya dengan tembok , barang tambang , rumput dan sebagainya
( diambil dari kitab madzaahibul arba'ah halaman 160 juz 1 ) shalat
sambil duduk dikursi saja diperbolehkan jika sempit tanpa menghadap ke
arah kiblat ketika ruku atau sujud dengan membungkuk sedangkan
membungkuk untuk sujud harus lebih rendah dari rukuk. (dari kitab
i'aanah juz 1 hal 124 dan bafadhal hlm 52). demikian pula di atas
kendaraan lainnya , disesuaikan dengan kemampuan . bila dapat menghadap
ke kiblat ketika rukuk,sujud,dan lain'lainnya, maka kerjakannlah. bila
tidak kerjakannlah sebisanya. cara tersebut adalah sah dan tanpa
diulang.
alhamdulillah
sekali artikel bab shalat saya yang membahas tentang syarat sahnya
shalat sudah selesai walaupun masih banyak sekali kekurangan
disana-sini. saya berharap sekali kepada pembaca untuk mendoakan saya
agar terus dapat menulis artikel-artikel yang bermanfaat dan dapat
meluruskan niat dalam menulis artikel yang saya buat juga dapat
memberikat masukan yang bermanfaat bagi saya. selanjutnya dalam
pembahasan bab shalat akan dilanjutkan dengan shifat shalat yang membahas tentang rukun.sunat, atau hal-hal yang dimakrukan dalam shalat.hatur nuhun wasalam.