cara ganti kartu indosat 4G plus

belum lama ini admin ke gerai indosat bogor buat ganti kartu lama indosat admin ke kartu indosat 4G plus yang gara-garanya sih waktu admin coba buat ganti kartu 4G sendiri ke counter gagal diproses lama banget gak ada respon dari kartu......

GAGAL MENGGUNAKAN SAKUKU

ALASAN TIDAK BISA MENGGUNAKAN SAKUKU BCA ?

KAIDAH-KAIDAH ILMU FIQIH

KAIDAH KAIDAH ILMU FIQIH YANG WAJIB DIFAHAMI BAGI SETIAP SANTRI

hal-hal yang di haramkan karena hadas

haram (melakukannya) karena hadas, yaitu mengerjakan shalat, thawaf, sujud tilawah, atau sujud syukur, membawa mushaf al quran, atau sesuatu yang bertuliskan ayat alquran untuk dibaca atau dipelajari walaupun setengah ayat al quran, misalnya pada papan tulis. tetapi apabila untuk azimat boleh dibawa tanpa wudhu.sebagaimana nabi saw bersabda yang diriwayatkan oleh imam malik "tidak boleh menyentuh...

fardhu mandi

(BAB SHALAT) fardhu mandi ada dua macam, yaitu : 1. berniat menghilangkan hadas bagi orang junub atau bagi yang berhaid, atau bagi wanita yang bernifas yakni menghilangkan hukumnya (junub/haid/nifas dan yang serupa dengan itu), juga berniat menunaikan fardhu mandi (adapun niat diucapkan didalam hati), menghilangkan hadas, niat bersuci dari hadas, atau niat menunaikan mandi wajib. demikian pula boleh juga niat mandi untuk shalat, bukan niat mandi belaka.




Perhitungan pada sistem konversi Masehi – Hijriah ini memungkinkan terjadi selisih H-1 atau H+1 dari tanggal seharusnya untuk tanggal Hijriyah

Sunday, March 12, 2017

SHIFAT SHALAT

فَصْلٌ فِيْ صِفَةِ الصَّلَاةِ


BAGIAN INI MENERANGKAN TATA CARA MENGERJAKAN SHALAT DENGAN RUKUN-RUKUN, SUNAT-SUNAT, MAKRUH, DAN YANG MEMBATALKANNYA.

rukun-rukun shalat
أركان الصّلاة أي فروضها أربعة عشر بجعل الطّمأنينة فى محلّها ركنا واحداأحدها نيّة و هي القصد بالقلب لخبر إنّماالأعمال بالنّيّات هوقصدالشّيء مقترنابفعله

rukun-rukun shalat yakni fardhu-fardhunya ada 14 macam dengan menjadikan tuma'ninah pada tempatnya sebagai satu rukun dalam penyebutannya.

1.NIAT

rukun shalat yang pertama ialah niat yaitu menyengaja dalam hati. hal ini berdasarkan hadis,"sesungguhnya segala amal perbuatan sahnya bergantung pada niat."
adapun arti niat,menurut syara :
هوقصدالشّيء مقترنابفعله
"bermaksud sesuatu yang disertai dengan mengerjakannya."
فيجب فيها أي النّيّة قصد فعلها أي الصّلاة لتتميّز عن بقيّة الأفعال و تعيينها من ظهر أو غيرها لتتميّز عن غيرها فلا يكفي نيّة فرض الوقت ولو كانت الصّلاة المفعولة نفلا غير مطلق كالرّواتب والسّنن المؤقّتة أوذات السّبب فيجب فيها التّعيين بالإضافة إلى ما يعيّنها كسنّة الظّهر القبليّة أو البعديّة و إن لم يؤخّر القبليّة و مثلها كلّ صلاة لها سنّة قبلها و سنّة بعدها و كعيد الأضحى أو الأكبر أو الفطر أو الأصغر  
karena itu,ketika berniat,wajib menyengaja mengerjakan shalat, untuk membedakan dari pekerjaan lainnya. juga ta'yin (menentukan) shalat yang dikerjakan,misalnya shalat zhuhur atau yang lainnya, agar dapat membedakan dengan yang lainnya. tidak cukup niat fardhu waktu saja, tanpa menyebutkan shalatnya walaupun keadaan shalat yang dikerjakan itu shalat sunat,tapi bukan shalat sunat mutlak, misalnya shalat rawatib, shalat sunat berwaktu atau yang mempunyai sebab seperti shalat gerhana,shalat sunat sesudah wudhu, dan sebagainya
فيجب فيها التّعيين بالإضافة إلى ما يعيّنها كسنّة الظّهر القبليّة أو البعديّة و إن لم يؤخّر القبليّة و مثلها كلّ صلاة لها سنّة قبلها و سنّة بعدها و كعيد الأضحى أو الأكبر أو الفطر أو الأصغر   
pada shalat sunat , wajib pula ta'yin dengan mengaitkan pada sesuatu yang menentukannya , misalnya shalat sunat qobliyah zuhur atau ba'diyahnya , walaupun tidak mengakhirkan qobliyahnya (maksudnya tidak dikerjakan sesudah shalat zuhur ). begitu pula setiap shalat yang mempunyai sunat sebelum dan sunat sesudahnya , seperti shalat sunat idul adha atau bisa disebut juga idul akbar atau idul fitri bisa disebut juga idul asghar maka wajib ta'yin.
فلا يكفي صلاة العيد والوتر سواء الواحدة والزّائدة عليها ويكفي نيّة الوتر من غير عدد ويحمل على مايريده على الأوجه 
tidak cukup niat shalat id saja tanpa menyebutkan fitri atau adha. demikian pula shalat witir tanpa menyebutkan bilangan raka'at. tidak cukup niat shalat witir tanpa menyebutkan bilangan raka'at dan harus diselaraskan dengan jumlah raka'at yang dimaksudkan, menurut kaul yang termahsyur.

ولا يكفى فيه نيّة سنّة العشاء أوراتبتها والتّراويح والضّحى وكاستسقاء وكسوف شمس أوقمر
 shalat witir tidak cukup hanya dengan niat sunat isya atau rawatibnya , shalat tarawih , shalat dhuha. begitu pula shalat istisqa , atau shalat gerhana matahari atau gerhana bulan.

أمّاالنّفل المطلق فلا يجب فيه التّعيين بل يكفي فيه نيّة فعل الصّلاة كما في ركعتي التّحيّة والوضوء والإستخارة
pada shalat sunat mutlak tidak diwajibkan ta'yin , bahkan cukup niat mengerjakan shalat sunat saja , seperti pada dua raka'at tahiyatul masjid , shalat sunat wudhu , dan shalat sunat istikharah. 
وكذاصلاة الأوّبين على ماقاله شيخناابن زياد والعلّامة السّيوطيّ رحمهمااللّه تعالى والّذي جزم به شيخنا في فتاويه أنّه لابدّ فيها من التّعيين كاالضّحى
demikian pula pada shalat sunat awwabin menurut pendapat syaikhuna ibnu ziyad dan Al-Allamah As-Suyuthi rahimahumullah , semoga allah ta'ala melimpahkan rahmat kepada mereka. yang dipastikan oleh syaikhuna dalam kitab fatawinya , bahwa pada shalat awwabin itu harus ta'yin , seperti halnya shalat sunat dhuha.

ويجب نيّة فرض فيه أي في الفرض ولوكفاية أو نذرا وإن كان النّاوي صبيّا ليتميّز عن النّفل كأصلّى فرض الظّهر مثلا أو فرض الجمعة وإن أدرك الإمام في تشهّدها

wajib niat fardhu untuk shalat fardhu  (walaupun fardhu kifayah atau nadzar dan yang berniat itu anak kecil) agar dapat dibedakan dengan shalat sunat misalnya :"saya berniat shalat fardhu zuhur", atau fardhu jumat, walaupun hanya mendapatkan imam ketika duduk tasyahud.

الشّرح : قال السّيوطيّ فى الأشباه والنّظائر العبادات فى التّعرّض للفرضيّة على أربعة أقسام مايسترط فيه بلاخلاف وهو الكفارات ومالايسترط فيه بلاخلاف وهو الحجّ والعمرة وما يشترط فيه على الأصحّ وهو الغسل والصّلاة والزّ كاة بلفظ الصّدقة وما لايشترط فيه على الأصحّ وهو الوضوء والصّوم
وتعرّض لأداء أوقضاء ولايجب وإن كان عليه فائتة مماثلة للمؤدّاة خلافا لمااعتمده الأذرعيّ والأصحّ صحّة الأداء بنيّة القضاء وعكسه إن عذربنحو غيم وإلّا بطلت لتلاعبه      
imam suyuthi dalam kitab Al-Asybah  wan-nazhaair berkata ," kefarduan ibadah terbagi menjadi empat macam , yaitu :
1. disyaratkan niat fardu tanpa ikhtilaf yaitu soal kifarat
2. tanpa myebutkan fardhunya dan tanpa ikhtilaf yaitu haji dan umroh
3. disyaratkan menentukan fardhu menurut kaul yag lebih benar , yaitu mandi , shalat dan zakat dengan lafadz shodaqoh
4. tidak disyaratkan menentukan fardhu menurut kaul yang lebih benar yaitu wudhu dan puasa.

SUNAT-SUNAT NIAT

وسنّ فى النّيّة إضافة إلى اللّه تعالى خروجا من خلاف من أوجبها وليتحقّق معنى الإخلاص
1. dalam niat disunatkan menyandarkan atau mengaitkan kepada lafadz allah ta'ala tujuannya agar keluar dari orang yang mewajibkannya serta sesuai dengan makna ikhlas 

وتعرّض لأداء أوقضاء ولايجب وإن كان عليه فائتة مماثلة للمؤدّاة خلافا لمااعتمده الأذرعيّ      
2. disunatkan menyatakan shalat ada atau qodho walaupun dia mempunyai shalat qodho yang sama dengan shalat ada. berbeda dengan pendapat yang dikuatkan oleh syeh Adzra'i yang mewajibkan ta'arrud / menyatakan ada atau qodho
والأصحّ صحّة الأداء بنيّة القضاء وعكسه إن عذربنحو غيم وإلّا بطلت لتلاعبه  
 menurut kaul yang lebih benar , boleh shalat ada dengan niat qodho dan sebaliknya kalau ada udzur , misalnya cuaca gelap tapi kalau cuaca tidak gelap dengan niat demikian maka shalatnya batal , karena mempermainkan ibadah.
وتعرّض لاستقبل وعدد ركعات للخروج من خلاف من أوجب التّعرّض لهما   
3. sunat menyatakan menghadap kiblat dan bilangan raka'at , agar keluar dari perbedaan dengan pendapat yang mewajibkan demikian
وسنّ نطق بمنويّ قبل التّكبير ليساعد السّان القلب وخروجا من خلاف من أوجبه   
4. sunat mengucapkan lafadz niat yang dinyatakan sebelum takbiratul ihram , agar ucapan itu dapat membantu hatinya , dan agar keluar dari perbedaan dengan pendapat orang yang mewajibkan tallafuzh niat . demikian pendapat mazhab syafi'iyah dan hanabilah. menurut mazhab maliki , talaffuzh niat itu khilaful aula bagi orang yang tidak was-was , tapi disunatkan bagi orang yang was-was , menurut mazhab hanafiyah , tallafuzh niat itu bid'ah , dianggap baik bagi orang yang was-was. ( madzahibul arba'ah halaman 1/214)
ولوسكّ هل أتى بكمال النّيّة أولا أوهل نوى ظهرا أوعصرا
jika seseorang merasa ragu apakah niatnya sudah sempurna atau belum , atau apakah ia berniat shalat zuhur atau shalat asar , maka jawabnya adalah
فإنذكر بعد طول زمان أوبعد إتيانه بركن ولوقوليّا كالقراءة بطلت صلاته أو قبلهما فلا 
jika ia ingat dalam tempo cukup lama atau sudah mengerjakan satu rukun , walaupun ucapan , misalnya membaca surat al fatihah , maka shalatnya batal. kalau ia ingat sebelum mengerjakan satu rukun , maka tidak batal.

 2. TAKBIRATUL IHRAM

وثانيها تكبير تحرّم للخبر المتّفق عليه إذاقمت إلى الصّلاة فكبّر
rukun shalat yang kedua ialah membaca takbiratul ihram berdasarkan hadis muttafaq'alaih."bila kamu shalat , bertakbirlah"

 ثمّ اقرأماتيسّر معك من القرأن ثمّ اركع حتّى تطمئنّ راكعا ثمّ رافع حتّى تعتدل قائما ثمّ اسجد حتّى تطمئنّ ساجدا ثمّ ارفع حتّى تطمئنّ جالسا ثمّ افعل ذلك في صلاتك كلّها (رواه شيخان)
 "lalu bacalah ayat al quran yang mudah bagimu , kemudian rukuk lah dengan tuma'ninah , mengangkat kedua tangan sambil berdiri tegak , sujud sambil tuma'ninah , angkat kepalamu sambil tuma'ninah , lalu duduk, kerjakan yang demikian itu dalam semua shalatmu. (riwayat bukhari muslim )
juga hadis :
صلّواكما رأيتموني أصلّى (رواه البخاريّ)
 'shalatlah kamu sekalian seperti halnya shalatku" (riwayat bukhari)

 لاصلاة لمن لم يقرأ بأمّ القرأن (رواه البخاريّ)
"tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca ummul quran (alfatihah)." (riwayat bukhari dan muslim)

سمّي بذلك لأنّ المصلّى يحرم عليه به ما كان حلا لا له قبله من مفسدات الصّلاة و جعل فاتحة الصّلاة ليستحضر المصلّى معناه الدّلّ على عظمة من تهيّألخدمته حتّى تتمّ له الهيبة والخشوع
dinamai takbiratul ihram karena dengan takbir itu orang yang shalat diharamkan mengerjakan setiap perkara yang dihalalkan sebelumnya dari setiap yang membatalkan shalat. takbiratul ihram itu dijadikan permulaan shalat agar orang yang shalat selalu mengingat artinya yang menunjukan ke agungan ALLAH, siap untuk menaatinya, sehingga sempurnalah rasa takut dan khusuknya.

ومن ثمّ زيد في تكراره ليدوم استصحاب ذينك في جميع صلاته مقرونابه أي بالتّكبير النّيّة لأنّ التّكبير أوّل أركان الصّلاة فتجب مقار نتها به  
oleh sebab itu , takbir pun diucapkan berulang-ulang agar seseorang selamanya merasa takut dan khusyuk dalam mengerjakan shalatnya. niat disertakan dengan takbir , sebab takbir itu merupakan permulaan rukun shalat , maka wajib menyertakan niat dengan takbir. 
بل لا بدّ أن يستحضر كلّ معتبر فيها ممّا مرّ و غيره كالقصر للقاصر وكونه إماما أو مأموما فى الجمعة والقدوة لمأموم في غيرها مع ابتدائه ثمّ يستمرّ مستصحبا لذلك كلّه إلى الرّاء
bahkan harus / wajib mengingat setiap perkara yang diperlukan dalam niat ( qashdu,ta'arrudh,dan ta'yin ) sesuai dengan penjelasan yang telah dikemukakan, misalnya niat qashar bagi orang-orang yang shalat qashar, menjadi imam atau makmum dalam shalat jum'at dan niat bermakmum dalam selain shalat jum'at dari permulaan takbir. yang demikian itu semuanya berlangsung sampai huruf "ro" pada kalimat takbir.
و في قول صحّحة الرّافعيّ يكفي قرنها بأوّله و في المجموع و التّنقيح : المختار مااختاره الإمام والغزاليّ أنّه يكفي فيها المقارنة العرفيّة عند العوامّ بحيث يعدّ مستخضرا اللصّلاة
menurut satu kaul yang dibenarkan imam rafi'i menyertakan niat shalat itu cukup mulai dari awal takbir. sedangkan menurut kitab majmu dan tanqih yang dipilih ialah pilihan imam ( imam an-nawawi ) dan imam al-ghazali yaitu cukup mnyertakan niat sebagaimana yang biasa dilakukan orang awam , asal dianggap mengingat pada shalat.
menyertakan niat (muqoronah) itu terbagi atas :
1. muqoronah urfiyah yaitu menyertakan niat shalat pada sebagian takbir.
2. muqoronah haqiqiyah yaitu mengingat semua rukun shalat mulai dari takbir sampai shalat.

وقال ابن الرّفعة إنّه الحقّ الّذ لا يجوز سواه وصوّبه السّبكيّ وقال من لم يقل به وقع فى الوسواس المذموم وعند الأئمّة الثلاثة يجوز تقديم النّيّة على التّكبير بالزّمن اليسير

syeh ibnu rif'ah."pilihan imam ghozali itu betul, cara selain itu tidak sah."
pendapat ini dibenarkan pula oleh syeh subki dan beliau mengatakan.' orang yang tidak melakukannya dengan cara itu (cukup) , maka ia terbelenggu rasa was-was yang tercela.'
menurut pendapat imam yang tiga (selain imam al ghazali) , cukup mendahulukan niat sebelum takbiratul ihram dalam waktu yang singkat.
obat was-was berdasarkan sabda nabi muhammad SAW , sebagai berikut :
1. sabdanya :

إذاأحسسته فتعوّذ باللّه منه واتقل على يسارك ثلاثا 

"bila anda was-was terhadap setan , bacalah ta'awwudz dan meludahlah 3 kali kesebelah kiri"
2. barang siapa yang was-was , bacalah ta'awwudz dan doa ini tiga kali :

اَللّٰهُمَّ إِنِّ أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَيْطَانِ الْوَسْوَسَةِ خَنْزَبَ.ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

"ya allah sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari was-was setan khanzab.dibaca tiga kali.
3. syeh abdul hasan syadzili berkata," barang siapa yag merasa was-was , tekanlah tangan kanannya ke dadanya , lalu bacalah kalimat dibawah ini :
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّسِ الْخَلَقِ الْفَعَّالِ.سَبْعَ مَرَّاتٍ

"maha suci dzat yang menjadi raja , yang maha suci , yang maha pencipta , dan yang maha pelaksana.dibaca tujuh kali.
 lalu sebelum takbiratul ihram membaca ayat 19-20 surat ibrahim

tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak. jika dia menghendaki , niscaya dia membinasakan kamu dan mengganti mu dengan mahkluk yang baru ( surat ibrahim ayat 19) dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi allah.( surat ibrahim ayat 20 ).

اَلَمْ تَرَ (tidakkah kamu memperhatikan) yakni sesungguhnya aku telah memberitahukan hai orang yang kuajak bicara-

  اَّنَّ اللّٰهَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ والْاَرْضَ بِالْحَقِّ قلى(bahwa sesungguhnya allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak) yakni dengan mengandung hikmah bukan main-main. hamzah dan alkisai membacanya khaliqusmawat

خَلِقُ السَّمٰوٰتِ  dalam bentuk isim fa'il dan di mudafka. 

اِيَّشَأْيُذْهِبْكُمْ (jika dia menghendaki , bisa saja dia melenyapkan kamu) yakni membinasakan kamu -

وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيْدٍ (dan mengganti kamu dengan mahkluk yang baru) selain kamu yang jauh lebih taat kepada allah dari kamu.

وَّمَاذٰلِكَ (dan yang demikian itu) yakni melenyapkan kamu lalu mendatangkan penggantimu 

عَلَى اللّٰهِ بِعَزِيْزٍ (sekali-kali tidak sukar bagi allah) yakni tidak sulit sebab YANG MAHA KUASA ITU TIDAK ADA SESUATU PUN YANG SULIT BAGINYA.

menurut imam al ghazali sebaiknya membaca surat annas sebelum takbir karena hal itu bisa membentengi dairimu dari godaan setan yang terkutuk.


ويتعيّن فيه على القادر لفظ اَللّٰهُ أَكْبَرْ للإتّباع أو اللّه أكبر ولا يكفي أكبراللّه ولا اللّه كبير أو أعظم ولا الرّحمن أكبر

bagi orang yang mampu melafazkan bacaan takbiratul ihram itu ditentukan mengucapkannya sebagai berikut :"allahu akbar", karena mengikuti sunnah nabi SAW , sebagaimana sabdanya :
إذاقمت إلى الصّلاة فكبّر

"bila kamu berdiri untuk mengerjakan shalat,bertakbirlah"
bacalah dengan lafazh "ALLAHU AKBAR" . tidak cukup dengan "akbarullah" atau "allahu kabir", atau "a'zham" serta "arrahmanu akbar"

ويضرّ إخلال بحرف من اللّه أكبر وزيادة حرف يغيّر المعنى كمدّ همزة اللّه وكألف بعد الباء وزيادة واوقبل الجلالة وتخليل واو ساكنة أو متحرّكة بين الكلمتين

antara lafaz allah dan akbar tidak boleh terhalang oleh satu huruf pun , begitu pula menambah huruf yang dapat mengubah makna .misalnya memanjangkan hamzah lafaz allah ,dengan menambahkan alif sesudah huruf ba , menambah huruf wawu sebelum lafaz allah , menghalangi dua kalimat itu dengan wawu sakinah atau wawu mutahrrikah.

وكذازيادة مدّالألف الّتي بين اللّام والهاء إلى حدّ لايراه أحد من القرّاء ولا يضرّ وفقة يسيرة بين كلمتيه و هي سكتة التّنفّس ولا ضمّ الرّاء

tidak boleh pula menambah dengan mad alif antara lam dan ha sampai batas yang tidak dibenarkan oleh seorang ahli qurra , tidak mudarat (boleh) diam sebentar diantara dua kalimat takbiratul ihram yaitu diam senapas : tidak apa-apa mendhomahkan ra pada lafaz allah

فرع
ولو كبّر مرّات ناويا الإفتتاح بكلّ دخل فيها بالوتر وخرج منها بالشفع لأنّه لمّا دخل بالأولى خرج بالثّانية لأنّ نيّة الإفتتاح بها متضمّنة لقطع الأولى وهكذا

cabang :
kalau seseorang bertakbiratul ihram beberapa kali dengan niat mulai shalat pada masing masing takbir itu , maka ia dianggap masuk shalat (sah) bila dengan takbir yang ganjil dan keluar dari shalat (tidak sah) bila dengan takbir yang genap , karena setiap ia memasuki shalat dengan takbir pertama , maka dengan takbir yang kedua (genap) berarti keluar dari shalat yakni shalatnya batal , sebab niat shalat dengan takbir kedua itu mengandung arti membatalkan takbir pertama, demikian seterusnya.

فإن لم ينو ذلك ولا تخلّل مبطل كإعادة لفظ النّيّة فما بعد الأولى ذكر لا يؤثّر
kalau tidak ada niat seperti itu dan tidak terselang oleh yang membatalkan shalat , maka takbir sesudah yang pertama dianggap zikir yang tidak merusak sahnya salat

ويجب إسماعه أي التّكبير نفسه إن كان صحيح السّمع و لا عارض من نحو لغط كسائر ركن قوليّ من الفاتحة والتّشهّد والسّلام ويعتبر إسماع المندوب القوليّ لحصول السّنّة  

 bacaan takbiratul ihram wajib terdengar oleh dirinya kalau sehat pendengarannya serta tidak ada kebisingan lain. demikian juga seluruh rukun qauly seperti al fatihah, tasyahud , dan salam yang pertama. diperlukan pula terdengar bacaan sunat pada dirinya untuk mendapatkan pahala sunat karena kalau tidak terdengar tidak dapat pahala sunat.

وسنّ جزم رائه أي التّكبير خروجا من خلاف من أوجبه

ketika membaca takbiratul ihram disunatkan :
1. menjazmkan "ra'' lafaz akbar, agar keluar dari perbedaan pendapat dengan orang yang mewajibkannya.

وجهّر به لإمام كسائر تكبيرات الإنتقالات ورفع كفّيه أو إحداهما إن تعسّر رفع الأخرى بكشف أي مع كشفهما ويكره خلافه و مع تفريق أصا بعهما تفريقا وسطا حذو أي مقابل منكبيه بحيث يحاذى أطراف أصابعه أعلى أذنيه وإبهاماه شحمتي أذنيه وراحتاه منكبيه للإتّباع

2. bagi imam sunat mengeraskan bacaan takbirnya , seperti takbir-takbir intiqal
3. mengangkat kedua telapak tangan sambil membukanya atau hanya sebelah kalau sulit karena sakit. dan makruh hukumnya kalau tidak demikian.
4. merenggangkan semua jari tangan dengan renggangan yang sedang. mengangkat kedua tangan itu hingga lurus dengan kedua pundak. semua ujung jarinya lurus pula dengan kedua ujung telinganya sebelah atas, dan kedua ibu jari lurus dengan daun telinga sebelah bawah , dan telapak tangan lurus dengan kedua pundaknya karena mengikuti sunnah nabi saw.

وهذه الكيفيّة تسنّ مع جميع تكبير تحرّم بأن يقرّنه به إبتداء وينهيهما معا ومع ركوع للإتّباع الوارد من طرق كثيرة ورفع منه أي من الرّكوع ورفع من تشهّد أوّل للأتّباع فيهما ووضعهما تحت صدره وفوق سرّته للإتّباع أخذا بيمينه كوع يساره
 
cara bertakbir tersebut disunatkan pula pada semua bacaan takbiratul ihram, yakni mengangkat kedua tangan bersamaan dengan membaca takbiratul ihram dan selesainya pun sama. begitu pula takbir ketika hendak rukuk karena mengikuti sunnat nabi saw yang tercantum dari berbagai riwayat , serta ketika mengangkat kepala dari rukuk. sunnat takbir seperti tadi ketika berdiri dari tasyahud awal karena mengikuti sunnah nabi saw , dalam hal rukuk dan berdiri dari tasyahud.
5. sunat menaruh kedua telapak tangan dibawah dada dan diatas pusat dengan telapak tangan kanan memegang pergelangan tangan kiri , karena mengikuti sunnah nabi saw.

وردّهما من الرّفع إلى تحت الصّدر أولى من إرسالهما بالكلّيّة ثمّ استعناف رفعهما إلى تحت صّدر 

setelah mengangkat tangan , lalu mengembalikannya kebawah dada itu lebih utama daripada melepaskannya sama sekali (menjulurkan tagan kebawah ) , kemudian mengankatnya lagi kebawah dada.
قال المتولّيّ واعتمده غيره ينبغى أن ينظر قبل الرّفع والتّكبير إلى موضع سجوده ويطرق رأسه قليلا ثمّ يرفع

syeh mutawalli (yang juga pendapat beliau diperkuat oleh alim ulama yang lainnya ) berpendapat bahwa seyogyanya melihat dahulu ketempat sujud dan sedikit menundukan kepala sebelum mengangkat tangan dan membaca takbiratul ihram , kemudian mengankatnya kembali.

3. BERDIRI BAGI YANG KUAT

وثالثها قيام قاد عليه بنفسه أو بغيره في فرض ولو منذورا أو معادا

rukun shalat yang ketiga ialah bagi orang yang kuat berdiri sendiri atau dengan bantuan orang lain , dalam shalat fardhu maupun shalat yang dinadzarkan atau mu'aadah (diulang karena ingin berjama'ah)

ويحصل القيام بنصب فقار ظهره أي عظامه الّتي هي مفاصله ولو باستناد إلى شيىء بحيث لوزال لسقط ويكره الإستناد
 
berdiri itu cukup dengan menegakkan tulung punggung yaitu sendi-sendinya , walaupun bersandar pada sesuatu , jika sesuatu itu lepas maka dia terjatuh . maka bersandar itu makruh.

لا بانحناء إن كان أقرب إلى أقلّ الرّكوع إن لم يعجز عن تمام الإنتصاب 

tidak cukup dengan membungkukan badan kalau lebih dekat tingkat rukuk , jika mampu berdiri tegak. (kalau tidak mampu , boleh sebisanya)

ولعاجز شقّ عليه قيام بأن لحقه به مشقّة شديدة بحيث لاتحتمل عادة وضبطها الإمام بأن تكون بحيث يذهب معها خشوعه صلاة قاعدا كراكب سفينة خاف نحو دوران رأس إن قام وسلس لا يستمسك حدثه إلّا بالقعود وينحنى القاعد للرّكوع بحيث تحاذى جبهته ما قدّام ركبتيه

shalat sambil duduk diperbolehkan bagi orang yang tidak mampu berdiri. seandainya berdiri mendapat kesulitan yang tidak layak menurut adat. imam rafi'i menetapkannya "jika hal itu menghilangkan khusunya. contohnya orang yang naik perahu, khawatir pusing kepalanya kalau ia shalat sambil berdiri dan orang yang beser tidak dapat menahan hadas kecuali dengan duduk. orang yang shalat sambil duduk itu ketika rukuk wajib membungkuk , sekira dahi berbetulan (lurus) dengan ujung lutut.

(فرع) قال شيخنا يجوز لمريض أمكنه القيام بلا مشقّة لوانفرد لا إن صلّى فى جماعة إلّا مع جلوس في بعضها الصّلاة معهم مع الجلوس في بعضها و إن كان الأفضل الإنفراد. وكذا إذ قرأ الفاتحة فقط لم يقعد أو و السّورة قعد فيها جازله قراءتها مع القعود و إن كان الأفضل تركها.إنتهى

cabang:
syaikhuna berkata,"bagi orang sakit yang mampu berdiri tanpa kesulitan jika shalat munfarid (shalat sendirian), tetapi tidak mampu berdiri kalau shalat berjama'ah, kecuali harus sambil duduk pada sebagian raka'atnya, maka ia boleh shalat berjama'ah sambil duduk pada sebagiannya, meskipun yang lebih utama adalah munfarid (sebab bisa berdiri penuh). demikian pula bila membaca fatihah, ia tidak sambil duduk (shalatnya) atau bila dengan membaca surat harus sambil duduk sebagiannya, maka orang itu boleh membaca surat sambil duduk pada sebagian raka'at meskipun yang afdhal tidak perlu membaca surat (agar shalatnya dapat dikerjakan dengan berdiri penuh.)"

والأفضل للقاعد الإفتراش ثمّ التّربّع ثمّ التّورّك فإن عجز عن الصّلاة قاعدا صلّى مضطجعا على جنبه مستقبلا للقبلة بوجهه ومقدّم بدنه لقوله صلّى اللّه عليه وسلّم

cara yang afdhal bagi orang yang shalat sambil duduk ialah duduk iftirasi,bersila, atau duduk tawarruk. jika tidak mampu shalat sambil duduk, shalatlah sambil berbaring, bertumpu pada lambung sebelah kanan dengan muka dan bagian depan menghadap kiblat.
( yang demikian itu ) berdasarkan sabda rasulullah saw :

         (أخرجه البخاريّ) صلّ قائما فإن لم تستطع فقا عدا فإن لم تستطع فعلىجنب و إلّا فأومئ

"shalatlah sambil berdiri , kalau tidak mampu shalatlah sambil duduk . kalau tidak mampu juga , shalatlah sambil berbaring ( miring ke sebelah kanan dengan menghadap kiblat , muka dan bagian depan badan ) jika dengan hal tersebut tidak mampu juga , maka shalatlah dengan isyarat."


ويكره على الجنب الأسر بلاعذر فمستلقيا على ظهره وأخمصاه إلىالقبلة ويجب أن يضع تحت رأسه نحو مخدّة ليستقبل بوجهه القبلة وأن يومئ إلى صوب القبلة راكعا وساجدا وباسّجود أخفض من الإيماء إلى الرّكوع إن عجز عنهما
makruh bertumpu pada lambung sebelah kiri tanpa udzur. kalau tidak mampu demikian, maka dengan telentang di atas punggung , sementara kedua telapak kaki menghadap kiblat. demikian pula wajib menaruh semacam bantal dibawah kepala agar muka menghadap kiblat, dan berisyarat dengan kepala menghadap kiblat ketika ruku dan sujud. isyarat untuk sujud harus lebih menunduk daripada isyarat untuk ruku, jika tidak mampu ruku dan sujud sebagaimana mestinya.  

فإن عجز عن الإيماء برأسه أو مأبأجفانه فإن عجز أجرى أفعال الصّلاة على قلبه فلا تسقط عنه الصّلاة مادم عقله ثابتا

bila tidak mampu memberikan isyarat dengan kepala, berisyaratlah dengan kelopak mata. kalau tidak mampu juga, maka lakukanlah pekerjaan shalat itu dengan hati. tidaklah gugur kewajiban shalat seseorang selama ia berakal (sadar).

وإنّما أخّروا القيام عن سابقيه مع تقدّ مه عليهما لأنّهما ركنان حتّى فى النّفل وهو ركن فى الفريضة فقط

ulama mengakhirkan penjelasan berdiri daripada niat dan takbiratul ihram, padahal berdiri itu mendahului kedua rukun tersebut, sebab kedua rukun itu adalah rukun shalat, walaupun pada shalat sunat, sedangkan berdiri hanyalah rukun shalat fardhu saja. 
كمتنفّل فيجوز له أن يصلّي النّفل قاعدا و مضطجعا مع القدرة على القيام أو القعود ويلزم المضطجع القعود للرّكوع والسّجود أمّا مستلقيا فلا يصحّ مع إ مكان الإضطجاع

seperti halnya shalat sunat, seseorang boleh shalat sambil duduk atau berbaring di atas lambungnya meskipun mampu berdiri atau duduk.
 sabda nabi muhammad saw :


 (روالبخاريّ)من صلّى قائما فهو أفضل و من صلّى قاعدا فله نصف أجر القائم و من صلّى نائما فله نصف أجرالقاعد

"barang siapa yang shalat sambil berdiri, itu lebih afdhal. barang siapa yang shalat sambil duduk, maka baginya setengah dari pahala shalat sambil sendiri. dan barang siapa yang shalat sambil berbaring, maka baginya setengah dari pahala shalat sambil duduk."(riwayat bukhari)

bagi orang yang shalat sunat sambil berbaring, wajib duduk ketika ruku dan sujud. shalat sambil telentang tidak sah selama masih mampu shalat sambil berbaring
و فى المجموع إطلة القيام أفضل من تكثير الرّكعات و فى الرّوضة تطويل السّجود أفضل من تطويل الرّكوع

dalam kitab majmu dinyatakan bahwa melamakan berdiri lebih utama daripada memperbanyak raka'at.(berdasarkan hadis,"shalat yang afdhal ialah, yang lama berdirinya.") dalam kitab raudhah, dinyatakan bahwa melamakan sujud lebih afdhal daripada melamakan rukuk.(berdasarkan sabda nabi saw,."hamba yang terdekat kepada tuhannya ialah yang sedang sujud.")

4.MEMBACA SURAT AL FATIHAH

ورابعها قراءة فاتحة كلّ ركعة في قيامها لخبرالشّيخين لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحةالكتاب أي في كلّ ركعة إلّا رعة مسبوق فلا تجب عليه فيها حيث لم يدرك زمنا يسع الفاتحة من قيام الإمام ولو في كلّ الرّكعاة لسبقه فى الأولى 

rukun shalat yang ke empat ialah membaca surat al fatihah setiap raka'at ketika berdiri , berdasarkan hadis syaikhain: "tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca fatihah." yakni setiap raka'at, kecuali masbuq (makmum yang tidak sempat menghabiskan bacaan fatihahnya).bagi masbuq tidak diwajibkan membaca surat al fatihah sekira tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk membacanya sejak imam berdiri, walaupun pada setiap raka'at, sebab imam mendahuluinya pada raka'at pertama
sabda nabi SAW :

(رواه أبوداود وغيره) الإمام ضامن

"imam itu menanggung makum." (riwayat abu daud dan lainnya)

 makmum tertinggal dari imam karena berdesakan , lupa tau lambat gerakannya, sehingga setiap makmum berdiri dari sujud, imam sudah rukuk lagi. maka imam yang suci menanggung fatihah makmumnya (pada setiap raka'at), selain raka'at tambhaan atau pada sebagian fatihahnya.
ولوتأخّرمسبوق لم يشتغل بسنّة لإتمام الفاتحة فلم يدرك الإمام إلّا وهو معتدل لغت ركعته
jika masbuq yang tidak sibuk dengan amalan sunat tertinggal menyeselesaikan bacaan surat al fatihah, lalu ia tidak sempat menyusul imam kecuali sesudah i'tidal, maka raka'atnya percuma
مع بسملة أي مع قراءة البسملة فإنّها أية منها لأنّه صلّى اللّه عليه وسلّم قرأها ثمّ الفاتحة وعدّها أية منها وكذا من كلّ سورة غيربراة

membaca fatihah itu disertai basmalah, sebab basmalah itu termasuk ayat fatihah. sebagaimana nabi saw.,beliau membaca basmalah, lalu membaca fatihah. beliau menghitung basmalah sebagai ayat dari fatihah. begitu juga semua surat selain surat bara-ah. (sabdanya:"bila kamu membaca fatihah, bacalah bismilah:sebab fatihah itu induk alquran, dan basmalah termasuk ayatnya.")
ومع تشديدات فيها وهي أربع عشرة لأنّ الحرف المشدّد بحرفين فإذا خفّف بطل منها حرف 
demikian pula tasydid yang berjumlah empat belas, sebab huruf yang ditasydid itu dua huruf. bila di takhfif, maka hilanglah satu huruf
ومع رعاية حروف فيها وهي على قراءة ملك بلاألف مائة وواحد وأربعون حرف وهي مع تشديدتها مائة وخمسة وخمسون حرفا
harus menjaga semua huruf fatihah, yaitu menurut qiraat "maliki" tanpa alif, berarti seratus empat puluh huruf. huruf fatihah berikut tasydid ada seratus lima puluh lima huruf.
ومخارجها أي الحروف كمخرج ضاد وغيرها فلو أبدل قادر أو من أمكنه التّعلّم حرفا بأخر ولوضادا بظاء أولحن لحنا يغيّر المعنى ككسرتاء أنعمت أوضمّها وكسر كاف إيّاك لا ضمّها فإن تعمّد ذلك و علم تحريمه بطلت صلاته وإلّا فقراءته

juga memelihara semua makhrojnya,seperti makhroj dhod dan lainnya. kalau orang yang dapat membaca dengan fasih atau sempat belajar, kemudian menggantikan huruf dengan huruf lain walaupun dhod dengan zha atau salah bacaannya sehingga mengubah makna, seperti kasroh ta pada lafaz an'amta atau di dhommah ta'nya , atau kasroh kafnya pada lafaz iyyaka, bukan dhommah. bila sengaja mengubah makna serta mengetahui bahwa itu haram, maka batal shalatnya. bila tidak sengaja maka bacaannya saja yang batal ( wajib mengulanginya )


نعم إن أعاده على الصّواب قبل طول الفصل كمل عليها أمّا عاجز لم يمكنه التّعلّم فلا تبطل قراءته مطلقا وكذا لاحن لحنا لا يغيّر المعنى كفتح دال نعبد لكنّه أن تعمّد حرم و إلّا كره

demikianlah, kalau ia mengulangi bacaan yang salah agar benar dalam tempo yang singkat, maka sempurnakanlah bacaan fatihahnya. (kalau lama,harus mulai dari awal). adapun orang yang lemah, tidak mungkin dapat belajar dengan baik, maka tidak batal bacaanya secara mutlak (sengaja ataupun tidak sengaja). demikian pula orang yang salah bacaanya yang tidak mengubah makna, seperti mem fathahkan dal pada lafadz na'budu. tetapi bila sengaja, jelaslah hukunya haram. sebaliknya bila tidak disengaja maka hukumnya makruh
ووقع خلاف بين المتقدّمين والمتأخرين فى الهمدللّه بالهاء و فى النّطق بالقاف المتردّدة بينها وبين الكاف

terjadi perbedaan antara ulama zaman dahulu (mutaqaddimin) dan muta akhirin mengenai lafadz alhamdulillah dengan ha dan mengucapkan qaf yang diragukan antara qaf dan kaf

وجزم شيخنا في شرح المنهاج بالبطلان فيهما إلّا إن تعذر عليه التّعلّم قبل خروج الوقت لكن جزم بالصّحّة فى الثّانية شيخه زكريّا و فى الأولى القاضى وابن الرّفعة

syaikhuna menetapkan dalam kitab syarah minhaj bahwa keduanya batal, kecuali tidak sempet belajar sebelum habis waktunya. akan tetapi yaitu syekh zakaria al anshari menetapkan bahwa sah mengenai masalah kedua yaitu masalah huruf qof mirip dengan kaf . sementara menurut qodhi iyadh dan ibnu rif'ah mengesahkan masalah pertama yaitu alhamdu dengan huruf ha
ولو خفّف قادر أوعاجز مقصّر مشدّدا كأن قرأ ال رحمن بفكّ الإدغام بطلت صلاته إن تعمّد وعلم و إلّا فقراء ته لتلك الكلمة  

seandainya seseorang yang mampu membaca dengan fasih atau lemah meringankan bacaan yang ditasydid, misalnya "al-rahman"dibaca tanpa idgham,maka shalatnya batal bila ia membacanya dengan sengaja dan sadar. kalau tidak demikian, maka bacaan yang salah itu harus diulang kembali.
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html